Tanda Malam Lailatul Qadar.
Nabi Muhammad Saw mengabarkan kepada kita di beberapa sabda beliau tentang ciri-ciri atau tanda-tanda malam lailatul qadar, yaitu:
Pertama, udara dan suasana pagi yang tenang. Ibnu Abbas radliyallahu’anhu berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda:
“Lailatul qadar adalah malam tentram dan tenang, tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin, esok paginya sang surya terbit dengan sinar lemah berwarna merah” (Hadist Hasan)
Angin dalam keadaan tenang pada malam lailatul qadar, tidak berhembus kencang (tidak ada badai) dan tidak ada guntur. Hal ini berdasarkan hadits dari sahabat Jabir bin Abdillah sesungguhnya Rasulullah bersabda (yang artinya),
“Sesungguhnya aku melihat lailatul qadar kemudian dilupakannya. Lailatul qadar turun pada 10 akhir (bulan Ramadhan) yaitu malam yang terang, tidak dingin dan tidak panas serta tidak turun hujan”.
(HR. Ibnu Khuzaimah no.2190 dan Ibnu Hibban no.3688 dan disahihkan oleh keduanya).
Kemudian, hadits dari sahabat ‘Ubadah bin Shomit sesungguhnya Rasulullah bersabda (yang artinya)
“Sesungguhnya alamat Lailatul-Qodar adalah malam yang cerah dan terang seakan-akan nampak di dalamnya bulan bersinar terang, tetap dan tenang, tidak dingin dan tidak panas. Haram bagi bintang-bintang melempar pada malam itu sampai waktu subuh. Sesungguhnya termasuk dari tandanya adalah matahari terbit pada pagi harinya dalam keadaan tegak lurus, tidak tersebar sinarnya seperti bulan pada malam purnama, haram bagi syaithon keluar bersamanya (terbitnya matahari) pada hari itu”.
(HR. Ahmad 5/324, Al-Haitsamy 3/175 dia berkata: perawinya tsiqoh)
Kedua, cahaya mentari lemah, cerah tak bersinar kuat keesokannya. Dari Ubay bin Ka’ab ra. Bahwasanya Rasulullah Saw., bersabda:
“Keesokan hari malam lailatul qadar matahari terbit hingga tinggi tanpa sinar bak nampan” (HR Muslim)
Ketiga, terkadang terbawa dalam mimpi seperti yang terkadang dialami oleh sebagian sahabat Nabi ra.
Keempat, bulan nampak separuh bulatan. Abu Hurairah ra pernah bertutur: Kami pernah berdiskusi tentang lailatul qadar di sisi Rasulullah Saw beliau berkata:
“Siapakah dari kalian yang masih ingat tatkala bulan muncul, yang berukuran separuh nampan.” (HR. Muslim)
Kelima, malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan)
Sebagaimana sebuah hadits, dari Watsilah bin al-Asqa’ dari Rasulullah Saw berikut ini:
“Lailatul qadar adalah malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan)”
(HR. at-Thobroni dalam al-Mu’jam al-Kabir 22/59 dengan sanad hasan)
Keenam, orang yang beribadah pada malam tersebut merasakan lezatnya ibadah, ketenangan hati dan kenikmatan bermunajat kepada Rabb-nya tidak seperti malam-malam lainnya.
Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad at-Thusi al-Ghazali yang dikenal dengan sebutan Imam Al-Ghazali, beliau memberikan jawaban yang jelas dan gamblang, bahwa sebenarnya Lailatul Qadr dapat diketahui dari hari awal bulan puasa Ramadhan itu di mulai.
Imam Ghazali menuturkan, “Jika awal bulan ramadhan dimulai hari Ahad atau Rabu, maka lailatul qadar jatuh pada malam 29 ramadhan. Jika awal bulan ramadhan hari senin, maka ia jatuh pada malam 21 ramadhan. Jika awal ramadhan hari selasa atau jum’at, maka ia jatuh pada malam 27 ramadhan, dan jika awal ramadhan hari kamis maka ia jatuh pada malam 25 ramadhan dan jika awal ramadhan hari sabtu maka ia jatuh pada malam 23 Ramadhan.” (Hasyiah Jamal Ala Syarkhil Minhaj, Juz II, hal. 357)
Sumber tulisan lihat di sini.
Tulisan terkait baca di sini.