Rahasia Malam Lailatul Qadar Menurut Abah Guru Sekumpul

Rahasia Malam Lailatul Qadar Menurut Abah Guru Sekumpul

Ada rahasia yang terkandung di malam lailatul qadar. Menurut Abah saya (H.AbdurRahman), bahwa Abah Guru Sekumpul pernah berkata, bahwasanya di dalam Kitab Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa Imam Syafi’i berpendapat malam Lailatul Qodar itu malam 17 Ramadhan.

Apa itu malam Lailatul Qodar?

Malam Lailatul Qodar adalah malam yang istimewa di bulan suci Ramadhan. Malam Lailatul Qodar adalah malam hari raya para malaikat, karena malam hari raya para malaikat ada 2 malam, yaitu malam Nishfu Sya’ban dan malam Lailatul Qodar.

Seluruh para malaikat pada malam Lailatul Qodar berkumpul di Jabal Qof, yang mana Jabal Qof ini adalah seperti Baitullah yang ada di Makkah dan letak Jabal Qof ini di atas langit.

Keistimewaan malam Lailatul Qodar adalah salah satunya lebih baik daripada seribu bulan (83 tahun 4 bulan) yang mana kita beribadah seumur hidup kita di dunia ini malam Lailatul Qodar fadhilatnya melebihi kita beribadah dari seribu bulan yaitu 83 tahun 4 bulan. Malam Lailatul Qodar ini dikisahkan di dalam Qur’an pada surah Al-Qodar.

Tanda malam Lailatul Qodar

Disebutkan ulama-ulama terdahulu bahwa tanda malam Lailatul Qodar ada beberapa diantaranya adalah:

1- pada malam itu tidak ada angin dan tidak ada suara binatang.hening dan sunyi dan juga tenang pada malam itu.
2- mereka yang beribadah dimalam itu merasakan kelezatannya dan tenang hatinya ketika beribadah.
3- keesokan harinya dipagi hari cerah dan matahari tidak bersinar terang.

Sebagian ulama ada berpendapat bahwa malam Lailatul Qodar itu turun di-10 malam terakhir bulan ramadhan. Ada juga yang mengatakan bahwa pada malam ganjil di-10 malam terakhir bulan ramadhan. Ada juga yang mengatakan bahwa malam Lailatul Qodar turun pada bulan ramadhan antara awal dan akhir ramadhan.

Memang kita tidak tahu akan hal itu. Wallahu A’lam.

Karena malam Lailatul Qodar itu tidak pasti turunnya kapan. Bisa di awal, bisa di akhir, bisa di tengah, bisa di malam ganjil di-10 malam terakhir. Yang jelas kita tingkatkan ibadah kita selama bulan ramadhan.

Orang yang dapat melihat malam Lailatul Qodar adalah orang yang dipilih oleh Allah ta’ala karena kehendaknya. Orang yang bertemu malam Lailatul Qodar itu kalau dia berkata aku melihat malam Lailatul Qodar dan orang-orang di sekitar mengetahuinya maka keberkahan malam Lailatul Qodar itu berakhir di fajar shubuh. Akan tetapi orang yang melihat malam Lailatul Qodar dan dia merahasiakan hal itu dan hanya dia dan Allah tahu maka orang itu seumur hidup diberikan keberkahan oleh Allah ta’ala.

Malam Lailatul Qodar adalah malam paling mustajab berdo’a. Orang yang melihat malam Lailatul Qodar itu macam-macam, bisa ia melihat bulan belah dua, bisa ia melihat para malaikat turun menjelma manusia, bisa ia melihat pepohonan sujud ke kiblat, bisa ia mendengar semua makhluq di bumi memberi salam kepada para malaikat dan bisa juga ia melihat langit belah.

Semua itu tidak tentu cuma Allah yang mengetahui.

Orang yang beribadah di malam Lailatul Qodar atau di malam 10 terakhir dibulan ramadhan sama pahalanya dengan ketika bertemu malam Lailatul Qodar hanya saja kita tidak ditemui malam Lailatul Qodar. Adapun ibadah-ibadah di malam Lailatul Qodar itu banyak, diantaranya shalat tahajjud, shalat hajat, shalat taubat, shalat tasbih, dan ibadah-ibadah lainnya yang sunnat.

Demikian penjelasan tentang Rahasia Malam Lailatul Qadar Menurut Abah Guru Sekumpul. Mudah-mudahan dosa-dosa kita seumur hidup diampuni. Mudah-mudahan kita semua selamat dunia akhirat. Mudah-mudahan kita semua masuk surga berkat Rasulullah, Datu Kalampayan dan Guru Sekumpul. Aamiin…!!!

Penulis: Muhammad Zainuddin bin H Abdurrahman, santri Abah Guru Sekumpul.

Catatan Redaksi: Berikut ini ulasan Maulana Habib Lutfi bin Yahya tentang malam Lailatul Qadar.

Lailatul Qadar, Malam Istimewa

Siapa pun umat Islam tak ingin melewatkan dan meraih lailatul qodar. Betapa tidak, malam yang yang sangat istimewa sebagaimana disebutkan dalam Alquran adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan, yaitu 83 tahun lebih 4 bulan (lailatul qadri khairun min alfi sahr).

Seumpama sehari orang shalat fardlu 17 rakaat, maka selama seribu bulan pahalanya identik dengan shalat 510.000 rakaat. Padahal rata-rata usia umat Muhammad berkisar 60 tahun. Kalau sehari melaksanakan shalat wajib 17 rakaat, maka dalam usia 60 tahun hanya mampu melaksanakan 367.200 rakaat. Betapa besar kemuliaan yang dijanjikan Allah pada lailatul qadar.

Pertanyaannya, kapan sebenarnya malam kemuliaan (lailatul qadar) itu? Dalam Alquran Allah bertanya, tahukah kamu apakah malam kemuliaan (lailatul qadar) itu? Allah menjawab pada ayat berikut (lailatul qodri khoirun min alfi sahr) Allah tampaknya sengaja merahasiakan kapan hari “H” lailatul qadar agar manusia berpikir. Karena kerahasiaan Allah itu sampai sekarang berkembang kontroversi atau polemik tentang malam seribu bulan.

Ada yang berpendapat, hari “H” sengaja dirahasiakan Allah agar umat Islam menghidupkan ramadan sejak awal hingga akhir. Andaikan para kiai dan ulama sepakat lailatul qadar pada malam 27 misalnya, mungkin umat Islam di dunia pilih beribadah habis-habisan pada malam itu saja. Malam-malam ramadan yang lain bisa diabaikan.

Ada juga yang menerjemahkan salamun hiya hatta mathlail fajr atau malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar. Tidak hanya sampai terbitnya matahari, tetapi panjang sampai hitungan yang tidak terbatas. Walhasil kontroversi itu semakin panjang untuk didiskusikan. Bahkan mungkin kalau dibahtsulmasailkan (membahas masalah masalah agama) tidak akan ada habis-habisnya.

Umat Islam yang meyakini lailatul qadar berada di malam likuran atau malam ganjil di atas tanggal 20 ramadan mungkin dilandasi oleh sebuah hadits yang artinya carilah lailatul qadar pada malam ganjil, sepertiga yang terakhir dari bulan ramadlan.

Jadi, tidak perlu disalahkan kalau kemudian para kiai, ulama dan mubalig di masjid dan mushala mengekploitasi hadits tersebut besar-besaran.

Dampaknya tentu pada malam likuran semangat beribadah terasa tertambah seperti mendapat energi baru di tengah tengah kelesuan menjalankan amalan-amalan di bulan ramadan.

Cara Menghitung

Untuk mengetahui kapan hari “H” lailatul qadar, Imam Asy-Syaíroni memberi pedoman dengan melihat awal ramadan. Kalau awal ramadan jatuh pada Jumat atau Selasa, berarti lailatul qadar jatuh pada malam 29 ramadan.

Kalau awal ramadan jatuh pada Ahad atau Rabu maka lailatul qadar jatuh pada malam 27 ramadan.

Jika awal ramadan Kamis, maka lailatul qadar jatuh pada malam 25 ramadan. Kalau awalnya Sabtu jatuh pada malam 23 ramadan dan jika awal ramadan pada Senin maka jatuh pada malam 21 ramadan.

Imam Asy-Syaíroni juga memberikan tanda-tanda, yaitu pada malam itu cuaca dalam keadaan terang benderang dan cerah, tidak ada hujan dan bintang di langit menampakkan sinarnya, angin semilir dan tidak panas.

Pagi harinya matahari terbit tidak langsung memancarkan sinar panas tetapi agak redup dan tidak mendung.

Pada prinsipnya, saya setuju kalau ada yang berpendapat malam kemuliaan itu sejak awal hingga akhir ramadan. Yang penting, gelora semangat untuk beribadah terpompa tidak hanya di bulan suci ramadan, akan tetapi juga 11bulan lain di luar bulan suci ramadlan.

Insya Allah kalau sejak awal ramadan kita membiasakan qiyamul lail, shalat tasbih, tahajud, hajat, tawarih dan lain-lain kita akan mendapat berkah lailatul qadar. Amin ya rabbal alamin. (red)

Selanjutnya, ini penjelasan Gus Muhammad Kholil dari Pesantren Al-Falah Ploso Mojo Kediri tentang malam Lailatul Qadar.

Lailatul Qadar dalam Literatur Kitab Kuning

Lailatul Qadar merupakan suatu susunan kata yang berasal dari bahasa arab. Lailatul Qadar berasal dari kata Lailah dan Qadar. Lailah mengandung artinya malam, sedangkan Qodar ada yang mengartikan kepastian atau ketentuan dan ada yang mengartikan yang mulia atau mempunyai derajat. Oleh sebab itu menurut syekh Ibrahim Al Bajuri, dinamakan Lailatul Qadar dikarenakan Lailatul Qadar adalah suatu malam yang mulia dan di malam itu akan dipastikan ketetapan-ketetapan Allah swt terhadap makhlukNya. Hal ini sebagaimana firman Allah swt dalam Al Qur’an surat Ad Dukhan ayat 4 :

📚 فِيْهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيْمٍ. [ الدخان : 4 ]

Artinya : “Pada (Lailatul Qadar) itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (QS. Ad-Dukhan : 4)

Di dalam ayat di atas menurut mayoritas ahli tafsir diarahkan malam lailatul Qadar, walaupun menurut sebagian ahli tafsir diarahkan ke malam nisfu Sya’ban (tanggal 15 bulan Sya’ban).

Lailatul Qadar merupakan khususiyyah (keistimewaan) yang hanya diberikan oleh Allah swt kepada umat Nabi Muhammad saw dan akan tetap selalu ada sampai datangnya hari kiamat. Memang ada yang mengatakan bahwa Lailatul Qadar ini dihilangkan ketika rasulullah sudah tiada, akan tetapi pendapat tersebut diarahkan yang dihilangkan hanya kepastian kapan Lailatul Qadar diturunkan. Mengenai Lailatul Qadar akan tetap ada, cuma kapan waktunya ? ini yang dirahasiakan oleh Allah swt. Di dalam berbagai referensi Lailatul Qadar adalah malam yang paling mulia bagi umat Muhammad saw.

Setelah itu berurutan mulai yang paling mulia setelah Lailatul Qadar yakni malam Isra’ (tanggal 27 Rajab), malam Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah), malam jum’at dan malam Nisfu Sya’ban. Lailatul qadar tergolong malam yang paling mulia dikarenakan malam ini lebih baik daripada 1000 (seribu) bulan. Kalau kita hitung seribu bulan sama dengan 83 tahun lebih 4 bulan. Oleh sebab itu, Syekh Sulaiman bin Umar Al Jamal mengatakan dalam tafsirnya:

“Barang siapa yang beribadah bertepatan dengan turunnya Lailatul Qadar, maka ia seolah-olah beribadah selama 83 tahun lebih 4 bulan. Ketika sesorang membaca tahmid, tahlil dan tasbih bertepatan dengan turunnya Lailatul Qadar, maka ia seolah-olah membaca tahmid, tahlil dan tasbih selama 83 tahun lebih 4 bulan.”

Hal ini berdasarkan firman Allah swt di dalam surat Al Qadr ayat 2-3 ;

 وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ , لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ .[ القدر :2-3 ]

Artinya : “Dan tahukah kamu, apakah malam kemuliaan itu ? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.” (QS. Al Qadr : 2-3)

Sebagian dari tanda-tanda turunnya lailatul Qadar adalah malam itu kelihatan cerah, tidak terlalu panas, tidak terlalu dingin. Di waktu paginya matahari terlihat putih merona dan tidak terlalu banyak sinarnya. Sebagian Ulama’ mengatakan di waktu Lailatul Qadar tidak akan terdengar suara anjing.

Baiklah bagi pembaca yang budiman, marilah kita mulai membahas inti dari permasalahan Lailatul Qadar yakni kapan terjadinya Lailatul Qadar ?. Banyak perbedaan pendapat mengenai kapan terjadinya Lailatul Qadar, menurut Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani mengatakan sampai berjumlah 46 pendapat mengenai kapan terjadinya Lailatul Qadar. Bahkan ada yang mengatakan Lailatul Qadar terjadi di selain Ramadhan. Akan tetapi, pendapat mayoritas Ulama mengatakan bahwa Lailatul Qadar akan terjadi di bulan yang paling mulia yakni bulan Ramadhan.

Hal ini berdasarkan firman Allah swt dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat 185 ;

 شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ. [ البقرة: 185 ]

Artinya : “ Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang bathil).” (QS. Al-Baqarah 185)

Hal ini juga berdasarkan firman Allah swt dalam Al-Qur’an surat Al Qadr ayat 1 ;

 إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ . [ القدر : 185 ]

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada Lailatul Qadar.” (QS. Al-Qadr 1)

Dari dua ayat di atas menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa Lailatul Qadar akan terjadi di bulan Ramadhan, dikarenakan ayat yang pertama mengatakan bahwa Al Qur’an diturunkan di bulan Ramadhan, sedangkan ayat kedua menjelaskan bahwa Al Qur’an diturunkan di malam Lailatul Qadar. Jadi, Lailatul Qadar dan Nuzulul Quran itu terjadi di bulan Ramadhan. Selanjutnya dari bulan Ramadhan ini, menurut mayoritas Ulama’ akan terjadi di sepuluh yang terakhir di bulan Ramadhan.

Hal ini berdasarkan hadist Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh imam Muslim ;

 كَانَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي رَمَضَانَ مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ، وَفِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْهُ، مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ (رواه مسلمٌ)

Artinya : “Rasulullah saw amat bersungguh-sungguh dalam beribadah di bulan ramadhan tidak seperti kesungguhan beliau di selain bulan ramadhan dan begitu juga di sepuluh hari yang terakhir di bulan ramadhan tidak seperti di hari-hari ramadhan lainnya. (HR. Muslim)

Hal ini juga berdasarkan hadist Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh imam Bukhari dan Muslim ;

 كَانَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ الْأَوَاخِرُ مِنْ رَمَضَانَ، أَحْيَا اللَّيْلَ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ، وَجَدَّ وَشَدَّ الْمِئْزَرَ (متفقٌ عليه)

Artinya : ”Kebiasaan yang dilakukan Rasulullah saw jika tiba di malam sepuluh yang terakhir dari bulan Ramadhan beliau menghidup hidupkan malam itu, beliau membangunkan keluarga, beliau bersungguh-sungguh dalam dzikir dan beliau ikatkan erat-erat sarung beliau. (HR. Bukhari Muslim)

Dari penjelasan di atas, kita sudah mengerucutkan terjadinya Lailatul Qadar adalah di sepuluh yang terakhir di bulan Ramadhan. Setelah itu, tepatnya pada malam ke berapa dari sepuluh yang terakhir di bulan Ramadhan ?

Nah …. Marilah kita kutip beberapa pendapat ulama’ yang kredibel dan diakui kevalidan pendapatnya. Pertama kita kutip pendapat dari Imam Syafi’i ra yang merupakan imam Madzhab yang kita ikuti, sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Ibnu Qasim Al Ghozi ;

 وَهِيَ عِنْدَ الشَّافِعِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ مُنْحَصِرَةٌ فِي الْعَشْرِ الْأَخِيْرِ مِنْ رَمَضَانَ، فَكُلُّ لَيْلَةٍ مِنْهُ مُحْتَمِلَةٌ لَهَا، لَكِنْ لَيَالِي الْوِتْرِ أَرْجَاهَا وَأَرْجَى لَيَالِي الْوِتْرِ لَيْلَةُ الْحَادِيْ أَوِ الثَّالِثِ وَالْعِشْرِيْنَ.

Artinya : “ Lailatul Qadar menurut imam Syafi’i ra akan terjadi di sepuluh yang terakhir dari bulan Ramadhan. Setiap malamnya bisa saja terjadi Lailatul Qadar, namun malam-malam ganjil lebih berpeluang terjadinya Lailatul Qadar yakni tanggal 21, 23, 25, 27 dan 29 dari bulan Ramadhan. Dari malam-malam ganjil tersebut, malam tanggal 21 atau 23 Ramadhan lebih berpeluang terjadinya Lailatul Qadar.

Menurut imam Ghozali, terjadinya Lailatul Qadar bisa diketahui dengan melihat hari tanggal satu Ramadhan. Pendapat ini juga sudah diuji coba kebenarannya oleh Syekh Abu Hasan Asy Syadili, sebagaimana berikut ;

 فَإِنْ كَانَ أَوَّلُهُ يَوْمَ الْأَحَدِ أَوْ يَوْمَ الْأَرْبِعَاءِ فَهِيَ لَيْلَةُ تِسْعٍ وَعِشْرِيْنَ , أَوْ يَوْمَ الْإِثْنَيْنِ فَهِيَ لَيْلَةُ إِحْدَى وَعِشْرِيْنَ , أَوْ يَوْمَ الثُّلَاثَاءِ أَوِ الْجُمْعَةِ فَهِيَ لَيْلَةُ سَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ , أَوِ الْخَمِيْسِ فَهِيَ لَيْلَةُ خَمْسٍ وَعِشْرِيْنَ , أَوْ يَوْمَ السَّبْتِ فَهِيَ لَيْلَةُ ثَلَاثٍ وَعِشْرِيْنَ

Artinya : “Apabila permulaan Ramadhan jatuh di hari Ahad atau Rabu maka Lailatul Qadar terjadi di tanggal 29 Ramadhan, ketika hari Senin maka tanggal 21 Ramadhan, ketika hari Selasa atau Jum’at maka tanggal 27 Ramadhan, ketika hari Kamis maka tanggal 25 Ramadhan dan ketika hari Sabtu maka kemungkinan Lailatul Qadar jatuh pada tanggal 23 Ramadhan.”

Menurut golongan Sufi (ahli tasawwuf), sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Abi Bakar Asy Syatho sebagai berikut ;

وَإِنَّا جَمِيْعًا إنْ نَصُمْ يَوْمَ جُمُعَةٍ, فَفِي تَاسِعِ الْعِشْرِيْنَ خُذْ لَيْلَةَ الْقَدْرِ, وَإِنْ كَانَ يَوْمُ السَّبْتِ أَوَّلَ صَوْمِنَا, فَحَادِي وَعِشْرِيْنَ اعْتَمِدْهُ بِلَا عُذْرِ, وَإِنْ هَلَّ يَوْمُ الصَّوْمِ فِي أَحَدٍ فَفِي, سَابِعِ الْعِشْرِيْنَ مَا رُمْتَ فَاسْتَقِرِّي, وَإِنْ هَلَّ بِالِاثْنَيْنِ فَاعْلَمْ بِأَنَّهُ, يُوَافِيْك نَيْلُ الْوُصُوْلِ فِي تَاسِعِ الْعَشْرِيّ, وَيَوْمَ الثُّلَاثَاءِ إنْ بَدَا الشَّهْرُ فَاعْتَمِدْ, عَلَى خَامِسِ الْعِشْرِيْنَ تَحْظَى بِهَا فَادْرِ, وَفِي الْأَرْبِعَاءِ إنْ هَلَّ يَا مَنْ يَرُوْمُهَا, فَدُوْنَك فَاطْلُبْ وَصِلْهَا سَابِعَ الْعَشْرِ, وَيَوْمَ الْخَمِيْسِ إنْ بَدَا الشَّهْرُ فَاجْتَهِدْ, تُوَافِيْكَ بَعْدَ الْعَشْرِ فِي لَيْلَةِ الْوِتْرِ

Artinya : “ Apabila permulaan Ramadhan jatuh di hari Jum’at maka Lailatul Qadar terjadi di tanggal 29 Ramadhan, ketika hari Sabtu maka tanggal 21 Ramadhan, ketika hari Ahad maka tanggal 27 Ramadhan, ketika hari Senin maka tanggal 29 Ramadhan dan ketika hari Selasa maka tanggal 25 Ramadhan, ketika hari Rabu maka tanggal 27 Ramadhan, ketika hari Kamis maka kemungkinan Lailatul Qadar jatuh pada tanggal 21 Ramadhan.”

Menurut Imam Malik ra, beliau mengatakan bahwa Lailatul Qadar akan terjadi di sepuluh malam yang terakhir dari bulan Ramadhan tanpa ada kepastian dan keunggulan kapan diantara sepuluh hari tersebut terjadinya Lailatul Qadar. Menurut Sayyidah ‘Aisyah ra, beliau mengatakan bahwa Lailatul Qadar terjadi di tanggal 29 Ramadhan. Menurut Sahabat Bilal bin Rabbah ra, beliau mengatakan bahwa Lailatul Qadar terjadi di tanggal 24 Ramadhan. Menurut Sahabat Abu Dzarrin ra, beliau mengatakan bahwa Lailatul Qadar terjadi di tanggal 25 Ramadhan. Menurut Sahabat Abu Burdah Al Aslami ra, beliau mengatakan bahwa Lailatul Qadar terjadi di tanggal 23 Ramadhan. Menurut Sahabat Abdullah bin Abbas ra dan Ubay bin Ka’ab ra, beliau mengatakan bahwa Lailatul Qadar terjadi di tanggal 27 Ramadhan.

Pendapat yang mengatakan Lailatul Qadar terjadi di tanggal 27 Ramadhan merupakan pendapat mayoritas Ulama’ dan diamalkan kebanyakan penduduk di dunia.

KESIMPULAN

Dari banyaknya pendapat mengenai terjadinya atau turunnya Lailatul Qadar membuktikan bahwa Allah merahasiakan Lailatul Qadar. Dengan begitu, umat Islam senantiasa beribadah untuk mendapatkan Lailatul Qadar selama bulan Ramadhan. Dari malam-malam bulan Ramadhan tersebut, terutama di sepuluh yang terakhir dan malam-malam ganjil. (red)

Doa Raih Malam Lailatul Qadar dari Habib Salim bin Abdulloh Asy-Syathiri.

Untuk meraih Lailatul Qadar, berikut ini doa ijazah dari Habib Salim Asy-Syatiri Yaman.

اَللَّهُمَّ اِطَّلِعْ عَلَيْنَا لَيْلَةُ الْقَدَرِ اَلْعَظِيْمَةُ الْقَدَرِ فِى الْيَقُظَة وَ الْمَنَام

ALLAHUMMA ITHTHOLI’ ‘ALAYNAA LAYLATUL QADARI AL-‘ADZIIMATUL QODARI FIL YAQDZOH WAL MANAAM.

Artinya: “Ya Allah, munculkanlah kepada kami malam Lailatuq Qadar yang agung kepastiannya, baik muncul dalam keadaan sadar atau keadaan mimpi.”

Barang siapa yang membaca do’a ini sebanyak 7 kali  setelah sholat witir, maka insyaa Allah dengan izin Allah akan mendapatkan lailatul qodar.

Dikutip Dari: Kajian bersama Habib Salim Bin Abdullah Asy Syathiri RA di Masjid Jami’ Tarim.

(red)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *