KH Ahmad Muwafiq (akrab disapa Gus Muwafiq) menuai kontroversi setelah menyampaikan ceramahnya tentang sejarah dan kepribadian Nabi Muhammad. Ceramah itu berlangsung pada 6 September 2019 di Dusun Tempel, Desa Ngeaji, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah dan baru ramai saat ini ketika video itu dipotong dan diviralkan.
Menurut Sekjen Ikatan Keluarga Alumni Nahdlatul Ulama Mesir (IKANU), Anis Mashduqi, pada awalnya melihat narasi ceramah secara utuh di video lengkap berdurasi 1 jam 53 menit itu seakan tidak ada yang aneh. Hanya saja ketika Gus Muwafiq berusaha menjelaskan sisi manusiawi masa kecil Nabi Muhammad bersama kakeknya, Abdul Munthalib, dinilai sebagian kalangan menciderai kepribadian Nabi Muhammad.
“Respon masyarakat di dunia maya kemudian antara pro dan kontra, beberapa rilis resmi menyatakan keberatan. Bahkan pihak FPI secara resmi akan melaporkan Gus Muwafiq ke pihak berwajib,” tegas Gus Anis, panggilan akrabnya, yang juga pengasuh Pesantren Al-Muhsin Krapyak Yogyakarta.
Gus Anis Mashduqi juga menghimbau umat Islam untuk tidak terlalu reaktif dan emosional menyikapi ceramah Gus Muwafiq. Dengan memperhatikan keresahan Gus Muwafiq terhadap generasi milenial seharusnya para cerdik pandai, tokoh agama dan akademisi memahami, bahwa tidak mudah menghadirkan sosok Nabi Muhammad untuk bisa dicerna secara baik bagi cara berpikir generasi milenial.
“Kontroversi Gus Muwafiq adalah momentum umat Islam untuk memahami Nabi Muhammad sebagai manusia, meski Nabi Muhammad di atas rata-rata manusia, “basyarun la kal basyar”. Dimensi kemanusiaannya justru perlu dieksplor supaya lebih kaya dan mudah dicerna terutama generasi milenial, bukan sekedar seperti selama ini, kita terlalu sering memahami dimensi “la kal basyar”nya,” tambah Gus Anis.
Anis Mashduqi, selaku Sekjen IKANU, mengajak kepada umat Islam untuk mampu mempelajari sejarah Nabi Muhammad, tidak hanya sebagai manusia yang penuh dengan keajaiban dari Allah SWT, tapi juga sebagai manusia yang tumbuh dan bergelut dan berinteraksi dengan sesama manusia.
“Dalam pemahaman ushul fiqh pun Nabi Muhammad tidak ma’shum dalam permasalahan-permasalahan sehari-hari dan duniawi, sebagaimana tergambar jelas dalam narasi Hadits “Antum a’lamu bi umuri dunyakum”, menyikapi tawanan perang Badar, pernikahannya dengan sayidah Zainab, seputar penyikapan Abdullah ibn Umi Maktum, dan lain sebagainya,” pungkasnya.
Hanya sehari setelah kontroversi, Gus Muwafiq telah meminta maaf dengan cukup dewasa apabila dalam ceramahnya dinilai menyinggung perasaan sebagian umat Islam dan merugikan mereka. Dalam video permohonan maaf itu, Gus Muwafiq menjelaskan latar belakang keresahannya yang selama ini seringkali menghadapi pertanyaan kalangan milenial terkait sejarah dan karakter Nabi Muhammad. (Rohim/Bangkitmedia.com)