Puncak Harlah 101 NU, Ada Penghargaan untuk KH Achmad Shiddiq

Yogya, Bangkitmedia.com – Banyak agenda yang akan digelar bersamaan puncak acara Peringatan Hari Lahir ke-101 Nahdlatul ‘Ulama (Harlah 101 NU) di kampus UNU Yogyakarta Ringroad Barat Gamping. Selain Peresmian Gedung Kampus Terpadu Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta oleh Presiden RI Ir H Joko Widodo dan kick off pembangunan Gedung Asrama Mahasiswa UNU Yogyakarta dan Gedung Mohammed Bin Zayed (MBZ) College for Future Studies, juga akan diisi pemberian penghargaan kepada KH Achmad Shiddiq (Rais Aam PBNU masa khidmat tahun 1984-1991).

“Ada tambahan satu mata acara: Penganugerahan Penghargaan kepada  KH Achmad Shiddiq (Rais Aam 1984-1991),” kata Rektor UNU Yogyakarta Widya Priyahita Pudjibudojo.

KH Achmad Shiddiq terpilih sebagai Rais Aam PBNU pada Muktamar ke-27 NU di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Asembagus, Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur pada tahun 1984. Ia ditunjuk bersama KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai Ketua Umum PBNU oleh KH As’ad Syamsul Arifin selaku Ahlul Halli wal Aqdi (Ahwa).

KH Achmad Shiddiq merupakan ulama progresif di zamannya. Penerimaan asas tunggal Pancasila tak lepas dari perannya, bahkan NU merupakan yang pertama. Rais Aam PBNU ini juga dikenal sebagai pencetus Trilogi Ukhuwah,yaitu ukhuwah islamiyah (persaudaraan umat Islam), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan sesama warga negara), dan ukhuwah insaniyah (persaudaraan sesama manusia).Trilogi Ukhuwah ini merekatkan sekaligus menata hubungan manusia dalam perspektif keagaaman Islam.

KH Achmad Shiddiq putra bungsu dari pasangan KH Muhammad Shiddiq (Kyai Shiddiq) dengan Nyai Maryam. Lahir di Talangsari Jember, Jawa Timur pada 10 Rajab 1344 H/24 Januari 1926. Nama kecilnya, Achmad Muhammad Hasan. Sejak kecil, ia telah mendalami pengetahuan agamanya di dalam pesantren yang diasuh orangtuanya. Hal itu dilakukan sembari belajar di Sekolah Rakyat Islam di Jember. Kemudian melanjutkan studinya dengan mengaji di Pondok Pesantren Tebuireng yang diasuh Hadratussyeikh KH Hasyim Asy’ari. Beliau seangkatan dengan KH Sullam Samsun, KH Munasir Ali, dan KH Muchit Muzadi.

Menikah pada 23 Juni 1947 dengan Solehah yang meninggal tahun 1955. Kemudian menikah lagi dengan Nyai Nihayah. Dikaruniai 13 putra-putri, dua di antaranya meninggal. Kiai Achmad Siddiq wafat di Rumah Sakit Dr Soetomo Surabaya pada 23 Januari 1991 dan dimakamkan di Kompleks Pemakaman Aulia di Desa Mojo Kediri. (Lutfi)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *