Saya Tidak Bisa Membayangkan

Saya Tidak Bisa Membayangkan

Saya Tidak Bisa Membayangkan

Saya tidak bisa membayangkan

jika tidak ada Ibu Kartini,

apakah perempuan Indonesia akan pintar?

 

Saya tidak bisa membayangkan

jika tidak ada Ibu Kartini,

apakah perempuan Indonesia

bisa menjadi presiden seperti Ibu Megawati?

 

R.A Kartini adalah pahlawan perempuan yang memperjuangkan melawan masa kebodohan, menyekolahkan anak-anak yang terutama kaum perempuan. Selain itu, R.A kartini mementingkan pendidikan dan memperjuangkan kemerdekaan, pada saat R.A kartini belum melakukan/mementingkan pendidikan. Memperjuangkan kemerdekaan, melawan masa kebodohan. Anak-anak yang ada di Indonesia tidak diperbolehkan untuk sekolah karena pada saat itu masih berperang melawan belanda. Setelah itu R.A kartini berfikir keras agar anak-anak yang ada di Indonesia khususnya kaum perempuan bisa melaksanakan/melakukan kewajiban sekolah khususnya anak-anak yang ada di Indonesia.

Setelah R.A Kartini berjuang, berfikir keras agar kaum wanita bisa bekerja, berkarir, berkembang. Ia merupakan pejuang yang sangat gigih dalam memperjuangkan kaum wanita. Saya ingin bisa mewujudkan apa yang dikatakan oleh R.A Kartini dalam hal memperjuangkan, kemerdekaan, melawan masa kebodohan.

Mementingkan kaum wanita, jika bukan karena R.A Kartini bangsa akan jadi apa?

*M. Rifki Dewa Shakti (asli Magelang, siswa kelas VIII MTs Binaul Ummah Magelang)

____________________

Semoga artikel Saya Tidak Bisa Membayangkan ini memberikan manfaat kepada kita semua, amiin..

BONUS ARTIKEL TAMBAHAN

Zainab Ats-Tsaqafiyah, Kisah Sahabat Perempuan yang Kaya Raya

Namanya adalah Zainab Ats-Tsaqafiyah RA. Beliau adalah sahabat perempuan Nabi Muhammad dari golongan bangsawan yang kaya-raya. Zainab berasal dari kabilah Bani Tsaqif di Thaif.

Ia menikah dengan Sahabat Abdullah bin Mas’ud, seorang sahabat Nabi SAW yang tadinya hanyalah seorang buruh penggembala kambing. Islam telah memuliakan Abdullah bin Mas’ud dengan kemampuannya di dalam Al Qur’an, bahkan Nabi SAW memuji bacaannya, tepat seperti ketika Al Qur’an diturunkan. Tentu saja Ibnu Mas’ud hanyalah dari kalangan biasa dan miskin, bahkan kondisi fisiknya ada kekurangan (cacat).

Walau dengan ‘derajat’ duniawiah yang begitu jauh berbeda, Zainab bersedia dinikahi Ibnu Mas’ud, karena ia menyadari kekayaan dan kebangsawanannya belum tentu bisa menjamin keselamatannya di akhirat kelak. Tetapi dengan menjadi istri dan pendamping seorang sahabat yang begitu dimuliakan Rasulullah SAW, ia yakin akan memperoleh keistimewaan masuk surga, asal dengan ikhlas mengabdi pada suaminya tersebut.

Suatu ketika Zainab mendengar Nabi SAW bersabda, “Wahai kaum wanita, bersedekahlah kamu sekalian, walaupun harus dengan perhiasanmu…!!”

Ketika tiba di rumah dan bertemu dengan suaminya, Abdullah bin Mas’ud, ia menceritakan sabda Nabi SAW tersebut dan berkata, “Sesungguhnya engkau adalah orang yang tidak mampu, tolong datang dan tanyakan kepada Nabi SAW, apa boleh aku bersedekah kepadamu, jika tidak boleh, aku akan memberikannya kepada orang lain…!!”

Tetapi Ibnu Mas’ud merasa tidak enak dan malu menanyakan hal tersebut kepada Nabi SAW, karena ia dalam posisi berhak tidaknya menerima sedekah dari istrinya sendiri. Apalagi ia mempunyai kedekatan khusus dengan beliau. Karena itu ia berkata kepada istrinya, “Kamu sendiri saja yang datang kepada beliau dan menanyakannya…!!”

Dengan perintah atau ijin suaminya tersebut, Zainab datang ke rumah Nabi SAW, ternyata di sana telah ada seorang wanita Anshar menunggu Nabi SAW hadir/datang untuk menanyakan hal yang sama dengan dirinya. Seperti telah memperoleh isyarat, Nabi SAW memerintahkan Bilal keluar menemui dua wanita tersebut, dan Zainab berkata, “Wahai Bilal, sampaikan kepada Rasulullah SAW, dua orang wanita menanyakan kepada kepada beliau, apa boleh kami memberikan shadaqah kami kepada suami dan anak-anak yatim yang kami asuh? Tetapi, tolong jangan dijelaskan siapa kami!!”

Bilal masuk kembali menemui beliau dan menyampaikan pertanyaan mereka berdua. Tetapi Nabi SAW justru menanyakan identitas mereka berdua sehingga Bilal tidak mungkin menyembunyikannya, ia berkata, “Seorang wanita Anshar dan Zainab, ya Rasulullah!!”

“Zainab yang mana?” Tanya Nabi SAW.

“Istri Abdullah bin Mas’ud…!!”

Nabi SAW bersabda, “Jika itu yang dilakukannya, kedua wanita tersebut akan mendapat dua macam pahala, pahala membantu kerabatnya, dan pahala shadaqah….!!” Bilal menyampaikan jawaban Nabi SAW, dan tentu saja Zainab beserta wanita Anshar tersebut sangat gembira.

“Ijtihad” mereka tentang shadaqah ternyata dibenarkan beliau, bahkan memperoleh pahala berlipat.

Demikian Zainab Ats-Tsaqafiyah, Kisah Sahabat Perempuan yang Kaya Raya. Semoga Bermanfaat.

Penulis: Amrullah

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *