SEMARANG, BANGKITMEDIA.COM
Panglima TNI Gatot Nurmantyo mengungkapan fakta sejarah bahwasanya perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari para Kolonial adalah jasa dan peran para Ulama. Hal tersebut disampaikan dalam sambutan kegiatan Tausyiah Kebangsaan yang diselenggarakan di depan Museum Perjuangan Mandhala Bakti Kota Semarang semalam (14/08/17). Panglima TNI Gatot Nurmantyo juga menjelaskan pentingnya persatuan sebagai kunci dari teraihnya kemerdekaan.
“Perjuangan terjadi di tiap daerah. Karena bersifat daerah tidak pernah berhasil. Maka seorang pemuda yang bernama dr. Soetomo mendirikan Boedi Oetomo pada tahun 1908. Perjuangan individu tidak pernah berhasil melawan penjajah disatukan dalam bentuk gotong royong. Boedi Oetomo lahir tahun 1908, Muhammadiyyah lahir 1912 dan K.H. Ahmad Dahlam masuk Boedi Oetomo pada tahun 1909. Kemudian NU didirikan oleh K.H. Hasyim Asy’ari pada tahun 1926.”
Selanjutnya ia menjelaskan peran para tokoh agama dari Ulama, Kiai yang memobilisasi para santri para pemuda dan para tokoh agama untuk berjuang meraih kemerdekaan.
“Jadi yang mengusir para penjajah itu bukan TNI. Tetapi para Ulama, tokoh agama yang menyuruh para santri, para pemudanya untuk bertempur merebut kemerdekaamln. TNI belum lahir. Indonesia merdeka 17 Agustus, TNI lahir 5 Oktober. Jadi yang memerdekakan para Kiai, para santri. Ini fakta sejarah,” tegasnya di hadapan 20.000-an jama’ah yang hadir memadati area jalan Tugu Muda hingga Lawang Sewu.
Gatot juga menegaskan bahwasanya proses berdirinya TNI juga merupakan jasa para ulama. “Begitu merdeka para ulama, para kiai, para santri sebagian pulang ke pesantrennya sebagian lagi berfikir : iki negoro direbut terus nek ora ono sing jogo piye?” (Negara ini direbut dari penjajah lalu bagaimana kalau tidak ada yang menjaga?). Maka mereka mendirikan BKR. Badan Keamanan Rakyat,” tegasnya.
Tidak hanya Panglima ABRI yang menunjukkan peran Ulama dalam perjuangan. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga turut menyampaikan hal senada. Dalam sambutannya ia menegaskan peranan pemerintah bersama Majlis Ulama dan Kodam dalam penanggulangan berbagai hal yang membahayakan NKRI dengan cara yang halus.
Kita sebagai generasi bangsa bersatu melawan narkoba. Maka sudah dilakukan khutbah serempak tentang bahaya narkoba” kata Gubernur Ganjar. “Melalui jum’at lalu dari hasil halaqah juha sudah dilakukan juga khutbah serempak tentang bagaimana mengantisipasi adanya radikalisme,” imbuhnya. “Kita juga melakukan kerjasama dengan Pangdam tentang eks napi TNI kita ajak untuk kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Cara-cara inilah yang lebih shoft yang lebih membuat sejuk. Kemudian bendera merah-putih berkibar di mana-mana,” pungkasnya.
Acara dilanjutkan dengan Tausyiyah Kebangsaan yang diisi oleh Ulama asal Pekalongan Habib Muhammad Luthfi bin Yahya. Dalam tausyiyah tersebut Ulama kharismatik asal Pekalongan tersebut berpesan untuk tetap menjaga persatuan. “Indonesia tidak bakal diserang dari luar, Amin, Insya Allah,” Kata Habib Luthfi.
Beliau juga mengingatkan adanya bahaya dan pembusukan dari dalam oleh oknum-oknum yang ingin merusak persatuan bangsa dengan berbagai berita bohong seolah-olah ada perseteruan antar Kiai dan lain sebagainya. Lebih dari 20.000 jama’ah yang memadati jalan depan museum Mandhala Bakti mengikuti dengan tertib dan khidmat hingga acara ditutup dengan do’a yang disambung lagu bagimu negri. (ARH-SI)