Risiko Menjernihkan Kekeruhan: Catatan Atas Keberanian dan Keteguhan Sahabat Ansor

Muhasabah Kebangsaan

RISIKO MENJERNIHKAN KEKERUHAN
(Catatan Atas Keberanian dan Keteguhan Sahabat Asor)

Oleh: Al-Zastrouw

Pagi ini, 17 Februari 2019, mendapat kiriman video youtube yang memperlihatkan keberanian teman Banser dan Anshor melakukan klarifikasi dan meminta keterangan dari Nur Sugi yang selalu menghujat Banser, Ansor, NU dan Islam Nusantata, di suatu forum dakwah.

Yang menarik, klarifikasi ini dilakukan di hadapan publik yang menjadi pendukung Sugi, artinya langsung di kandang mereka, bukan di komunitas Anshor sebagaimana yang selama ini terjadi. Di forum ilmu yang mulia ini teman-teman Anshor mencoba melakukan dialog dan klarifikasi.

Tapi anehnya mereka malah mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan, dikeroyok, didorong-dorong, cacimaki bahkan ada teriakan kata “sembelih” sayup terdengar dari video tersebut. Yang lebih aneh adalah caption di yutobe tersebut yang menggunakan istilah Banser, Anshor dan Jokower menjadi penyusup di acara dakwah.

Saya tertarik untuk memberikan pertanyaan dan catatan atas caption tersebut, karena seolah olah Banser, Ansor menjadi penyusup di pengajian dan penggunaan istilah Jokower dalam caption tersebut. Saya merasa caption tersebut merupakan bentuk pemelintiran (spinning) terhadap apa yang ada dalam video tersebut yang mengarah pada penggiringan opini dan tafsir atas apa yang terlihat dalam video.

Pertanyaan yang muncul terhadap caption terkait dengan gambar yang ada di video, apakah teman-teman Banser dan Ansor ini bukan orang Islam sehingga mereka dianggap penyusup ketika datang ke forum yang katanya majlis dakwah ini? Jangan-jangan mereka menganggap forum ini forum provokasi, bukan majlis dakwah, sehingga kepada orang yang bertanya baik-baik dengan hujjah yang jelas malah dianggap penyusup. Dari gambar tersebut terlihat si penanya tanya dengan baik-baik tanpa menghujat, tidak menggunakan kalimat kotor dan provokatif.

Pertanyaan berikutnya, apakah orang yang tanya tersebut menyebut Jokowi kok dianggap mereka penyusup dari Jokowi? Atau di otak mereka memang sudah tertanam bahwa orang-orang yang mau bicara agama dengan hujjah yang jelas itu orang Jokowi, sementara yang bicara provokatif dengan atasnama agama itu orang non Jokowi. Apa yang terjadi menunjukkan bagaimana sulitnya mengajak mereka berpikir waras dan jernih.

Peristiwa yang terlihat dalam video ini sepertinya juga mengindikasikan bahwa sebenarnya mayoritas mereka yang hadir di forum ini tidak butuh ilmu tapi butuh provokasi untuk mempertahankan emosi dan memuaskan nafsu, meski dibungkus dengan bahasa agama.

Di potongan video itu secara jelas disebut ada FPI, bahkan sempat direriakkan beberapa kali. Sebenarnya kalau FPI memang mau menjadikan forum tersebut sebagai majlis ilmu, mestinya mereka bisa langsung menjadi fasilitator unt menjadikan forum itu forum tabayyun dan dialog yang sehat antar kedua belah pihak seperti yg terjadi antara al-Jubai dan Asy’ari. Atau antara mbah Wahab dan A. Hasan…

Dengan cara ini nama FPI jadi harum sebagi perekat ummat dan pembela Islam sebagaimana yang mereka reriakkan selama jni. Tapi dengan sikap sebagaimana yang ada di vedeo itu FPI justru memplokamiskan diri sebagai ormas yang anti ilmu dan hanya bisa memberi panggung pada penceramah provokatif tanpa ilmu sejenis Nur Sugi.

Mungkin ada yang berpandangan bahwa teman-teman Anshor itu tidak bijak karena terkesan mendebat orang di depan publik. Yang perlu dipahami, forum ini kan forum dialog dan mereka menyampaikan pertanyaan dan pandangan pada saat session dialog, bukan saat penceramah sedang bicara; kedua mereka juga bertanya dengan sopan dan baik-baik, pertanyannya juga mengenai masalah agama, bukan politik.

Ketiga dan yang paling penting, peringatan secara bijak sebenarnya sudah sering disampaikan pada Sugi tapi tidak membuahkan hasil, malah dipelintir dan membuat dirinya merasa paling pinter dan paling bener sehingga terus menista dan mencaci siapa saja yang berbeda dengannya. Dan hal itu dilakukan atas nama agama dengan menggunakan ayat dan mimbar agama. Jika Sugik tidak bisa diingatkan dengan baik, mungkin dengan cara ini publik akan bisa mengetahui kualitas seorang penceramah sehingga mereka bisa membedakan antara dakwah dan cacimaki serta provokasi.

Saya berharap makin banyak anak-anak muda berilmu memiliki keberanian seperti sahabat Anshor yang ada di vedeo ini. Dan video ini bisa menjadi sumber inspirasi yang membangkitkan semangat para sahabat. Yang terpenting lakukan dengan akhlakul karimah. Terus berjuang dimanapun berada, di kandang macan sekalipun. Doa kami menyertai sahabat.

Semoga hal ini bisa menjadi bahan muhasabah kita bersama dalam memilih guru dan mengikuti ulama. Karena sebenarnya ulama bukan hanya mereka yang pandai bicara tanpa ilmu, bahkan sekalipun seseorang berilmu tidak bisa disebut ulama jika tidak berakhlak dan memiliki kedalaman spiritualitas. Karena ulama adalah pewaris.para Nabi dan takut kepada Allah. Bukan mereka yang pandai provokasi dan cacimaki. Tabikkk.****

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *