Sepuluh Tanda Kegelapan Hati

Oleh : KH. Ahmad Ishomuddin, Rais Syuriah PBNU

Penyebab utama kekerasan dan kegelapan hati adalah kecintaan kepada selain Allah atau karena hatinya tidak tersinari oleh cahaya iman, islam dan ihsan. Berikut ini ada 10 (sepuluh) tanda kegelapan hati yang bermanfaat untuk meneliti hati kita sendiri dan bukan untuk mengoreksi orang lain :

  1. Berkeyakinan bahwa berbagai sebab itu memberi bekas bersama Allah. Hatinya meyakini bahwa sebab itu menentukan bersama Allah. Seperti ketika ia sakit ia minum obat dan kemudian meyakini bahwa yang membuatnya sembuh adalah obat. Padahal jika ia sakit maka yang menyembuhkannya hanyalah Allah. Benar, bahwa Allah telah memerintahkan kita untuk bersebab, seperti berusaha, berobat, makan dan sebagainya. Namun, jangan menyamakan antara sebab dengan musabbib (Allah).
  2. Tidak merasa takut pada ancaman Allah berupa laknat, azab, dan neraka. Seperti tetap melakukan maksiat tanpa takut siksa, tanpa merasa berdosa, tanpa penyesalan sehingga selalu mengulanginya karena enggan dan menunda-nunda bertobat.
  3. Tidak tergiur dengan apa yang dijanjikan oleh Allah berupa surga dan ridla-Nya.
  4. Tidak mengambil manfaat dari ilmu karena hatinya terdinding oleh selain Allah. Seperti rajin menghadiri majelis ilmu tetapi perilakunya tidak membaik.
  5. Tidak mengambil manfaat dari pergaulannya bersama orang-orang yang baik dan taat (shaleh). Ucapan dan perilakunya tidak berubah membaik meskipun bergaul erat dengan orang-orang baik yang selalu menaati Allah dan tidak durhaka kepada-Nya.
  6. Tidak menangis karena menyesali berbagai kemaksiatan yang pernah dilakukannya.
  7. Tidak merasa malu berbuat yang bertentangan dengan sunnah dan merusak kehormatan dirinya.
  8. Tidak merasa rugi meninggalkan ketaatan. Seperti tidak merasa rugi dan tidak pula menyesal karena kehilangan kesempatan untuk beribadah. Kehilangan kesempatan untuk berbuat taat merupakan kerugian yang besar.
  9. Tidak merasakan manisnya ketaatan. Orang yang gelap hatinya jelas tidak merasa nyaman dan nikmat dalam ibadahnya.
  10. Tidak merasa prihatin dengan bencana dan musibah yang menimpa kaum muslimin.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *