Problem Umum Peneliti Pemula, Bagaimana Solusinya?
Para peneliti pemula biasanya mengalami banyak problem dalam perjalanan risetnya. Saya merangkum beberapa catatan penting yang sekiranya bermanfaat untuk pengembangan riset.
Catatan ini saya kumpulkan dari forum II dan forum I di Progres Report Review Penelitian dan Pengabdian 2019 di IAIN Metro. Sayangnya saya tidak bisa bergabung dengan forum III karena saat saya masuk forum sudah selesai. Hehe…
Saya menyampaikan terima kasih tak terhingga kepada para reviewer, Dr. Ahmad Zainul Hamdi Ahmad Inung, Dr. Mahrus Asad , Dr. Widya Ninsiana, Prof. Tulus Suryanto, dan Prof. Mufidah Ch. Terima kasih atas pencerahan, silaturahmi, dan silatul ilminya.
Berikut adalah catatannya. Selamat menyimak.
- Judul
Peneliti cenderung menggunakan judul yang bombastis, padahal isinya ya begitu-begitu saja. Misalnya mengkaji Islam Radikal di Indonesia, eh… ternyata yang dikaji cuma di satu desa kecil di ujung Lampung Selatan. Hihi…
Ya memang sih, judul penelitian harus eye chatcing, tetapi ia dituntut harus direct ke subjek pembahasan. Sebab itu, boleh saja menggunakan judul besar yang wow, tetapi tambahkan judul kecil sebagai qayyid bagi judul besar tersebut. (Hamdi: 2019).
Apalagi dalam riset kualitatif yang tidak memiliki pretensi untuk melakukan generalisasi, maka kesantunan untuk tidak terdengar bombastis dalam judul menjadi sangat penting untuk diperhatikan. (Hamdi: 2019).
- Bab I Pendahuluan
Seringkali peneliti memindah proposal penelitian menjadi bab 1 Pendahuluan. Padahal keduanya berbeda. Proposal adalah rencana, sedangkan bab 1 adalah laporan. Sebab itu bab 1 tidak boleh mengandung nuansa rencana. (Hamdi: 2019)
Salah satu caranya adalah hilangkan frase “peneliti akan”, “riset ini akan”, “analisis akan mengunakan” dan semacamnya. Langsung saja declare bahwa “peneliti sudah melakukan”.
- Latar Belakang
Latar belakang pada prinsipnya menceritakan konteks dan kondisi di mana permasalahan itu muncul. Ia harus berbasis pada gap yang benar-benar aktual dan faktual.
Latar belakang harus mampu meyakinkan pembaca bahwa riset tersebut penting. Ia juga harus mampu membuat orang penasaran. Maka jangan banyak obral data di latar belakang, tapi perbanyaklah kegelisahan akademik. (Mufidah: 2019).
Latar belakang harus banyak mencantumkan kajian terdahulu yang menunjukkan bahwa riset tersebut penting dan problematik untuk diteliti. Kalau latar belakang sepi dari referensi, itu namanya kesimpulan. Hehe… (Suryanto: 2019).
Untuk menunjukkan bahwa riset tsb signifikan, perlu juga ditambahkan kontribusi apa yang hendak diberikan dari riset tersebut. Kontribusi keilmuan, kontribusi praktis, atau kontribusi dalam bidang policy maker. (Suryanto: 2019).
- Rumusan Masalah
Banyak peneliti yang hanya menambahkan tanda tanya di judul penelitian lalu simsalabim judul tersebut berubah menjadi rumusan masalah. Padahal rumusan masalah adalah kunci bagi penelitian. (Hamdi: 2019)
Oleh sebab itulah, rumusan masalah harus jelas agar penelitian bisa dilaksanakan dengan baik. Rumusan masalah yang baik akan menuntun kepada metode yang tepat. Yang tak kalah penting, rumusan yang tepat akan mendapatkan jawaban yang memuaskan.
- Metodologi penelitian
Metodologi penelitian dalam laporan penelitian harus bersifat laporan, bukan rencana. Maka ia harus menceritakan siapa subjeknya, siapa informannya, sampling seperti apa, apa saja datanya, bagaimana cara menganalisisnya. Semua harus definitif, tegas, dan jelas. Profil subjek harus clear. (Hamdi: 2019)
- Konsep Kunci
Kata kunci atau konsep kunci yang disebut dalam judul harus jelas dan tegas. Jangan menggunakan kata kunci yang terlalu lebar cakupannya atau kata kunci yang bias maknanya.
Peneliti harus sadar bahwa setiap kata kunci punya ideologinya sendiri. Sebab itu, peneliti harus telaten membaca riset-riset terdahulu dalam subjek tersebut. Peneliti harus menegaskan konsepsi seperti apa yang ia kehendaki dengan kata kunci tersebut dalam risetnya. (As’ad: 2019).
Kata kunci juga harus jelas parameternya, terutama dalam kajian kuantitatif. Misalnya kata “masyarakat miskin”, harus jelas versinya siapa, parameternya apa. (Suryanto: 2019)
- Landasan Teori
Landasan teori yang digunakan dalam bab 2 harus sinkron dengan kata kunci atau konsep kunci yang dibahas dalam riset tersebut. Jangan mencantumkan teori yang tidak relevan dengan topik yang dikaji. (As’ad: 2019).
- Narasi
Hilangkan bahasa buku atau bahasa jurnal. Dalam artian, gunakan bahasa sendiri untuk mengungkapkan riset terdahulu atau landasan teori. Ini penting untuk mengurangi tingkat similarity saat dicek plagiarism-nya. (Suryanto: 2019).
- Analisis
Titik sentrum dalam analisis adalah temuan riset, baik dalam library research ataupun field research. Jangan mengulang kembali teori yang sudah dipaparkan sebelumnya. Teori harus diletakkan sebagai teman dalam pemaparan temuan riset. (Mufidah: 2019).
- Informan
Dalam kasus tertentu, informan tidak harus key person yang bersifat policy maker. Informan bisa pihak lain yang memiliki concern atau pihak yang paling terkena impak dari sebuah fenomena yang dikaji.
Misalnya soal keluarga sakinah dalam keluarga poligami, jangan tanya suami atau istrinya. Coba tanya anak dan tetangganya. Dalam kebijakan lingkungan kampus, misalnya, coba sesekali jadikan tulang sapu, satpam, mahasiswa pecinta alam, atau Pramuka sebagai informan. (Mufidah: 2019).
- Kualitatif
Dalam riset kualitatif, jenis risetnya harus diperhatikan. Apakah itu case study, multicases study, site study, atau multi sites study? Jika objeknya tunggal, ya langsung menukik saja. Tetapi jika subjeknya jamak, maka jadikan satu objek sebagai sentrum, lalu dikomparasikan dengan objek lain. (As’ad: 2019)
- Referensi
Pastikan semua referensi yang dikutip dicantumkan dalam daftar pustaka. Pastikan semua yang ada di daftar pustaka dikutip dalam riset. Gunakan model perujukan yang konsisten. Gunakan aplikasi management reference untuk memudahkan. Jika menggunakan aplikasi, perhatikan model sitasinya, juga ketika penelitinya rombongan dan ditulis di banyak komputer. (Ninsiana: 2019, Suryanto: 2019).
Nah, itulah beberapa problem yang sering muncul dan bagaimana menyikapinya. Semoga bermanfaat. Selamat meneliti.
Penulis: Muhamad Nasrudin, MH, alumnus Magister Hukum UII Yogya yang sekarang jadi Dosen IAIN Metro Lampung.