Tenang Saja Ini Nanti Ada Amplopnya, Pak Ustadz!

Amplop Pilkada

Nanti Ada Amplopnya, Ustadz.

Antara lain kalimat yang bila keceplosan oleh DKM masjid dan kantor membuat saya ingin cancel undangan mereka, lalu saya carikan pengganti.

Bacaan Lainnya

Memang benar bahwa Rasulullah bersabda;

أجيبوا الداعي، ولا تردوا الهدية، ولا تضربوا المسلمين

“Penuhi undangan, jangan menolak hadiah, dan jangan memukul orang muslim” (al-Adab al-Mufrad)

Prinsipnya memang dakwah itu mesti dengan biaya dan ongkos sendiri, premium, pertalite dan pertamax sendiri, Go-Car/Go-Jek sendiri, kesiapan jiwa sendiri;

بأموالكم وأنفسكم

“Dengan harta dan jiwa”

Kepada adik-adik kelas pernah saya pesankan kalau suatu saat akan aktif di dunia dakwah, kuatkan basis ekonomi, buka usaha tempat sumber pencaharian, jangan berniat menjadikan dakwah sebagai Mazra’ah Amwal.

Setidaknya dapat meminimalisir sikap berpura-pura melamakan zikir setelah shalat sunnat rawatib Jum’at karena ingin disalami tempel. Iya, intinya memang di hati masing-masing. Hanya Allah yang tau.

Dimana pun diundang, apabila kondisi membuat saya harus mengungkapkan, saya menyelipkan introduksi diri bahwa saya punya toko jual beli buku-buku impor timur tengah, di pembuka kajian dan ceramah.

Hal itu bertujuan agar pihak pengundang jangan berpikiran dan mengiang-ngiangkan bahwa orang yang diundangnya harap atau mesti diamplopi. Ciputat ke Jakut saja yang jauh itu juga ga apa-apa, panas-panas, ongkos sendiri. Apalagi seperti Dr. Abdi Kurnia Djohan yang lintas pulau.

Dan satu lagi mengapa saya terkadang mengintroduksi diri punya toko, yaitu agar jangan lagi menyebut-nyebut kalimat “nanti ada transpor dari kita, Ustadz”, “nanti ada amplop dari perusahaan, Ustadz”.

“Lah, urusan ane ape sama ntu amplop”?!! (Dalam hati agak menggerutu) Seakan penda’i ingin diukur dengan amplop. Merasa takut dan sungkan mengundang kalau ga ngasih amplop. Iyaaa tau, tujuannya ingin menghargai dan menghormati. Tapi…ah sudah lah.

Benar kata Kiyai Ahmad Marwazie bahwa dakwah tidak selalu bil-minbar, tapi juga ada “dakwah bil-lapak”

الدعوة باللفاك.

“Dakwah Dengan Lapak”

Kalau bicara angka-angka, amplop yang pernah dikasih isinya 2 juta | 2,5 juta | 3 juta hanya karena ngisi kajian dan ceramah cuma 15 menit – 1 jam di ibukota ini, Alhamdulillah tetap lebih nyaman di toko, bahkan masih lebih banyak. Meskipun nilai segitu sudah lumayan, bahkan bisa membuat orang banting steer ampe copot. Dikasih 1650 USD aja pernah, tapi itu duluuu.

Mengapa nyaman? Jelas di toko untuk jemput ma’isyah. Kalau amplop dakwah? Salah niat aja, buyar semuaaa.

Berbicara dakwah dan amplop, jadi teringat pesan tegas sang guru, KH. Ali Mustafa Yaqub tentang kecaman beliau jika dakwah dijadikan ladang mencari harta.

Lalu setelah baca postingan ini, khawand-khawand nilai saya seorang ikhlas, hati bersih dan jernih? 🤣 Haha, diri yang mendaku dirinya ikhlas adalah diri yang kotor. Hanya kepada Allah tempat kita memohon pertolongan.

Penulis: Ashfi Bagindo Pakiah

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *