YOGYAKARTA, BANGKITMEDIA.
Nazilatus Syukriyah, seorang mahasiswa pascasarjana Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta berhasil memukau civitas akademika Toyo Eiwa University dalam acara “Student Dialog on Islamic Education in Indonesia”, Kamis (24/92019).
Fokus kajian yang diteliti Nazil adalah pengembangan kurikulum pesantren sebagai jantung perkembangan pesantren dalam merespon perubahan zaman. Dalam artikel yang berjudul “The Main Focus Of Curriculum Applied In Various In Indonesian Pesantren”. Nazil menjelaskan, bahwa dalam menghadapi tantangan zaman, pesantren-pesantren yang ada di Indonesia menentukan fokus utama kurikulum yang diusung dalam fokus pendidikan masing-masing.
Fokus utama dari kurikulum ini kemudian menentukan pola pengelolaan, proses pembelajaran, penyedia fasilitas serta budaya dalam pesantren. Dengan menggunakan diagram curiculum reform, ia melahirkan jenis-jenis pesantren di Indonesia. Pesantren Salaf, Pesantren Tahfidz Quran, Pesantren Bahasa Asing, Pesantren Entrepenuer dan pesantren Komprehensif.
Dalam pemaparannya, Nazil mempertegas bahwa bagaimanapun fokus utama kurikulum dalam suatu pesantren yakni membentuk generasi yang terbekali iman kuat, moral dan sosial yang baik serta keilmuan yang luas agar dapat melaksanakan tugas hablun minallah dan hablun minannas dengan seimbang. Hal tersebut sejalan dengan motto pendidikan di Toyo Eiwa University yakni Reverence Toward God and Service to the community.
Dalam presentasi yang diisi oleh Prof Takhesi Konho dan tiga mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, para civitas akademika Tokyo Eiwa University excited dengan konsep pendidikan agama Islam di Indonesia. Kesuksesan Nazil dalam mengisi kegiatan tersebut tidak dilampaui dengan jalan mulus.
“Aku nggak sempat garap paper karena padatnya kegiatan di pesantren. Aku juga mendampingi temen-temen semester akhir untuk mengerjakan skripsi. Jadi fokusnya malah ke mereka karena nggak cuma satu orang, sehingga paperku sendiri tidak kegarap. Bahkan aku baru bener-bener baca paperku malam sebelum presentasi. Tapi Alhamdulillah, setelah presentasi pujian dari para dosen-dosen. Beliau-beliau menyatakan bahwa bangga dengan kami, dan menyatakan bahwa kami lebih hebat dari beliau,” katanya.
Tetap Menulis
Meskipun padat kegiatan, Nazil tetap berusaha untuk menulis. Bukan hal yang mudah memang. Misalnya, saat hendak menulis, terbentur dengan agenda rapat. Bahkan ketika baru menulis, malah ketiduran. Tapi itu semua tidak menyurutkan langkahnya untuk menyelesaikan papernya. Akhirnya setelah melalui perjuangan yang berliku, ia berhasil menginjakkan kakinya ke negara Sakura, Jepang untuk mempresentasikan papernya.
Nazil mengatakan bahwa untuk mencapai impian, harus didasari dengan niat yang baik, percaya diri dan yakin bahwa kita mampu.
“Kehidupan di Jepang penuh rahmah, nilai-nilai sosial Islam justru hidup di sana. Lingkungan yang bersih, orang-orang yang sangat menghormati hak orang lain. Semangat hidup (bekerja maupun belajar), taat pada pemimpin (hidup teratur),” tegas Nazil. (Mohamad Hasan As’Adi/Rn)
Nazil saat berswafoto dengan di Jepang.