Harun ibn Muhammad ibnu Abi Ja’far al-Manshur adalah khalifah kelima dalam Dinasti Abbasiyah. Beliau merupakan putra termuda dari Muhammad ibnu Ja’far al-Manshur yang dikenal dengan khalifah al-Mahdi. Harun lahir di Ray dari seorang ibu berdarah Iran bernama Khairuzan berasal dari Yaman yang pada mulanya merupakan seorang budak. Dengan demikian, dalam diri Harun mengalir darah Arab dan Iran sekaligus. Jika kita melihat riwayat pendidikannya, Harun kecil dididik di istana tentang ilmu-ilmu agama maupun tentang ilmu-ilmu pemerintahan. Harun kecil dididik dan diperlakukan dengan baik sebagai calon pewaris tahta dinasti Abbasiyah. Maka tak heran Harun tumbuh menjadi pemuda yang cerdas, terpelajar, pandai dalam berbicara, dan memiliki karakter yang baik. Tidak hanya belajar tentang ilmu agama dan ilmu pemerintahan, ada riwayat yang menyebutkan Harun juga mempelajari ilmu ekonomi/keuangan, sejarah, gorgrafi, ilmu bela diri/latihan fisik, juga seni dan syair.
Setelah Harun ibn Muhammad tumbuh dewasa tepatnya diusia 25 tahun, ia berhasil menduduki kursi kekhalifahan Abbasiyah dengan gelar Harun al-Rasyid. Di usia yang terbilang muda Harun menduduki kekuasaan tertinggi dinasti Abbasiyah dengan wilayah kekuasaan yang terbilang luas. Meskipun menjadi khalifah di usia muda, hal ini justru membawa perubahan pada dinasti Abbasiyah dan menjadi faktor pendukung berhasilnya kepemimpinan Harun al-Rasyid membawa dinasti Abbasiyah pada puncak kejayaan.
Dengan kecerdasannya Harun menguasai berbagai cabang ilmu yang membuat orang berkata: “Pengetahuan Al-Rasyid adalah pengetahuan semua ulama”. Harun al-Rasyid sangat mencintai ilmu juga menghormati para ulama (ilmuwan). Karena kecintaan Harun al-Rasyid pada dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan, tak heran jika pada masa pemerintahannya banyak proyek-proyek penerjemahan buku-buku dari berbagai bahasa ke dalam bahasa Arab, banyak mendirikan sekolah salah satunya adalah Bait al-Hikmah sebagai (pusat penerjemahan) yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Masa ini berkembang pesat di Baghdad sehingga menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan dinasti Abbasiyah.
Dari uraian di atas, kita dapat mengambil nilai-nilai untuk dijadikan teladan bagi generasi milenial terutama untuk diterapkan di organisasi di era kontemporer, yaitu sebagai berikut:
- Pentingnya memiliki komitmen, adanya komitmen dalam diri seseorang khususnya bagi seorang pemimpin maka akan berpengaruh pada jelasnya visi, tumbuhnya rasa memiliki, juga tinggi rasa tanggungjawab akan amanah yang digenggamnya.
- Pemimpin hendaknya kompeten, sebagai pemimpin harus memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas yang diembannya dan mampu menyelesaikan masalah-masalah yang kiranya akan muncul dalam organisasi (leaadership and problem solving).
- Kerja keras dan konsisten, keberhasilan suatu rencana maupun program kerja dapat terwujud karena adanya kerja keras yang konsisten. Artinya, sebagai pemimpin harus memiliki optimisme yang tinggi, sehingga ketika usahanya gagal ia tidak berhenti tetapi tetap bisa berdiri melanjutkan kepemimpinannya dengan tekun (konsisten).
- Memiliki kemampuan berinteraksi, menjadi pemimpin tentu menuntut dirinya untuk bisa berhadapan dengan banyak orang bahkan dengan orang-orang baru sekalipun. Oleh karena itu menjadi hal penting bagi pemimpin untuk memiliki kemampuan berinteraksi (public speaking) dengan baik.
- Melayani secara maksimal, menjadi pemimpin sejatinya adalah pelayan yang mau mendengarkan keluh kesah anggota. Jadi, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang sederhana dan mau berbaur bersama anggotanya untuk bersama-sama berusaha menjalankan amanah organisasi demi terwujudnya cita-cita dan tujuan bersama.
Ketika nilai-nilai tersebut di atas dapat diterapkan oleh setiap pemimpin dan anggota organisasi masa kini, kemajuan organisasi akan semakin mudah terealisasi. Apalagi bagi organisasi yang bergerak di bidang keterpelajaran dan kemasyarakatan seperti Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU), juga Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dimana pengurusnya mayoritas pemuda yang memiliki semangat membara. Semangat tersebut akan mendorong keberhasilan memimpin organisasi ketika diimbangi dengan penerapan nilai-nilai kepemimpinan ala Harun Al-Rasyid.
Penulis: Restu Ariandini, Ketua PAC IPPNU Sewon Bantul