YOGYAKARTA, BANGKITMEDIA
Hari santri merupakan hari spesial bagi masyarakat, dan tentunya untuk santri yang hidup dalam lingkup pondok pesantren. Saat hari itulah, seluruh santri menunjukkan eksistensi mereka, dengan menampilkan berbagai karya, kreatifitas, dan juga keterampilan-keterampilan yang dimiliki.
Demikian ditegaskan oleh Pengasuh Pondok Pesantren al-Imdad Bantul, KH. Habib Syakur kepada bangkitmedia.com saat ditemui di panggung utama Grebeg Santri 2019, Ahad (13/10/19)
“Santri itu sebenarnya sama dengan masyarakat, perbedaannya hanyalah santri lebih religius dibanding dengan masyarakat umum. Selain ngaji, santri juga bisa melakukan apapun,” tutur Kiai Habib.
Dapat kita ketahui sendiri, lanjut Kiai Habib bahwa tingkat kreativitas dari para santri tersebut tidak kalah dengan murid-murid umum.
“Mereka mampu menciptakan seni yang indah dengan perpaduan agama dan budaya. Seperti halnya Pondok Pesantren al-Imdad yang mengusung tema Walisongo. Tema tersebut cukup menarik perhatian masyarakat,” jelas Kiai Habib.
Kiai Habib kemudian menjelaskan filosofi mengapa mengangkat santri-santri Pesantren al-Imdad mengusung tema Walisongo.
“Ya kan kita pesantren di desa, di gunung. Sedangkan Walisongo itu sebagai uswatun khasanah kita untuk berdakwah. Sehingga dakwah kita itu harus membumi, jangan sampai hanya secara eksklusif dan akhirnya jauh dari masyarakat,” tegas Kiai Habib.
Seperti Walisongo, lanjut Kiai Habib, yang mampu membawa Islam dengan sejahtera di Nusantara, santri juga diharapkan mampu berdakwah dengan berbagai kemampuannya. Sehingga mereka mampu beradaptasi dengan baik dalam lingkungan dakwahnya tersebut.
“Harapan saya, ke depannya kreasi santri dapat ditingkatkan lagi. Karena kreasi-kreasi dari santri itu yang ditampilkan hanya bagian kecilnya saja,” tandas Kiai Habib. (Muflihah/Rn/bangkitmedia.com)
*Penulis adalah Mahasiswa KPI UIN Sunan Kalijaga yang sedang Magang Profesi di Majalah Bangkit dan Bangkitmedia.com