Tarawih Penduduk Madinah Lebih dari 30 Rakaat Serta Penjelasannya

Penduduk Madinah Tarawih Lebih dari 30 Rakaat, Ini Dalilnya

Tarawih Penduduk Madinah Lebih dari 30 Rakaat Serta Penjelasannya

Enaknya shalat tarawih 8 rakaat atau 20 rakaat ya?

3. Sholat Tarawih 30 rekaat atau lebih:

Sebaiknya lebih baik kita mengetahui terlebih dahulu kenapa mereka shalat Terawih lebih dari 20, ada yang 30 dan 36, perhatikan pendapat ulama berikut ini :

” قَالَ أَصْحَابُنَا: سَبَبُهُ أَنَّ أَهْلَ مَكَّةَ كَاْنُوْا يـَطُوْفُوْنَ بَيْنَ كُلِّ تَرْوِيْحَتَيْنِ طَوَافًا وَيُصَلُّوْنَ رَكْعَتَيْنِ وَلاَ يَطُوْفُوْنَ بَعْدَ التَّرْوِيْحَةِ اَلْخَامِسَةِ ، فَأَرَادَ أَهْلُ الْمَدِيْنَةِ مُسَاوَاتــَهُمْ فَجَعَلـــُوْا مَكَانَ كُلِّ طَوَافٍ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ فَزَادُوْا سِتَّ عَشْرَةَ رَكْعَةً وَأَوْتِرُوْا بِثَلاَثٍ فــَصَارَ اَلْمَجْمُوعُ تِسْـعـًا وَثَلاَ ثِيْنَ ، والله أعلم [المجموع شرح المهذب : 3/527]

“Berkata Ashhabuna (As-Syafi’iyah) : Hal yang menyebabkan penduduk Madinah menambah raka’at Tarawih (dari 20 menjadi 39 rakaat) adalah, bahwasannya penduduk Makkah pada setiap selesai mengerjakan 2 kali istirahat tarawih, mengerjakan thawaf dan shalat sunnah thawaf 2 rakaat, dan mereka tidak mengerjakan thawaf setelah istirahat yang kelima, (dengan demikian) penduduk Madinah mengaharapkan kesamaan (dalam mendapatkan keutamaan dan pahala bulan Ramadhan), maka mereka menjadikan sebagai ganti thawaf dengan shalat 4 rakaat, dengan demikian mereka menambah 16 rakaat (Tarawih) dan (mereka tetap shalat) witir 3 rakaat, Jadi jumlah semua menjadi 39 raka’at (terawih 36 + witir 3).”

Inilah alasan, kenapa penduduk Madinah shalat Tarawihnya tidak 20 reka’at, tapi justru lebih dari 20 rekaat, diatas disebutkan dengan 36 terawih dan 3 witir, dari mana angka itu?

Disebutkan orang-orang Makkah setiap dua kali istirahat, berarti 4 rekaat, mereka melakukan thowaf sebagai ganti istirahat, mereka berpendapat dari pada istirahat tanpa mengerjakan sesuatu mereka memilih agar dapat keutamaan dan berkah Ramadhan mereka mengganti istirahat dengan melakukan thawaf ; 7 kali mengelilingi Ka’bah dan shalat 2 reka’at sunnah thawaf, setelah itu baru meneruskan shalat tarawih, jadi kalau 20 reka’at setiap 2 salam, 4 rekaat berarti ada 4 x istirahat.

Karena yang terakhir mereka tidak melakukan thawaf, artinya 4 x istirahat oleh orang Madinah diganti dengan setiap kali istirahat dengan 4 rekaat, jadi 4 istirahat x 4 reka’at = 16, dengan demikian 20 + 16 = 36, ditambah witir ada yang 3 reka’at, sebagaimana keterangan diatas.

Ada juga yang shalat witirnya 5 reka’at , sebagaimana hadits Aisyah ra., riwayat Imam Abu Dawud (1359 & 1367), Ahmad (26401 & 26359) dan Baihaqi (4580 & 4802) dll. :

عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ: «كَانَ رَسُولُ اللَّهِ

يُصَلِّي ثَلَاثَ عَشْرَةَ رَكْعَةً بِرَكْعَتَيْهِ قَبْلَ الصُّبْحِ، يُصَلِّي سِتًّا مَثْنَى مَثْنَى، وَيُوتِرُ بِخَمْسٍ، لَا يَقْعُدُ بَيْنَهُنَّ إِلَّا فِي آخِرِهِنَّ »

“Aisyah ra. berkata : Ada Rasulullah saw. melakukan shalat 13 reka’at, termasuk 2 reka’at sebelum shubuh, dimana beliau shalat dengan 2 reka’at salam, 2 reka’at salam, dan melakukan shalat witir dengan 5 reka’at, tidak duduk diantara 5 reka’at, kecuali pada akhir reka’at.”

Dan witir sebanyak ini juga pernah dilakukan orang-orang masa lalu, sebagaimana keterangan dibawah ini:

وَقَالَ صَالِحٌ مَوْلَى التَّوْأَمَةِ : أَدْرَكْت النَّاسَ قَبْلَ الْحَرَّةِ يَقُومُونَ بِإِحْدَى وَأَرْبَعِينَ رَكْعَةً وَيُوتِرُونَ بِخَمْسٍ، يُسَلِّمُونَ بَيْنَ كُلِّ اثْنَتَيْنِ [المغني لإبن قدامة : 1/824]

“Sholih Maula At-Tau’amah berkata : Saya menjumpai masyarakat sebelum musim panas mereka melakukan sholat tarawih dengan 40 reka’at, dan shalat witir dengan 5 reka’at, mereka salam setiap 2 reka’at”

Inilah ragam sholat Terawih, jadi sangat beragam ada yang 11, 13, 23, 39 dan 41, monggo silahkan mau pilih yang mana, semua harus konsukwen mau 8 reka’at ya bacaan Al-Qurnya harus panjang, mau 20 reka’at atau lebih, ya bacaannya Al-Qur’annya sedang2 saja, boleh minimal 5 ayat, tapi yang paling bagus adalah mengkhatamkan Al-Qur’an 30 juz dalam sebulan, agar mendapatkan berkah khatam Al-Qur’an.

Semua sah-sah saja, nggak usah nyinyir, apalagi membid’ahkan sana sini, semua sudah dicontohkan oleh Nabi, sahabat dan para Tabi’in, orang-orang pilihan dari yang terpilih.

Mau yang 20 reka’at ini yang dipilih dalam madzhab Hanafi, Syafi’ir dan Hambali, sementara lebih dari 30 itu adalah pilihan Imam Malik bin Anas dan pengikutnya, atau yang 8 reka’at.

Tetapi yang melakukan Terawih 8 reka’at saya mengingatkan monggo shalat terawihlah sesuai yang dicontohkan Nabi, ingat disana bunyi haditsnya ada “La Tas’al An Thulihinna wa Husnihinna, Jangan engkau bertanya tentang panjang dan bagusnya 8 reka’at itu”, jangan malah yang 8 reka’at, lebih cepat dari yang 20 reka’at.

Monggo pilih yang mana? Istafti Qolbak!!!, kembalikan ke hati kita, ke keikhlasan kita!!!

Wallaha Al-Musta’an!

Penulis: KH Muhammad Hanif Muslih, Pengasuh Pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *