Opini Profesor ITS Surabaya Timbulkan Kesesatan

profesor HTI

Berita NU, BANGKITMEDIA.COM

YOGYA- Seorang Profesor bidang Teknologi Kelautan asal ITS (Institut Teknologi Surabaya), Daniel M Rosyid membuat kehebohan atas opininya di Koran  Jawa Pos, Surabaya, yang terbit pada 9 Mei 2018. Opininya ini membahas soal asal kata dari ijazah dan mukjizat. Profesor Daniel diindikasikan membela HTI karena meme yang beredar sebelumnya.

Kesalahan Profesor Daniel ini mengheboskan media sosial. Banyak yang memberikan komentar nyinyir kepadanya, karena gagal paham terkait mukjizat dan ijaza.

Ahmad Badrus Sholihin, seorang netizen dari Jember, memberikan komentar sangat pedas.

“Bapak Profesor Teknologi Kelautan ITS ini seharusnya tidak berbicara tentang sesuatu yang tidak dia kuasai, yaitu Bahasa Arab. Saya yakin bapak profesor ini tidak pernah belajar ilmu sharraf, sehingga dia tidak paham soal morfologi. Menyamakan ijazah dengan mukjizat itu jelas kekeliruan yang sangat elementer. Bapak profesor ini tidak bisa membedakan akar kata أعجز dengan أجاز yang di pondok pesantren sudah biasa dipelajari oleh santri kelas 2 Diniyah Awwaliyah,” tegas Ahmad Badrus Sholihin di akun facebooknya, Rabu (09/05).

“Ya, perkara yang dipasrahkan kepada yang bukan ahlinya memang akan menimbulkan kekacauan, kesesatan, bahkan kerusakan,” lanjut Ahmad Badrus Sholihin.

Senada dengan itu, Zuhdi Abdurrohman dari Yogyakarta juga memberikan komentar kritis.

“Ada yang bisa sampaikan ke redaktur koran ini? Salah kaprah kalau ijazah (اجازة) akar katanya disamakan dengan mukjizat (معجزة). Apa dewan redaksinya mau turut menyebarkan kebohohan dan menampakkan kebodohan masal? Oh ya satu lagi, sampaikan sama yang nulis, kalau mau belajar ilmu nahwu shorof dll saya bersedia mengajari. Gratis tidak dipungut biaya,” tegas Zuhdi.

“Setelah membaca status Kang Zuhdi Abdurrahman pagi ini yang memposting opini di Jawa Pos hari ini (9/5), saya pun bergegas mencari koran Jawa Pos dan membaca artikel opini tersebut. Yang saya komentari dari tulisan tersebut adalah bagian kalimat yang menyatakan bahwa kata ijazah itu berasal dari akar kata yang sama dengan kata mukjizat. Ketika koran itu saya kasihkan ke murid saya yang saat ini kelas XI, murid saya ini tertawa,” sahut Supriyadi, seorang Guru MA di Yogyakarta dalam akun facebooknya (09/05).

“Murid saya bertanya, “Pak, padahal yang nulis ini sudah guru besar, ya, Pak. Kok nggak paham nahwu-sharaf?” Saya pun menjawab, “Dia kan guru besar di bidang teknologi kelautan, bukan di bidang bahasa Arab. Ya kalau dia membahas hal yang bukan pada bidangnya, jadinya ya kayak gitu. fantazhirissa’ah.” Lanjut Supriyadi.

“Persis salah seorang guru aktivis PKS yang jadi murobbi liqo di SMA dahulu. Dia menawarkan padaku -sebagai dewan syuro Rohis- untuk mengisi majlis ta’lim rutin Rohis. Hampir saja kuterima karena nggak enak, tapi kemudian dia menjelaskan bahwa kata ‘syuro’ berakar sama dengan kata ‘syariat’ maka harus sesuai syariat. Positif tawaran ditolak,” Zia Ul Haq, seorang netizen ikut memberikan komentar atas status Supriyadi.

Di beranda facebook yang lain, seorang netizen bernama Ahmad Baequni juga memberikan catatan kritisnya.

“Kasus tasrifan yang salah memberi contoh yang sangat vulgar tentang kesalahan pemahaman agama oleh yang bukan ahlinya. Tasrifan ini baru contoh. Masih banyak kasalahan-kesalahan lain dalam pemahaman di bidang agama oleh yang bukan ahlinya. Disinilah agama bisa rusak. Ada fenomena artis menyalahkan ulama besar. Jonru yang belajar ekonomi dan baru masuk Islam menyalahkan seorang ulama ahli tafsir lulusan al Azhar yang telah menulis berjilid jilid tafsir,” tulis Baiquni.

“Untuk menjadi professor, bapak ini tentu sudah dibimbing oleh orang yang ahli di bidangnya. S1 S2 S3 kemudian setelah harus menulis ilmiah yang banyak di bidangnya serta merujuk pada tulisan-tulisan ilmiah yang ditulis orang yang ahlinya. Untuk urusan dunia saja dunia sekuler begitu ketat. Untuk urusan akhirat yang lebih sulit juga memerlukan bimbingan dari para ahlinya, Professor. Aliran aneh aneh biasanya dari salah paham dan paham yang salah. Kita biasanya tidak mau ngelesin anak bahasa Inggris pada yang bukan ahlinya yang hanya belajar dari buku. Tapi untuk urusan agama untuk urusan akhiratnya manusia modern biasanya mengambil dari sembarangan,” lanjutnya.

“Adik saya yang belajar di fakultas kedokteran PTN mengeluh karena untuk kegiatan keagamaan teman temannya mengundang seorang artis yang menjadi ustad yang baru saja cerai dengan isterinya. Aneh juga ya.. Calon calon dokter ini kan mestinya pinter. Apa mereka mau cabut gigi ke orang awam yang yang baru baca panduan cabut gigi? Manfaat apa yang bisa didapat dari seorang artis yang menjadi ustad yang menceraikan isterinya? Kita memang hidup di jaman yang aneh. Harus tetap jaga akal sehat,” pungkas Baiquni. Berita Islam Terkini (mm)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *