Surat Terbuka Warga Situbondo untuk Mas Nur Sugik

Surat Terbuka Warga Situbondo untuk Mas Nur Sugik

Surat Terbuka Warga Situbondo untuk Mas Nur Sugik.

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Surat ini lahir dan hadir justeru dari niat salih dan sayang pada kamu, Mas Nur Sugik. Tidak ada niat lainnya. Kamu sedulur saya, seagama, sebangsa dan semanusia. Kita bukan monyet, kaaan?!

Mas Nur, membangun pesantren itu jangan samakan dengan membangun gudang atau toko. Jadi tidak bisa memakai Vini-Vidi-Vici (aku datang, aku lihat dan aku menang). Memang kalau bukan ahli pesantren tidak akan tahu bagaimana membangun, memagari dan mempertahankan pesantren. Menpan RI Harmoko, dulu, buat pesantren dengan sim-Salabim, bertingkat, mewah kayak apartemen, biayanya milyaran, tapi sekarang tak ada kabar. Apa telah diblokir ke sekolah, atau telah terbakar? Entahlah..!

Coba tanyakan atau baca asal-muasal pesantren Nurul Jadid, Tanjung, (pojok utara Besuki itu), atau pesantren Kalikajar, atau pesantren Genggong, Kraksaan, atau pesantren Areng-areng, atau pesantren Sidogiri, atau pesantren Buduran, dll.

Almarhum Kiai Zaini Mun’im setelah hijrah ke Tanjung (asal beliau dari Galis, Pamekadan, Madura), beliau tak langsung bangun pesantren, tapi cari dulur-dulur di sekitar area. Beliau bertahun-tahun berbaur bergaul dengan masyarakat sekitar. Beliau sampai ikut nyakak sawah, nyabit rumput, bertani, jual tembakau. Sungguh tak tahu masyarakat sekitar bahwa beliau seorang alim, allamah dan waliyullah. Saat hijrah ke Tanjung, kiraan 65 perahu full dengan kitab yang telah ada di dada beliau. Belanda telah membakar kitab-kitab beliau, tapi Allah malah memindah kitab-kitab itu di dalam dada beliau. Kiai Zaini bukan hanya hafal Qur-an, kitab tafsir Jalalain beliau hafal. Kamu hafal apa?

Setelah Kiai Zaini diterima oleh masyarakat, malah dirangkul, (karena dawuh-dawuh kyai segar dan manis, tidak pernah keluar kata “Asu kamu” atau “janCuk kon”) hal-ahwalnya indah, baru masyarakat menitipkan anaknya untuk mengais ilmu-ilmu agama dan barakah. Setelah dibaca cukup masak oleh kyai, anak-anak ini keluar berkeluarga. Alumnus Kiai Zaini ini setelah berbaur dan bersetubuh dengan masyarakat, beliau menebar ahwal-ahwal indah, kata-kata dan etikanya mempesona, sampai-sampai menggapai tempuh jauh. Akhirnya kian banyak santri yang ingin mondok kepada Kiai Zaini. Akhirnya beliau dituntut untuk membuat pondok, gubuk-gubuk dari bambu, untuk menampung santri-santri. Jadilah ponpes kecil-kecilan.

Kamu baca juga sejarah Rasulullah saat hijrah ke Madinah. Betapa syughul, sulit, pahit dan getirnya pada awal-awal hijrah. Beliau mengadakan adaptasi dengan masyarakat sekitar. Beliau memprioritaskan punya sahabat erat di Madinah. Rasulullah hijrah ke Madinah tidak dengan Vini-Vidi-Vici, meskipun beliau mampu untuk memakai V-3.

Jadi, jangan salahkan masyarakat Besuki jika kamu ditepis atau ditolak untuk buat lembaga di situ. Caramu yang salah!

Kamu ngaji dulu ke Pawang macan, cara apa yang dipakai oleh Pawang kok macan bisa luluh, bertekuk dan takluk???!.

SUARA RAKYAT ADALAH SUARA TUHAN.

Cabut itu katamu “BILA PERLU SAYA SIAP MATI” . Masyarakat Besuki itu dulurmu, dulur seagama, sebangsa dan semanusia. Subhanallaaaaaaaaaah…!

Mas Nur, masyarakat jangan dilawan. Ada Allah, ada Rasulullah dan ada ulama-ulama Allah di belakang mereka.

Jaga itu mulut .

Semoga kyai-kyai, para ulama’, aparat-aparat pemerintah dan masyarakat di Besuki bersatu, bersatu untuk tidak ada lembaga Mas Sugik di Besuki.

Kata-kata dan geliat Mas Sugik sudah anyir.

Demikian Surat Terbuka Warga Situbondo untuk Mas Nur Sugik.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Sebutir rakyat Sutubondo:

H.Imam Qusyairi Syam, 0pelan Indah.

*Untuk melengkapi, saksikan juga video berikut ini.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *