Ponpes Sunan Kalijaga Mengapresiasi Ceramah KH. Yahya Staquf di Israel

Rapatkan Barisan Wahai Banser

Keluarga Ponpes Sunan Kalijaga Gesikan sebagai bagian kecil warga negara dan sepetak akar rumput islam Aswaja an-Nahdliyah nusantara menyampaikan apresiasi yang tinggi atas kehadiran dan serangkaian ceramah KH. Yahya Staquf pada 10-13 Juni 2018, di Israel. Meskipun kami tidak saling mengenal, tetapi secara genealogi intelektual, prinsip, strategi dan taktik perjuangan bagi perdamaian, kemanusiaan di Palestina-Israel bertemu dan saling menguatkan. Walaupun banyak arus kontra, berupa makian, cacian dan hinaan yang disampaikan banyak pihak, dari dalam dan luar negeri, KH. Yahya Staquf tetap hadir dan memberikan ceramah yang amat penting bagi ikhtiar perdamaian dan kemanusiaan. Ini berarti menunjukkan kematangan pribadi KH. Yahya Staquf, baik secara intelektual, integritas dan spiritualnya yang tidak dipengaruhi baik penolakan maupun sanjungan dan pujian. Semua materi ceramah bisa dibaca, dipelajari siapapun karena terbuka dan terdokumentasi secara baik.

Di tengah kebuntuan pendekatan politik-keamanan, regional dan internasional, untuk mengakhiri konflik berkepanjangan Israel-Palestina, apa yang dilakukan KH Yahya Staquf merupakan ikhtiar yang sepatutnya didukung oleh siapapun yang berkehendak damai di Palestina. Secara doktrinal sesungguhnya ikhtiar tersebut bisa ditemukan dalam hadis Nabi Muhammad SAW, baik melalui riwayat Imam Bukhori dan Imam Muslim, terutama perintah menolong orang teraniaya (Palestina) dan penganiaya (Israel), bagi kedua pihak memiliki kondisi, kebutuhan yang berbeda. Substansinya menyudahi penindasan, konflik yang berkepanjangan sehingga sangat jauh dari spiritual agama-agama yang mengadaikan rahmat, damai, dan kemanusiaan. Soal perspektif menolong, strategi dan caranya terbuka ruang kreasi, pemikiran dan tidak baku.

Dibutuhkan konsep perdamaian, kemanusiaan yang komprehensif, multi disiplin yang terintegrasi bagi Palestina dan Israel, dua bangsa yang terjerembab dalam konflik panjang. Tidak hanya perspektif monolitik konflik Yahudi, Kristen, dan Islam tetapi perspektif bagaimana mengembangkan perdamaian bagi kemanusiaan antara Yahudi, Kristen dan Islam yang berasal dari satu nenek moyang Nabi Ibrahim AS (abrahamic religions) di era milenial.

Apresiasi Ini diberikan karena secara faktual tindakan tersebut mengisi ruang gelap dan bermakna strategis bagi kontribusi akademik- kemanusiaan Palestina-Israel, meskipun tidak ada kerja sama antara PBNU maupun Pemerintah RI. Demikian juga tidak akan mengubah sikap politik Pemerintah Republik Indonesia yang berdiri tegak mendukung kemerdekaan dan kedaulatan Palestina, maupun sikap dan dukungan PBNU bagi Palestina. Itu merupakan inisiatif dan ikhtiar KH Yahya Staquf sebagai pribadi, warga negara dan bagian muslimin. Berbeda dengan Pemerintah Turki, negara yang menjadi pintu gerbang Islam-Barat, menjalin kerja sama dengan lembaga tersebut dan Israel. Kapasitas, maqam KH. Yahya Staquf terbukti bukanlah ulama kemarin sore, jelas pandangannya bagaimana membangun perdamaian Palestina-Israel. Ini bukanlah hal baru bagi NU, Indonesia dan dunia karena pernah dilakukan lebih dahulu oleh almarhum KH. Abdurrahman Wahid, yang merupakan gurunya.

Oleh karena itu, soal hasil akhirnya kemudian seperti apa dan bagaimana sebagai orang beriman tentu diserahkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, Alloh SWT. Mari memberikan bantuan doa, agar misi profetik ini mendapatkan ridho dan taufiq Alloh SWT. Semoga Allah SWT dengan wasilah berkah bulan Ramadhan, senantiasa melimpahkan rahmat dan berkahNya bagi seluruh bangsa dan negara Indonesia, serta siapa saja yang berihtiar bagi perdamaian dan kemanusiaan. Alfatihah

 

Yogyakarta,  13 Juni 2018

Hormat kami,

Pengasuh Ponpes Sunan Kalijaga

Beny Susanto

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *