Refleksi Penting Jelang Muktamar: NU Punya Karomah.
Menjelang muktamar NU ke 34 di Lampung, ada baiknya saya mengangkat cerita menarik di balik Muktamar NU di Makasar tahun 2010. Tiga hari sebelum muktamar, saya menemui Prof Muis Kabri, ketua DDI di Makasar untuk suatu keperluan. Sudah lama saya bersahabat dengan beliau, seorang ulama ASWAJA yang mempunyai integritas tinggi.
Ketika itu saya masih menjabat Waka BIN. Saya menanyakan siapa yang favorit menjadi pilihan sebagai Rais Aam. Beliau menjawab bahwa Indonesia Timur mayoritas mendukung KH Hasyim Muzadi dan hal itu sudah menjadi kesepakatan tidak tertulis. Sebenarnya kalau KH Sahal Mahfudz masih bersedia, pilihan jatuh ke beliau.
Kemudian saya sampaikan informasi bahwa atas prakarsa Rais NU Jateng, KH Masruri Mugni (almarhum) dan Rais Syuriah PWNU Daerah Istimwa Yogya, Kyai Asyhari Abta, berlangsung pertemuan sejumlah Kyai sepuh, yang mendaulat Kyai Sahal untuk bersedia dipilih kembali.
Prof Muis Kabri tampak terkejut dan menggeser duduknya terlihat kaget. Beliau kemudian mengatakan, lho kenapa KH Hasyim Muzadi mengatakan KH Sahal Mahfudz tidak mau dipilih lagi? Kalau begitu saya akan lapor KH Sanusi Baco (alm ), seorang ulama sepuh yang berpengaruh di Indonesia Timur.
Pilihan pun berubah ke KH Sahal Mahfudz. Penghormatan atau takdzim kepada Kyai senior merupakan nilai yang dijunjung tinggi dalam tradisi NU. Nilai-nilai kebajikan seperti itulah yang menjadikan NU sebagai organisasi yang mempunyai KAROMAH dan disegani.
Kata “NU BERKAROMAH” , istilah itu saya peroleh sekitar tiga bulan sebulan sebelum berlangsung muktamar Makasar dari Kyai Sahal Mahfudz. Beliau menanyakan siapa-siapa yang siap menjadi pengganti Rais Aam karena saya sudah tua, tanya beliau.
Saya sebut 11 nama dari pulau Jawa dan Luar Jawa. Ketika sampai pada “nama seorang kyai “, beliau mengatakan, “Insya Allah kalau NU masih ada karomahnya, yang terpilih tidak nama itu.”
Karena atas permintaan beliaulah saya bersedia menjadi Wakil Ketua Umum PBNU. Disamping itu, KH Said Aqil Siraj juga secara langsung meminta agar saya mau mendampinginya sebagai wakilnya. Padahal, jabatan sebagai Waka BIN baru habis pada 2012 atau masih dua tahun tersisa.
Semoga Muktamar ke-34 di Lampung akan berjalan lancar dan bersih dari NODA yang dapat mengotori wajah NU. Semoga NU tetap berkaromah.
Penulis: KH Dr As’ad Said Ali, Wakil Ketua Umum PBNU 2010-2015.