Cuitan twitter Dubes Arab Saudi pada Ahad, 2 Desember 2018 itu menuai kontroversi banyak komponen bangsa. PBNU dan PP GP Ansor sudah melayangkan surat kecaman atas status itu, saat ini bola berada di tangan Kemenlu RI dan Pemerintah Arab Saudi.
Setelah beberapa hari kasus ini, banyak tanggapan mengalir dari masyarakat, khususnya yang teradi di media sosial. Dalam diskusi publik di dunia maya itu, ada yang menjelaskan bahwa dalam ilmu tata bahasa Arab (ilmu nahwu) ternyata status itu salah.
Penjelasan itu berawal dari status Prof Muhammad Machasin, guru besar di kampus UIN Sunan Kalijaga. Dalam statusnya pada Rabu, 5 Desember 2018, Prof Machasin menulis:
Sebenarnya kalimat dalam twitter dubes itu sangat jelas:
حشود مليونيه للوحدة الإسلامية ردا على حرق راية التوحيد من قبل احد الجماعات المنحرفة قبل شهر تقريبا
Maksudnya:
“Berkumpulnya jutaan orang di Monas beberapa hari yang lalu. Itu dilakukan oleh “Persatuan Islam”, sebagai reaksi terhadap pembakaran bendera tauhid oleh salah satu organisasi menyimpang kira-kira sebulan sebelumnya.”
Jadi, dia menganggap pembakaran itu dilakukan oleh organisasi, bukan perorangan, dan organsisasi itu adalah organisasi menyimpang. Ya, silahkan menilai sendiri.
Status ini kemudian mendapatkan tanggapan banyak netizen. Salah satunya KH Ulil Abshar Abdalla, pengasuh Kopdar Ihya. Gus Ulil menjelaskan dalam tanggapannya:
“Secara ilmu nahwu, kalimat Dubes itu sebetulnya salah. Seharusnya: إحدى الجماعات المنحرفة , bukan أحد الجماعات المنحرفة . Sebelum dicopot, Dubes ini harus ditakzir menghafal Alfiyyah dulu, Prof. Muhammad Machasin,” tulis Gus Ulil.
Dari penjelasan Gus Ulil ini sudah gamblang, ternyata Dubes Saudi yang identik dengan bahasa Arab ini, ternyata salah menuliskan statusnya. Semoga semua saling menjaga dan tetap setia legowo dan sabar dalam menghadapi berbagai persoalan.
(anas)