Barisan Ansor Serbaguna atau yang akrab kita sapa BANSER (Barisan Ansor Serba Guna) adalah salah satu Badan Otonom (BANOM) Nahdlatul Ulama yang bertugas untuk menjaga, melindungi serta mejalankan misi kemanusiaan di NKRI.
Ditengah maraknya ideologi radikalisme di negri ini, BANSER mengemban amanah yang sangat mulia, turut serta berjihad mempertahankan keutuhan bangsa ini dari jajahan ideologi yang memojokkan Pancasila dan menghapuskan pedoman kita dalam bermasyarakat yakni “Bhineka Tunggal Ika”.
Ada suatu hal menarik sebenarnya yang ingin sekali saya tuliskan disini, mengenai BANSER. Entah mengapa tiap kali saya berjumpa dengan pria bersragam loreng bertuliskan BANSER, sontak hati ini tergetar, rasanya seperti ada yang mendorong saya untuk bisa bercakap dengan mereka. Saya ingin sekali menanyakan banyak hal yang selama ini ada dan menghantui pikiran saya mengenai BANSER.
Dan hal yang membuat saya senang sekali apabila bertemu dengan pasukan militan NUsantara tersebut adalah karena BANSER lah yang pertamakali mengebalkan saya tentang Nahdlatul Ulama. Saya akui, saya ini berasal dari keluarga kecil di sebuah desa pelosok yang di mana NU di daerah saya belum terlalu populer di mata masyarakat sekitar.
Di keluarga saya sendiri, kami islam, kami melaksanakan amaliyah yang sering dilakukan kalangan Nahdliyyin, namun kami belum faham apakah Nahdlatul Ulama itu, apakah Nahdliyyin itu? Kala itu ada sebuah acara pengajian bulanan di masjid kakek saya, seperti biasa, karna saya adalah anak yang “mbuntutan” terhadap ayah saya, saya tertarik untuk ikut serta dalam pengajian tersebut.
Saya melihat di tiap-tiap sudut masjid ada bendera “ijo royo royo” yang menyejukkan mata tiap-tiap orang yang memandangnya. Saya lihat kursi di sebelah timur masjid penuh dengan pasukan militan bersragam loreng. Ketika itu saya belum faham apa itu BANSER. Saya dari kecil suka sekali “nimbrung” orang lain. Tiba tiba, saya berniat untuk mendekati mereka dan bertanya-tanya. Kala itu saya memanggil mereka “Pak Polisi”, Sontak mereka pun kaget dan salahsatunya memangku saya, “Adek, kami bukan polisi, kami ini BANSER”.
Aku yang masih lugu dan polos ini sangat bingung “Apa itu BANSER?” saya alihkan pertanyaan saya “Pak polisi, itu bendera apa kok saya ndak pernah lihat?” Akhirnya mereka menjelaskan apa itu NU. Saat itu saya masih kecil, masih polos dan “Imut-imut” tentunya. Ketika pulang saya bertanya kepada kakek saya “Kek, NU itu apa kek? Tadi Nanda ketemu dengan Pak polisi, lalu nanda diceritain tentang NU”. Kemudian kakek saya pun menjelaskan kepada saya sedikit tentang NU supaya saya paham apa itu NU, walaupun hanya sedikit saja.
Semenjak itulah saya tahu apa itu NU. Namun hanya tau dalam etimologinya saja, maksud dan tujuannya saya masih belum faham waktu itu. Itulah sebab mengapa saya mengagumi sosok BANSER hingga saat ini. Sosok pemuda yang berjiwa tegas, disiplin ini dalam hatinya tertancap berjuta keikhlasan dalam menjalankan amanahnya sebagai militan NUsantara.
Buktinya saja tiap kali saya bertemu dengan mereka, terlihat senyum manis menawan menghiasi raut wajahnya yang penuh dengan tetesan keringat penuh barokah itu. Tiap jejak langkahnya mengandung berjuta doa untuk NUsantar, tiap diamnya mengandung berjuta dzikir untuk NUsantara. Segalanya mereka lakukan demi NUsantara, tanpa embel-embel lainnya. Kinerjanya yang ikhlas membuat kehidupannya cukup dan barokah.
Bukan maksud hati merendahkan militan lainnya, saya juga berterimakasih dan sangat mengapresiasi militan NKRI lainnya, yang sudah bersusah payah mengamankan dan juga menjaga keutuhan NKRI ini. Namun BANSER lah yang sudah banyak berperan di kehidupan saya.
Jujur sampai saat ini saya masih bingung, mengapa ada saja tanggapan oknum masyarakat yang masih membenci BANSER. Mereka mencaci, memaki, merendahkan tugas mulia ini. Seakan BANSER selalu salah dimata mereka. Saya tegaskan sekali lagi, Banser itu kinerjanya seperti Polisi, TNI, dan Militan NKRI lainnya. “Menolong tanpa pandang bulu, Mengabdi dengan ikhlas, siapa butuh pasti rawuh” karna didalam jiwa dan lubuk hati mereka paling dalam sudah tertancap “Hubbul wathon minal iman (Cinta tanah air merupakan sebagian dari iman)” sehingga untuk melaksanakannya tidak butuh suatu dalil. Seharusnya kita kaji terlebih dahulu, jangan waton mengatai kinerja BANSER.
Peran BANSER terhadap NKRI?
Coba kita lihat, ketika ada pengajian ulama dan tokoh-tokoh NUsantara, pasti ada BANSER.yang siap menjaga mengamankan serta menertibkan pengjian tersebut. Apakah mereka mengharapkan imbalan? TIDAK!!. Yang mereka harapkan adalah bagaimana tercipta rasa aman dan nyaman ketika berada dalam pengamanan mereka. Mereka bekerja dengan Ikhlas, tak kenal lelah.
Mengapa mereka mengamankan Greja? Karna itulah tugas mereka. Mengamankan Gereja bukan berarti mereka mengikuti ibadah di dalam Greja. Namun itulah yang namanya Cinta. Pastinya selalu menjaga dan mempertahankan apa yang dicintainya. Maksud saya, kecintaan BANSER terhadap NKRI ini sudah tidak diragukan lagi adanya. Dalam menyatakan rasa cintanya terhadap NKRI ini pastinya mereka juga harus mencintai apa yang ada di dalamnya, mengamankan serta mempertahankan yang dicintainya.
Semoga dengan makin banyaknya BANSER dan militan NUsantara di Indonesia ini mampu memperkokoh NKRI dari ancaman ideologi radikalisme yang semakin lama semakin membaur di nehri ini sendiri. Mari bersama-sama kita lawan oknum yang hendak memecah belah keutuhan NKRI ini. “NKRI HARGA MATI !”. Salam Pelajar NUsantara
Penulis adalah Vinanda Febriani, Pengurus PAC IPPNU Borobudur Magelang.