“Saya hari ini bersyukur bisa hadir di tengah Bapak dan Ibu sekalian. Saya sudah lama tidak berdiri dan ceramah di hadapan orang banyak, tapi karena yang menelepon saya, Menteri Agama, saya masih patuh dan mengiyakan.”
Demikian kalimat pembuka yang disampaikan Prof KH Quraish Shihab dalam acara Halal Bihalal di Kantor Kementerian Agama RI, Jl. MH. Thamrin, Jum’at, 14 Juni 2019.
“Saya juga hari ini memiliki kesan istimewa, saya naik ojek dari Masjid Istiqlal ke sini, Jl. MH. Thamrin, saya dibantu dan dipapah oleh polisi sampai duduk di motor. Subhanallah.” hadirin tertawa.
Memulai tausiyahnya, Prof Quraish menjelaskan bahwa Idul fitri itu erat kaitannya dengan asal kejadian manusia, yakni kembali ke asal kejadian, fitrah. Ada beberapa kalimat yang dapat disandarkan kepada kalimat “fitrah,” misalnya, kesadaran tentang adanya Tuhan karena manusia memiliki rasa cemas berlebihan, makanya ia perlu shalat dan berdoa memohon perlindungan kepada Tuhan.
“Agama itu adalah fitrah yang memiliki beberapa ciri. Pertama, rabbaniyah (agama itu bersumber dari Tuhan) bukan dari Muhammad, (Muhammadanism) pembawanya. Kemudian yang kedua Insaniyah (kemanusiaan), secara fitrah, kemanusiaan selalu didahulukan dibanding keberagamaan, misalnya, ketika anda mau wudhu, air terbatas, tapi ada orang lain yang haus dan kelaparan, anda pasti pilih, memberikan air itu kepada orang yang memerlukannya, anda bisa tayamum,” tegas Prof Quraish.
“Orang yang selalu mengutamakan kemanusiaan akan memandang sesamanya sebagai saudara seagama, jika tidak seagama, mereka dipandang sebagai saudara sebangsa atau setanah air. Mengutamakan kemanusiaan adalah fitrah,” lanjut Prof Quraish yang juga pendiri Pusat Studi Al-Quran (PSQ).
Ciri selanjutnya dalam beragama, lanjut Prof Quraish, adalah washatiyah, wasathan, posisi tengah. Kita mengenal istilah “moderator atau wasit.” Orang yang selalu diposisikan di tengah dan berlaku adil.
“Al-Qur’an berkata, engkau adalah ummatan washatan, kuntum khaira ummatin, kamu adalah umat di tengah, umat yang terbaik. Aristoteles berkata, baik itu berada di antara dua yang buruk, atau tengah. Keberagamaan berada di antara rasa takut dan ceroboh. Kedermawanan itu berada di antara dua sifat, kikir dan boros. Agama adalah legalitas pertemuan dan hubungan baik laki dan perempuan. Keadilan itu cenderung kepada keseimbangan. Agama itu adalah keseimbangan dunia dan akhirat,” tegas Prof Quraish.
“ada tiga hal yang selalu disepakati oleh semua penganut agama atau kepercayaan: menghormati orang tua, ibu dan bapak; memelihara amanat atau kepercayaan (yang diberikan); dan berlaku adil,” kata Prof Quraish yang pernah jadi Menteri Agama. (mm)