Pengurus NU Harus Bangun Budaya Berorganisasi yang Baik

Ketua PWNU DIY menyerahkan bingkisan kepada Ketua PCNU Bantul

BANTUL, Bangkitmedia.com – Mengawali kegiatan Ramadhan 1445 H, Pengurus Wilayah Nahdlatul ‘Ulama Daerah Istimewa Yogyakarta (PWNU DIY) mengadakan Turba ke PCNU Bantul, Sabtu 16 Maret 2024. Kegiatan dipimpin langsung Rais Syuriah KH Mas’ud Masduki dan Ketua Tanfidziyah Dr KH A Zuhdi Muhdlor. Hadir juga jaran Syuriah antara lain KH Sularno, KH Habib A Syakur, KH Dr Mukhtar Salim, KH Dr Jazilus Sakho’, KH Edy Mushofa dan KH Beni Susanto. Sedang dari Tanfidziyah hadir Dr H Muhajir, KH Muntholib, Ahmad Lutfi, Soni Amir, Ahmad Fauzi dan Bashori Alwi.

Rombongan PWNU diterima Rais Syuriah PCNU Bantul KH Damanhuri dan Ketua Tanfidziyah Prof Dr H Riyanto beserta jajaran PCNU serta MWC NU se-Bantul dan sejumlah pengurus Ranting NU. Dalam kesempatan ini Ketua PCNU Bantul melaporkan berbagai kegiatan yang sudah dilakukan selama ini dan capaian-capainnya. Juga menginformasikan bahwa masa khidmat PCNU Bantul periode 2019-2024 akan berakhir Oktober mendatang, sehingga pada Agustus harus dilaksanakan Konfercab.

Sementara itu Ketua Tanfidziyah PWNU DIY, Dr KH A Zuhdi Muhdlor dalam arahannya mengajak segenap pengurus NU untuk membangun budaya berorganisasi yang baik. Dengan demikian roda organisasi akan berjalan baik. Begitu juga program-program kerjanya bisa dilaksanakan dengan baik. Untuk semua itu tergantung SDM para pengurusnya, yang harus bisa mengemban amanah dengan baik. “Jangan sampai ada pengurus yang datang ke kantor NU saat dilantik, kemudian baru datang lagi saat konferensi,” ingatnya.

Mengenai upaya untuk membangun budaya organisasi yang baik di kalangan para pengurus, dijelaskan, antara lain dengan disiplin agenda. Kalau di tingkat wilayah, yang harus menjadi acuan adalah keputusan Konferwil. Kemudian dalam menjalankan program kerjanya mengacu hasil Rakerwil. Setiap lembaga harus mempunyai program prioritas setiap tahunnya.

Selain itu juga harus disiplin administrasi, baik digital maupun manual. Hilangkan budaya ‘kutil’ atau kurang teliti, budaya ‘kudis’ atau kurang disiplin, ‘kuli’ atau kurang peduli. Administrasi organisasi ini akan menjadi sumber pengetahuan di masa yang akan datang. “Jadi surat keluar masuk, keputusan rapat harus disimpan dengan baik, sehingga sewaktu-waktu dibutuhkan tinggal membuka,” tegasnya.

Tak kalah penting adalah disiplin kepemimpinan atau taat kepemimpinan. Apapun instruksi pimpinan harus dipatuhi sepanjang tak bertentangan dengan aturan. Dicontohkan ketika Ketua Umum PBNU KH Yahya Staquf sudah menyatakan Pemilu 2024 sah, maka seluruh pengurus NU harus mempunyai persepsi yang sama.

Juga harus disiplin aturan. Dalam hal ini pengurus NU dalam menjalankan roda organisasi harus mengacu pada aturan yang berlaku. Secara nasional ada Peraturan Perkumpulan (Perkum). Juga ada Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). Semua aturan yang di bawah tidak boleh bertentangan dengan aturan atasannya.

Terakhir harus disiplin kaderisasi. Artinya, kaderisasi dalam organisasi NU yang sudah diatur sedemikian rupa harus dilaksanakan. Karena itu, ketika masa khidmat suatu kepengurusan akan selesai, harus diselenggarakan konferensi, kecuali ada keputusan penundaan atau perpanjangan dari PBNU. Jadi, periode masa khidmat kepengurusan harus ditaati. (Lutfi)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *