Kalau kita masih saja melakukan penyangkalan, maka kita ndak akan pernah berbenah diri. Tapi kalau kita insyaf bersama, kalau kita dengan gentle mengakui – bahwa IYA memang kita sedang sakit, bahwa memang ada banyak diantara kita, dan saudara-saudara kita yang memahami islam versi garis keras, yang merasa bahwa islam harus diperjuangkan dengan kekerasan – maka kita bisa mulai mengambil langkah-langkah solutif.
Dan langkah-langkah solutif nyata yang bisa kita lakukan diantaranya adalah:
- Mulai menetralisir alias melunakkan paham islam garis keras dan mulai menyebar luaskan paham islam moderat (washothiyah).
- SMA dan Kampus harus disterilkan dari gerakan bawah tanah Islam garis keras, diganti dengan kemeriahan dan kegembiraan aktivitas Islam yang menebarkan “cinta dan welas asih” pada sesama manusia.
- Sosial media harus dipenuhi kampanye “islam yang ramah dan penuh kasih sayang”. Bukan islam yang keras, penuh umpatan, dan kata-kata kasar, apalagi hoax dan berdarah-darah.
- Pertarungan politik mohon jangan lagi menggunakan isu SARA sebagai komoditas rebutan kekuasaan. Apalagi disertai kampanye hitam saling menghujat yang membuat bahkan setelah selesai Pilkada/Pilpres-nya masyarakat jadi terbelah saling bermusuhan.
- Mawas diri dan sama-sama menahan diri dalam menyikapi perbedaan dalam penafsiran Islam. Islamnya satu dan sumbernya sama, tapi nyatanya cara kita memahaminya bisa macem-macem. Dan ini fenomena psikologi yang wajar. Ayo tebarkan sikap saling memahami dan berempati, bukannnya saling curiga dan menyalahkan. Islam harus dipulihkan reputasinya dari wajah muram penuh kekerasan menjadi wajah ramah penuh Cinta pada sesama manusia.
Benar kata Muhammad Abduh, cendekiawan muslim abad 20, “Al-islamu Mahjubun bil muslimin”, Keindahan Islam ini terhijab/tertutupi oleh akhlak buruk sebagian umat islam sendiri”. Jadi mari kita yang akan bersama-sama memulihkan wajah Indah Islam.
Terakhir, mari kita dengar seruan seorang remaja Islam peraih Nobel Perdamaian, Malala Yousafzai:
“Peluru hanya bisa menewaskan teroris, tapi hanya pendidikan-lah yang bisa melenyapkan paham terorisme (sampai akar-akarnya: radikalisme, ekstrimisme)”
Stay Save.. Keep Optimism.. Spread Love & Compassion..
And for my beloved Christian brothers & sisters.. my deep condolence for all of you.. from the bottom of my heart, I am really sorry..
Love & Peace for all of us..
Saya yang sedang berduka,
Ahmad Faiz Zainuddin
Alumni SMA 5 Surabaya Lulusan 1995