Refleksi Maulid Nabi, Musik, dan Spiritualitas

Refleksi Maulid Nabi, Musik, dan Spiritualitas

SLEMAN, BANGKITMEDIA Refleksi Maulid Nabi, Musik, dan Spiritualitas

Musik bukanlah hal baru dalam tradisi umat Islam di Indonesia. Musik sering digunakan sebagai ungkapan rasa cinta. Terutama cinta kepada Allah dan Nabi Muhammad SAW.

Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Yasser Arafat ketika mengisi pengajian peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Halaman Poliklinik UIN Sunan Kalijaga, Minggu malam (10/11).

“Rasa cinta orang-orang di Nusantara terhadap Kanjeng Nabi diungkapkan melalui musik,” ungkap dosen Sosiologi Agama UIN Sunan Kalijaga itu.

Menurutnya, terdapat banyak aliran musik yang mencerminkan kecintaan kepada Nabi. Seperti gending Jawa: Robbul ‘alamin, sholatan, sholawatan. Lagu-lagu tersebut sering dinyanyikan di perayaan sekaten di Yogyakarta.

Selain itu juga terdapat aliran gambus yang dipelopori oleh Sayyid Syekh Al-Bar. Ia mendirikan Orkes Gambus Al-Wathan di Surabaya. Lalu 1936 memulai rekaman perdananya. Musik gambus sangat digandrungi masyarakat Indonesia sampai 1950-an.

“Anaknya yang bernama Ahmad Al-Bar lalu membuat (album) Zakia pada 1979,” lanjutnya.

Album Zakia sangat laris di pasaran. Menurut Yasser, lagu beraliran dangdut ini memiliki tingkat spiritulitas yang dalam.

Kemudian tren dangdut diteruskan oleh Rhoma Irama. Sebelum mendirikan grup Soneta pada 1970, Ia bergabung dengan Orkes Melayu (OM) Chandraleka. Di orkes pimpinan Umar Alatas inilah Ia digembleng untuk menghasilkan lagu yang mempunyai ruh spiritualitas.

Selain mempunyai ruh spiritualitas, lanjut Yasser, lagu Rhoma Irama juga mempunyai unsur nada maqomat ‘arabiyyah. Maqomat tersebut sering digunakan dalam tilawah Al-Quran, seperti bayati, hijaz, shaba, rost, jaharkah, sikah, dan nahawand.

Lagu Rhoma Irama yang menggunakan maqomat ‘arabiyyah ini misalnya “Gulali”. Lagu dari album “Gulali’ yang dirilis tahun 1995 itu mempunyai nada nahawand.

“Karena itu lagu-lagu Rhoma Irama yang pertama-tama itu masih bernuansa maqomat ‘arobiyyah,”Jelas Yasser.

Yasser juga menyebutkan, penggunaan musik dalam spiritualitas keislaman sudah ada sejak zaman Walisongo. Contohnya adalah musik gamelan. Menurutnya, gamelan yang digunakan oleh Sunan Kalijaga, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Ampel berasal dari tradisi keislaman. Para wali tersebut adalah keturunan dari Sayyid Jumadil Kubro. Yang mana beliau adalah cucunya Sayyid Abdul Malik Al-Zamarkhan yang termasuk ahli bait dari Yaman.

“Jadi sebenarnya kita dan spiritualitas dalam Maulid nabi untuk mencintai nabi itu sangat dekat. Karena jejak-jejak musik yang kita nikmati bermuara pada cucu-cucunya Rasulullah Muhammad SAW,” Pungkasnya di acara yang sekaligus peringatan milad ke-38 Orkes Gambus Al-Jamiah, UIN Sunan Kalijaga. (Iwan Hantoro/rn)

*Penulis adalah mahasiswa KPI UIN Sunan Kalijaga yang sedang magang profesi di Majalah Bangkit dan Bangkitmedia.com

_________________

Semoga artikel Refleksi Maulid Nabi, Musik, dan Spiritualitas ini memberikan manfaat dan barokah untuk kita semua, amiin

simak artikel terkait di sini

kunjungi juga channel youtube kami di sini

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *