Banser itu gak ada nyalinya! Begitulah tepatnya! Sebelum aksi pembakaran bendera simbol teroris, ramai diciutkan Banser gak punya nyali. Nyatanya! Gus Nur teriakin Banser dengan kalimat yang memuat unsur pelecehan, toh faktanya hanya segelintir Banser saja yang berani ambil suara. Selebihnya mingkem!
Ditambah gemboran Habib Bahar bin Smith yang jelas nantang Banser, tetep aja mereka yem diyem tak iye. Jika pun ada yang ikut membalas gemboran tersebut, yaelah bisa di itung pakai jari gaessss!
Lagi-lagi Banser disinyalir gak punya nyali. Katanya seragam ala militer yang terlihat gagah saat dikenakan, tak segagah dengan kenyataan yang dipertontonkan. Benarkah demikian?
Teringat kisah Gus Nuril yang diturunkan paksa oleh segerombolan orang disuatu pengajian akbar. Teringat pula cacian seorang Habib yang menendang kehormatan Gus Dur sebagai yang buta matanya juga buta hatinya. Banser kemana? Penakutkah mereka?
Goblok level dewa kalo ada yang berpendapat demikian. Bebal bawaan kalo ada yang berkeyakinan bahwa Banser gak punya keberanian. Apa buktinya!
Otak dungu wajah belagu, ingat kagak? Siapa yang berani mengunyah habis pasukan sekutu di Surabaya? Jawab. Pasukan 212 kah? Atau mungkin Dus Nur kah? Atau si Bahar yang nyolotin presiden gw banci! Kampret luh kardus!
Sekutu di Surabaya luluh lantak, jenderalnya hilang misterius dan mereka lari kalang kabut, itu bukan sekedar omong kosong. Santri-santri NU lah yang memiliki peran penting dalam perang sengit itu. Lu kira si Habib buronan yang ngaku Imam Besar Islam Indonesia itu yang menggempur pasukan sekutu?!
Catet!!! Diamnya Banser ketika guru-gurunya dihina, diamnya Banser saat organisasi kebanggaannya dilecehkan, bukan lantas segegabah itu halal dihakimi tak bernyali. Mereka para Banser yang sebagian besar direkrut dari kabilah-kabilah Santri diseluruh Indonesia, masih menjaga tradisi adab, tata krama, unggah ungguh dan ketasliman pada Kiyainya.
Mau petasan ditaruh di atas kepala, jika Kiyainya bilang diam! Biar kiyamat tinggal 2 hari, petasan pun akan meledak dalam hitungan detik, mereka para Banser tidak akan bergeming sedikitpun. Karena bagi mereka para Banser yang notabenenya Santri, membantah apalagi berinisiatif melangkahi dawuhnya Guru bukan hanya kuwalat, tapi dosa besar. Paham!
Kiyai-kiyai NU itu keturunannya para Ulama yang memegang teguh kewarasan akal dan kejernihan hati. Jadi, kualitas akhlak para Yai ini jangan dibandingkan dengan para Ustadz karbitan yang hobi teriakin saudaranya pakai nama kebun binatang.
Mereka para Yai tidak bisa semudah itu mengimbangi hinaan dibalas dengan hinaan, cacian dibalas dengan cacian, hujatan dibalas dengan hujatan. Lu kira Guru kita Ulama abal-abal.
Pola pikir para Yai ini masih memegang teguh nilai-nilai kesabaran, menjunjung tinggi rasa mengalah dan andap asor pada sesama. Apalagi yang menghujat, memfitnah dan mencaci maki itu masih saudara sebangsa, setanah air Indonesia. Tak apalah, daripada sesama anak bangsa saling menumpahkan darah, ya sudah disabari saja, dawuhnya. “Yaa Allah, betapa mulia para Yai Nusantara itu.”
Alih-alih cerita, setelah para begundal sumbu pendek makin tidak bisa dibendung kebebebalannya dan mereka dengan kesombongannya merasa paling kuat dibanding santri yang berbusana Banser itu. Paska pembakaran bendera yang hampir selama 2 pekan Banser dibully habis-habisan. Akhirnya pasukan Santri yang mewarisi semangat Jihad sampai titik darah penghabisan, yang pendahulunya pernah mengunyah mentah-mentah pasukan sekutu yang berkolonoial. Tepatnya di Kajen – Pekalongan, beberapa saat hari yang lalu mereka menunjukkan kekuatan pada fase babak pemanasan. Santri yang modal bondo nekat dan sami’na wa atho’na forever itu mengadakan acara silaturahmi akbar demi Indonesia agar lebih damai dan Aman.
Kutil-kutil cangkeman yang sebelumnya pernah nantang Banser dimedsos, yang sok jagoan bilang Banser tak punya nyali, atah…atah…mas…mas… pada ngumpet bak ditelan keong racun. Sontoloyo!
Ini yang punya hajat baru Gus Yaqut Cholil Qoumas loh! Ingat, baru seorang Santri NU yang berlabel Gus alias anaknya Kiyai Sepuh. Belum Kiyainya loh!
La wong sekelas Gus saja bisa bikin kampret label kardus pada mingkem. Apalagi kalo sampai yang berperan langsung Kiyainya. Bisa dipamah-pamah Banser tanpa saos tiram kamu tong! Ckckck…… Ngaca!
(Penulis: Tamara Zavieka Abdullah)