Pesan KH Mahrus Aly Lirboyo Kepada Mbah Maimoen Zubair

Ketika masih muda, Mbah Maimoen Zubair sudah aktif dalam berbagai kegiatan. Salah satunya adalah aktif membuat aliran air bagi masyarakat desa. Bahkan Mbah Maimoen pernah menjadi Ketua Koperasi Nelayan di Rembang.

Demikian ditegaskan KH M Najih Maimoen dalam sambutan atas nama keluarga dalam 40 Hari wafatnya Mbah Maimoen Zubair di Pesantren Al-Anwar Sarang Rembang,Sabtu (14/10/2019).

“Mbah Maimoen juga suka bantu pembangunan masjid. Banyak sekali masjid dan musholla yang dibantu Mbah Moen,” tegas Gus Najih.

Karena sibuk dalam berbagai kegiatan saat itu, Mbah Moen tidak fokus dalam ngaji. Sehingga akhirnya datanglah sang guru, yakni KH Mahrus Aly Lirboyo.

“Kamu fokus ngurus pesantren saja,” pesan KH Mahrus Aly Lirboyo kepada Mbah Moen sebagaimana ditirukan Gus Najih.

Gus Najih juga mengisahkan salah satu sahabat Mbah Moen yang memberikan pesan agar Mbah Moen fokus ngaji saja.

“Jenengan itu alim. Harapan saya jenengan fokus di pesantren, mendidik para santri.” Demikian yang disampaikan sahabat Mbah Moen yang pernah ikut berjuang bersama-sama Mbah Moen pada tahun 1948.

Karena fokus ngaji inilah, lanjut Gus Najih, akhirnya Pesantren Al-Anwar Sarang makin maju. Santri-santrinya tersebar di Nusantara menjadi kiai dan tokoh masyarakat.

“Akhirnya, Mbah Moen tahun 1971 jadi DPRD Rembang. Kemudian tahun 1977, jadi DPRD lagi. Mbah Moen juga akhirnya jadi Rais Syuriah PWNU Jawa Tengah dan juga sampai menjadi anggota MPR RI,” kisah Gus Najih.

Gus Najih juga mengisahkan awal-awal perjuangan Mbah Moen di masa merintis pesantren.

“Saat itu masih sangat terbatas secara ekonomi. Tapi Mbah Moen tetap fokus ngaji dan berkegiatan di masyarakat. Mbah Moen itu sudah tegar sejak awal, karena mengalami masa perjuangan kemerdekaan. Mbah Zubair dulu pejuang, Mbah Moen meniru abahnya. Mbah Zubair dulu pimpinan Sabilillah di Sarang. Anggotanya ada 100 personil. Selepas merdeka, personil Mbah Zubair ikut jadi tentara Indonesia,” lanjutnya.

“Karena semangat perjuangannya itulah, tidak salah kalau Mbah Moen itu ulama’, tapi juga seorang nasionalis. Mbah Moen itu religius nasionalis. Makanya, bohong kalau ada yang mengatakan Mbah Moen itu religius saja atau hanya nasionalis saja. Mbah Moen itu ikut merasakan pahitnya perjuangan,” tegas Gus Najih.

“Kami ucapkan terima kasih kepada semuanya. Semoga negara tetap rukun, semoga tentram,” pungkas Gus Najih di hadapan ribuan jamaah. (md/red)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *