Perjalanan MRT memang terlalu singkat. Kemarin, saya hanya bisa membaca endorsement, bagian awal dan dua judul dalam kumpulan kisah para Ladies Ceria ini. Salah satunya pasti tulisan Bu Enung Mubarok yang dengan senang hati mengirim buku ini ke kantor.
Ada banyak kisah yang saya yakin tidak akan diceritakan oleh Habib Rizieq. Buku ini berisi kumpulan cerita “geng” emak-emak Indonesia yang tinggal di Arab Saudi, tentang sekolah anak-anak, tentang harga-harga barang di mal dan alasan klasik mengapa kaum ibu suka berbelanja, tentang gaya rambut salon, tentang pesta Arab larut malam, tentang apa yang ada dalam pikiran para istri orang Arab, tentang anggapan orang Arab terhadap orang Indonesia, dan masih banyak lagi.
Negeri Petrodolar ini memang unik. Mereka, kaum muslimin ini hidup dalam modernitas dan tradisionalitas sekaligus. Yang modern berkaitan dengan urusan bisnis, hotel, teknologi dan fasilitas. Yang tradisional ini berkaitan dengan pola relasi pemerintah-rakyat dan tentu yang sedang kita bicarakan ini terkait dengan berbagai ketentuan Islam (lebih tepatnya adat Arab) terkait urusan perempuan. Nasihat-nasihat Islam memang lebih sering ditujukan untuk kaum laki-laki, tapi mengenai perempuan. Rumit bukan?
Syahdan, relasi laki-laki dan perempuan di Arab Saudi perlahan telah berubah. Hal yang remeh, perempuan sudah boleh menyetir. Tidak banyak orang Indonesia yang pergi haji atau umroh tahu apa yang diketahui oleh emak-emak penulis buku ini. Saat perempuan-perempuan Indonesia ingin seperti perempuan Saudi, emak-emak ini tahu pada saat perempuan Saudi itu berkumpul, sebenarnya mereka mengidolakan perempuan negara mana 🙂
Penulis: A Khoirul Anam, dosen UNUSIA Jakarta.