Hari ini berseliweran narasi yang dibangun oleh sebuah partai dakwah ihwal hari santri. Mereka mengklaim bahwa HNW merupakan pengusul ditetapkannya tanggal 22 Oktober sebagai hari santri nasional.
Sebentar. Saya punya sedikit cerita ditetapkannya tanggal 22 Oktober sebagai hari santri nasional.
Begini ceritanya:
Sore itu sekira tanggal 22 April 2015 saya mendapat telepon dari salah satu pejabat Kemenag. Intinya saya diminta mengingatkan Kiai Said terkait undangan FGD penetapan hari santri, sekaligus mengawal dan memastikan beliau hadir di acara tersebut.
Singkat cerita saya akhirnya sowan ke ‘ndalem’ beliau, lalu ‘matur’. Beliau nanya, ” acaranya kapan? Dimana?”, Saya jawab,”hari ini bakda isya’, di Bogor”. “Baik, ini acara penting. Harus datang. Meskipun jauh-jauh hari kedutaan Iran juga mengundang acara yang dihadiri Presiden Iran, Hassan Rouhani”.
Sewaktu saya hendak pamit, beliau dawuh, “jangan pulang, kamu harus ikut”. Akhirnya saya ikut menemani beliau menghadiri acara tersebut. Di sepanjang perjalanan beliau meminta saya untuk mengumpulkan data-data terkait resolusi jihad. “Saya akan menyampaikan bahwa tanggal 22 Oktober adalah hari santri nasional. Bukan tanggal lainnya”. Tutur beliau.
Sesampainya di lokasi acara, saya menyimak penjelasan beliau. Sebelumnya ada banyak yang mengusulkan bahwa hari santri ditetapkan tanggal 1 Muharram. Sementara beliau mengusulkan tanggal 22 Oktober, yang juga secara tidak langsung memperingati resolusi jihad. Tak lama kemudian akhirnya pemerintah menetapkan hari santri sesuai usulan dari ketua umum PBNU tersebut.
Demikian cerita seorang santri tentang penetapan tanggal 22 Oktober sebagai hari santri nasional.
Salam
Idris Masudi