Berita NU, BANGKITMEDIA.COM
YOGYA- Mari rapatkan barisan, dukung TNI/POLRI membersihkan faham radikalisme di bumi Nusantara ini. Untuk para tokoh dan politisi, hentikan memberi komentar yang masih membela tetorisme dan menyalahkan POLRI jika anda tidak ingin dianggap politisi “teroris”.
Demikian komentar tegas Ketua Lembaga Bahtsul Masail PWNU DIY, KH Fajar Abdul Bashir dalam status akun facebooknya, Kamis (10/05) menanggapi kondisi Mako Brimob yang diserang kuam teroris dan berbagai komentar tokoh publik terkait kasus ini.
“Jika para politisi dan tokoh masih berkomentar membela tetoris, sudah layak ditangkap dan masukkan ke deruji besi. Karena jika dibiarkan, mereka akan menyuburkan benih-benih radikalisme melalui statemen-statemen mereka. Mereka hanya berpolitik, mereka hanya ingin dukungan suara, apapun idiologinya tidak masalah asalkan bisa menarik simpatik suara pemilu. Tapi mereka sudah kehilangan rasa nasionalisme, kehilangan kesadaran sebagai warga Indonesia,” lanjut Kiai Fajar.
“Tangkap politisi “teroris”. Amerika dan sekutu, kehilangan satu pasukan saja, seluruh negeri musuh akan digempur. Indonesia kehilangan 5 pasukan, maka sudah layak seluruh kekuatan mereka dibumi hanguskan,” tegas Kiai Fajar.
Sebelumnya, Ketua Umum PP GP Ansor, H. Yaqut Cholil Qoumas juga memberikan kritik keras atas tragedi Mako Brimob.
“Jika kalian masih saja diam, atau bahkan menyangkal bahwa tidak ada kelompok radikal yang mengatasnamakan agama di negeri ini, bumi yang kalian pijak akan menjadi mako brimob berikutnya.” Demikian ditegaskan Ketua Umum PP GP Ansor, Yaqut Cholil Qoumas dalam akun twitternya @GPAnsor_Satu (09/05).
“Tragedi Mako Brimob adalah bentuk amaliyah teroris, bisa jadi kalian korban berikutnya. Jika ada kelompok yang membuat gerakan teroris sekalipun mengatas namakan agama, apa yang mesti kita lakukan?,” sahut Ketua PW GP Ansor DIY, Muhammad Syaifudin Al Ghozali dalam akun facebooknya (10/05).
Kang Udin, panggilan akrab Muhammad Syaifudin Al Ghozali, dalam statusnya juga menggelorakan tagar dukungan terhadap Polri, yakni #DiamBukanPilihan, #LawanTeroris, #KamiBersamaPOLRI, dan #SavePolri.
Di pihak lain, para intelektual Muslim juga memberikan komentar kritis atas tragedi ini.
“Yang berlangsung di penjara Mako Brimob itu bukanlah jihad Islam, tetapi kejahatan terhadap kemanusiaan,” tulis Abdul Moqsith Ghazali di akun facebooknya (10/05).
“Yang tak kalah jahat adalah yang “memframe” itulah “jihad Islam”,” Lies Marcoes, tokoh perempuan Indonesia, memberikan tambahan komentar atas status Kiai Moqsith.
“DNA kami (NU-Polri-TNI) adalah agama moderat 100% & nasionalis 100%. Teroris dan mereka yang mengancam NKRI adalah musuh agama, musuh negara, harus ditindak. #KamiBersamaPolri,” demikian ditegaskan Umaruddin Masdar, tokoh muda NU asal Yogyakarta.
“Masih mau diam? Kalau aku sih nggak. Cukup sudah bangsa ini menderita karena perang melawan penjajah. Jangan sampai anak cucu kita hidup dalam suasana perang lagi. Mesakne. Sekali diam, maka sama saja membiarkan radikalisme menang!,” sahut Rokhim Nur, aktivis muda yang penuh semangat menggelora dalam status-statusnya. (md)