Indonesia sebagai negara yang memiliki kekayaan alam berlimpah dan salah satu negara terbanyak penduduknya di dunia, tidak dapat dipungkiri Indonesia menjadi salah satu negara yang diminati oleh pelaku pasar baik lokal maupun mancanegara. Indonesia, sebagai penyedia bahan baku yang melimpah potensi pasar yang sangat besar, tentu Indonesia menjadi salah satu negara yang cukup diperhitungkan dalam kelangsungan ekonomi dunia. Sehingga tidak salah jika IMF (International Monetary Fund) memilih Indonesia sebagai tuan rumah IMF-World Bank Meeting 2018 yang akan dilaksanakan di Bali pada Oktober 2018 mendatang.
Melihat potensi Indonesia yang begitu menggiurkan, tentu pelaku ekonomi dari berbagai negara akan selalu berupaya untuk ambil peran dalam meraup keuntungan dari potensi tersebut. Seiring dengan pesatnya laju teknologi informasi membuat masyarakat Indonesia harus berperan aktif untuk ikut serta dalam kontestasi pasar yang ketika lengah sedikit saja akan tertinggal jauh oleh pelaku pasar lainnya ini.
Jika ingin ambil peran dibidang produksi tentu hal yang harus dipertimbangkan adalah produksi apa yang belum banyak disentuh oleh negara lain. Karena jika bersaing dengan mereka yang sudah profesional tentu produk kita akan tertinggal jauh dan dikesampingkan dalam pemasaran. Industri kreatif misalnya, mengingat potensi masyarakat Indonesia dalam hal ini sangatlah besar, maka sektor ini perlu mendapat perhatian lebih, baik dari pemerintah maupun dari masyarakat sendiri.
Industri kreatif, selain mayoritas pelakunya adalah pelaku home industri yang konsen dalam pengembangan produk kerajinan, produk yang dihasilkan seperti kerajinan kayu, batik, grabah, dan lannya sangat diminati wisatawan terutama wisatawan asing, industri kreatif ini juga lebih mudah diakses dan dikembangkan oleh seluruh lapisan masyarakat.
. Industri kraetif dibidang merchandise misalnya, setiap daerah di indonesia pasti memiliki paroduk-produk kreatif yang memikat pengungjungnya. Namun pelaku isndustri kreatif ini kerap kali menhadapi kesulitannya ketika berurusan dengan akses permodalan. Akibat minim dan susahnya akses permodalan industri kreatif menuai kelambatan dan kesulitan dalam meningkatkan omset.
Mengingat salah satu kendala utama dalam keberlangsungan industri kraetif adalah sektor permodalan, maka menjadi penting untuk mensinergikan industri kreatif ini dengan industri keuangan, karna bagaimanapun industri keuangan akan tetap eksis apabila disekelilingnya ada pengusaha yang selalu melakukan akses pada industri keuangan tersebut.
Industri Kreatif Solusi Krisis Ekonomi
Selain potensi dan hambatan yang ada dalam tatakelola industri kreatif, industri kreatif merupakan salah satu sektor ekonomi yang tidak begitu goyah ketika Indonesia dilanda kerisis keuangan pada tahun 1998 silam. Di saat industri-industri besar banyak yang “oleng” bahkan gulung tikar pelaku industri kreatif ini justru mampu bertahan dalam situasi krisis sekalipun.
Sejak krisis keuangan pada tahun 1998 silam, masyarakat selalu hawatir melihat perkembangan nilai tukar rupiah yang semakin rendah, mengingat hal tersebut masyarakat selalu khawatir peristiwa tahun 1998 akan terulang kembali. Apalagi menjelang akan di adakannya IMF-World Bank Meeting 2018 yang akan dilaksanakan di Bali pada Oktober 2018 mendatang. Media sosial pun ambil peran dalam menyebarluaskan informasi tersebut dengan berbagai macam pro dan kontaranya.
Sebagai salah satu negara anggota IMF, Indonesia telah mejajaki banyak pengalaman yang sangat berharga dalam menunjang kedewasaan dalam tatakelola keuangan bangsa ini. krisis ekonomi pada tahun 1998 misalnya, tentu peristiwa krisis ekonomi yang merupakan akibat anjloknya nilai rupiah ini menyisakan “trauma” atau pandangan negatif terhadap IMF selaku Organisasi Keuangan yang membawahi berbagai negara terdampak krisis tersebut. Terlepas dari tujuan utama IMF adalah untuk maslahatnya perputaran ekonomi dan keuangan internasional negara-negara anggotanya, namun tidak dapat dipungkiri pula bahwa krisis pada tahun 1998 di Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan keikutsertaan Indonesia sebagai anggota IMF.
Terlepas dari berbagai persoalan yang telah dihadapi atau yang akan ditanggung bagsa ini sebagai akibat keikutsertaannya dalam keanggotaan IMF, tentu banyak pula potensi yang dapat diperoleh dalam hubungan baik sesama anggota IMF yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Mengingat Indonesia masih menempati posisi negara yang laju ekonominya terbilang lamban. untuk mengatasi semua itu tentu “PR” besar bersama saat ini adalah bagaimana meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi.
Pentingnya Sinergi Industri Kreatif dan Industri Keuangan
Selain industri kreatif, salah satu sektor industri yang tetap eksis dalam perhelatan krisis keuangan pada tahun 1998 adalah Industri keuangan syariah seperti perbankan syariah dan BMT (Baitul Mall wat Tamwil). Industri keuangan syariah ini terbilang memiliki ketahan yang mumpuni, mengingat banyaknya Bank dan lembaga keuangan yang gulung tikar akibat ketidakmampuannya menghadapi krisis moneter pada tahun 1998, namun disaat bersamaan ternyata lembaga keuangan syariah ini justru mampu bertahan dan tetap eksis meskipun omset dan peminatnya masih terbilang jauh lebih sedikit dibanding Bank-bank umum lainnya.
Mengingat industri kreatif dan industri keuangan syariah ini mampu bertahan dalam perhelatan kerisis ekonomi tahun 1998, tentu keberadaan dua sektor industri ini perlu mendapat perhatian khusus untuk kemudian disinergikan sehingga kebutuhan modal pelaku industri kreatif dapat difasilitasi secara khusu oleh industri keuangan syariah tersebut. Dengan harapan seberat dan sebesar apapun tantangan krisis ekonomi hari ini dan yang akan datang, disaat kedua sektor industri ini telah mencapai tingkat profesionalitas yang mumpuni akan mampu menjawab tantangan ekonomi Indonesia.
Oleh: Amrullah