Penjelasan PWNU DIY tentang Sensus Anggota NU

Penjelasan PWNU DIY tentang Sensus Anggota NU

Penjelasan PWNU DIY tentang Sensus Anggota NU.

Setelah dilaunching pada peringatan puncak Hari Santri Nasional, 25 Oktober 2020 di Aula Kantor PWNU DIY, program sensus anggota dan aset NU terus mendapatkan respon positif dari seluruh pengurus NU dan seluruh lapisan warga nahdliyyin Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Daerah Istimewa Yogyakarta, KH Mukhtar Salim menjelaskan bahwa program sensus ini diharapkan mampu menjawab keperluan organisasi tentang data anggota dan asset yang dimiliki oleh jam’iyyah maupun jamaah NU DIY. Setelah peluncuran program tersebut diiringi dengan sosialisasi ke PCNU Se-Wilayah DIY dan diharapkan PCNU juga melakukan sosialisasi ke MWC maupun ke ranting masing-masing.

“Mengapa ada sensus? Ini sebagai upaya konsolidasi organisasi agar semua bergerak dengan baik, membangun validasi data yang lebih terjamin, dan anggota bisa mengenal pengurus sekaligus pengurus juga bisa mengenal anggota,” tegas Kiai Mukhtar kepada Bangkitmedia.com (17/11/2020).

Kiai Mukhtar juga menegaskan bahwa program sensus ini sesuai dengan amanah konstitusi. Pijakannya yakni UU No. 17/2013, AD/ART NU, PO NU, amanah Konferwil NU DIY 2016, Musykerwil NU DIY 2017, Pleno PWNU DIY 2019, dan hasil Rapat Koordinasi PWNU DIY & PCNU se-DIY, 05 September 2020.

“Tujuannya adalah menyusun big data NU DIY, mengupayakan tertib administrasi, dan mengetahui peta dan potensi warga/aset NU di DIY,” lanjut Kiai Mukhtar.

Kiai Mukhtar juga menegaskan bahwa sensus dan cetak Kartu Anggota NU (KARTANU) adalah kewenangan PCNU, sedangkan PWNU bertugas mengkoordinasi dan memfasilitasi, termasuk menyiapkan sistem dan aplikasinya.

“Dalam program ini, PWNU DIY membentuk Koordinator wilayah yang dipimpin Dr Muhajir (yang juga wakil sekretaris PWNU DIY). Tugas PWNU adalah menyediakan sistem dan server, menyusun SOP beserta bimtek & sosialisasinya, pendampingan, monitoring progres & evaluasi, dan melakukan maintenance dan pengembangan sistem sesuai kebutuhan,” tegas Kia Mukhtar.

Kiai Mukhtar menambahkan bahwa PWNU DIY saat ini masih bisa cetak KARTANU, karena belum semua PCNU siap dengan tim dan alat (print) nya. Tapi nanti kalau PCNU sudah siap semua, maka PWNU tinggal memantau dan menjaga siatemnya saja.

“Tahap pertama program ini menargetkan minimal telah terdata 500.000 anggota NU DIY pada Kamis 16 Rajab 1442 H / 11 Maret 2021. Semua PCNU ditargetkan telah melaksanakan Sensus dan Pencetakan KARTANU secara mandiri dan akan menjadi salah satu aspek dalam penilaian AWARD NU DIY,” tegas Kiai Mukhtar.

Dua Skema Sensus

Sementara itu, Koordinator Wilayah Program Sensus Anggota NU DIY, Dr Muhajir menjelaskan bahwa program sensus ini didesain dengan menggunakan dua skema, yaitu sensus jamaah dan sensus ­on stage.

“Sensus jamaah dilakukan oleh tim lapangan yang dibentuk Pengurus Ranting ataupun Pengurus Anak Ranting, dengan cara mendatangi rumah ke rumah jamaah. Hal ini juga sebagai upaya mendekatkan dan media anjangsana pengurus dengan jamaahnya. Sedangkan skema yang kedua adalah on stage dimana petugas tim sensus, baik Tim Wilayah ataupun Tim Cabang mendatangi acara-acara yang dilaksanakan oleh Pengurus atau Jamaah untuk kemudian dilakukan sensus secara bersama-sama,” tegas Muhajir.

Muhajir juga menjaskan bahwa mengawali program sensus on stage,¸pada Selasa 17 November 2020, Tim Sensus Wilayah melakukan sensus khusus untuk pengurus Lembaga yang ada di bawah PWNU DIY.

“Dimulai pukul 10.00 WIB, para pengurus Lembaga sudah mulai berdatangan ke kantor PWNU untuk mendaftarkan dirinya dalam sensus. Tidak kurang ada seratus pengurus Lembaga yang antusias datang, bahkan rela menunggu untuk antri mendapatkan giliran,” tegas Muhajir.

Sensus untuk pengurus Lembaga ini, lanjut Muhajir, sekaligus sebagai cara sosialisasi program sensus sehingga para pengurus Lembaga-lembaga ikut mensosialisasikan dan mensukseskan program ini.

“Kami berharap agar Pengurus NU di semua tingkatan untuk menjadikan program ini sebagai momentum untuk mendapatkan data jamaah NU secara detail agar kedepan program-program keorganisasian berbasis pada kebutuhan jamaah berdasarkan data yang ada,” tegas Muhajir.

NU Itu Gerakan, Bukan Paguyuban

Katib Syuriah PWNU DIY KH Chasan Abdullah menjelaskan bahwa program sensus ini sebenarnya ide lama, tapi baru mulai direalisasikan pada tahun 2020 ini sesuai amanah Konferwil PWNU DIY tahun 2016.

“Sensus NU ini menjadi sangat penting mengingat NU adalah sebuah gerakan, bukan paguyuban. Konsentrasi NU adalah dua hal, yaitu diniyyah (keagamaan) dan ijtima’yyah (sosial). Karena NU adalah sebuah gerakan, maka hal paling dasar yang dibutuhkan adalah data based gerakan dan obyeknya. Semakin lengkap data based yang dimiliki, maka gerakan NU akan semakin menemukan arah dan sasarannya secara tepat,” tegas Kiai Chasan.

Bagi Kiai Chasan, program sensus saat ini menjadi embrio data dasar jam’iyyah yang akan memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan arah, capaian, bobot dan target perubahan tertentu dalam khidmah jam’iyyah.

“Program Sensus NU ini tidak boleh berhenti hanya sampai pada ikhtiyar identifikasi warga dengan segala dinamika, kekuatan dan kekuranganya, tetaapi harus berlanjut pada pengelolaan potensi tersebut sehingga memiliki daya guna. Karena hanya dengan inilah eksistensi jam’iyyah dapat dipertahankan, wibawanya akan tetap terjaga, dan otomatis maslahahnya akan dirasakan warga dan negara,” tegas Kiai Chasan.

Mengamini pendapat Kiai Chasan Abdullah ini, Wakil Ketua Tanfidziyah PWNU DIY Kiai Fahmy Akbar Idries menegaskan bahwa program sensus ini menjadi momentum NU untuk menguatkan peran jam’iyyah dalam konteks kebangsaan dan kenegaraan.

“Inilah momentum NU menyambut abad ke-2 NU, yakni tahun 2026. Semua tingkatan kepengurusan NU Se-DIY harus saling menguatkan untuk menyukseskan program yang sangat bagus ini. Data warga NU ini menjadi pijakan dalam melangkah, menentukan yang prioritas, dan acuan dalam merumuskan berbagai program stategis. Semua pengurus NU dan warga NU sampai tingkat ranting dan anak ranting harus bersama-sama khidmah untuk NU dalam program ini, sehingga akan meringankan target yang sudah dicanangkan bersama,” tegas Kiai Fahmy.

Kiai Fahmy sangat yakin bahwa program ini sangat bermanfaat bagi NU di masa depan.

“Karena NU itu penjaga Indonesia, maka menjaga NU adalah menjaga, menjadi NU adalah menjadi Indonesia. Khidmah NU adalah khidmah untuk kejayaan Indonesia,” pungkas Kiai Fahmy. (mad/rohim/Bangkitmedia.com)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *