YOGYAKARTA, BANGKITMEDIA
Ahad (13/10/19), pukul 14.00-17.00 WIB, 5000 santri tumplek blek di acara Grebeg Santri 2019 yang digelar di sepanjang Jl Malioboro Yogyakarta. Ribuan Santri dari 45 pesantren yang ada di DIY tersebut menampilkan berbagai macam kreasi dan ketrampilan. Ada yang menampilkan maskot para walisongo, burung garuda pancasila, wayangan, pasukan bregodo, tari-tarian, pesan-pesan inspiratif, joker santri hingga menampilkan fashion. Sore itu, ribuan mata di sepanjang jalan Malioboro, tertuju pada iring-iringan para santri.
Acara Grebeg santri adalah acara tahunan yang diselenggarakan oleh PWNU DIY melalui RMI (Rabithah Ma’had Islamiyah) NU dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional (HSN). Acara ini dimulai sejak tahun 2017 dan terus berjalan hingga kini. Jumlah pesantren yang ikut pun kian bertambah tiap tahun. Di tahun 2017 hanya ada sekitar 25 pesantren, lalu meningkat menjadi 35 pesantren di tahun 2018, dan menjadi 45 pesantren di tahun 2019.
Demi suksesnya acara Grebeg Santri 2019, Ketua Panitia Gus Nilzam Yahya mengatakan bahwa panitia sudah menyiapkan segala sesuatunya empat bulan sebelumnya.
“Persiapan untuk acara ini dimulai 4 bulan sebelumnya. Supaya nanti pas hari H, tidak ada masalah. Karena bagaimana pun, kita mengumpulkan ribuan santri dari seluruh pesantren yang ada di DIY,” jelas Gus Nilzam saat ditemuai bangkitmedia.com usai acara.
Gus Nilzam menjelaskan acara Grebeg Santri 2019 ini bertujuan memberikan pemahaman kepada semua masyarakat, bahwa santri adalah salah satu komponen penting bangsa yang luar biasa.
“Selain itu, kita ingin memberikan kesempatan kepada santri untuk berkespresi. Karena bagian sifat manusia pada dasaranya ingin mengungkapkan ekspresi. Jadi kita beri lahan kepada para santri untuk berekspresi lewat Grebeg Santri ini,” kata Gus Nilzam.
Gus Nilzam menuturkan bahwa ketika mereka (para santri) berekspresi di tengah kota, di jalan Malioboro, maka kita ingin memberikan gambaran kepada masyarakat kalau santri itu memang punya andil yang luar biasa bagi republik ini.
“Apalagi ketika kita melihat tagline acara Grebeg Santri tahun ini, santri nyawiji, indonesia gumregah,” jelasnya.
Gus Nilzam kemudian mengungkap tentang filosofi yang ada di dalam tagline tersebut.
“Pertama, ketika santri menjadi satu, maka saya kira persoalan bangsa itu akan mudah dihadapi. Apalagi ketika seluruh masyarakat yang sedang memiliki masalah besar ini mempunyai jiwa-jiwa santri,” tuturnya.
Kedua, lanjut Gus Nilzam, tagline itu menggunakan bahasa jawa. Kita ingin mengenalkan bahwa satu. Kita ada di Malioboro, Maliboro itu pusat kota. Yang kedua, bahasa Jawa itu salah satu peradaban yang harus kita hormati dan budaya yang ada di Yogyakarta.
“Sehingga kita juga ingin memperlihatkan bahwa Yogyakarta itu daerah istimewa. Tidak boleh dipandang sebelah mata. Sehingga apa pun bentuknya, kita menghormati budaya, sebagai salah satu media dakwah kita,” tegasnya.
Gus Nilzam berharap Grebeg Santri ini menjadi acara tahunan yang terus digelar. Ia juga menaruh harapan bahwa acara ini memberikan efek positif bagi para santri dan masyarakat yang melihat.
“Ke depan tentunya akan ada banyak kreasi-kreasi yang luar biasa dari para santri. Ini sebagai metode dakwah seperti yang dulu digunakan oleh para walisongo,” tandasnya. (Rokhim Nur/Bangkitmedia.com)