Muhammad Sangsaka Adyana Usman, panggilan akrabnya Saka, adalah peserta khitanan massal paling kecil dan muda yang diselenggarakan oleh PWNU DIY hasil kerja sama NU CARE LAZIZNU dengan Alfamart.
Pelaksanaannya dilakukan hari Kamis (27/12/2018) di Gedung PWNU, Jl. MT. Haryono No. 42, Suryodiningrat, Mantrijeron, DIY. Jumlah peserta 50 anak, perwakilan dari masing-masing kabupaten dan kota se-DIY.
Saka berusia 6 tahun, kelahiran 29 November 2012, anak kedua dari pasangan bapak Ali Usman dengan ibu Lailiyatis Sa’adah, terlihat semangat dan berani dikhitan. Keberanian Saka yang masih duduk di kelas TK itu tidak bisa dilepaskan dari peran orangtuanya.
Bagaimana pengalaman mendidik anak, hingga tidak ada kesulitan mengajak Saka untuk dikhitan?
“Kami membiasakan diri untuk selalu berdialog dengan anak, memberi pemahaman tentang dampak positif secara medis dari sunat atau khitan, sambil juga menjelaskan bahwa sunat merupakan anjuran syariat Islam”, tutur bunda Lia, panggilan akrab ibunya ananda Saka.
Saat ditemui crew bangkitmedia, pasutri ini bercerita bahwa Saka sebenarnya sudah mau disunat sejak setahun lalu (2017), tapi sebagai orangtua belum tega.
Karena itu, tidak ada persiapan khusus bagi Saka untuk melaksanakan khitan. Ketika ditawari apakah mau ikut khitan massal, Saka langsung menjawab, siap. Prosesnya pun berjalan lancar. Kalau pun mengeluh sakit, masih wajar, hanya sebentar dan tidak berlebihan.
“Ini juga sebenarnya berkah dari para kiai dan ulama NU. Karena sebelumnya Saka sering ditawari untuk ikut khitanan massal oleh lembaga lain, namun sering gagal, ada saja yang membuat rencana itu tidak terlaksana. Tapi begitu ditawari oleh teman ayahnya, pegiat LAZIZNU DIY, ternyata jodoh, alhamdulillah. Terima kasih PWNU DIY,” imbuh bunda Lia. (chi)