Abdul Adzim Irsad, alumnus Universitas Ummul Quro Makkah.
Gambar ini sedang berkusah bahwa warga NU tetep cinta kepada Dzurriyah Rasulullah SAW, apalagi kepada baginda Rasulullah SAW. Gus Muwafiq sedang didoakan cucu Rasulullah SAW. Terbayar sudah rasa rindu kepada baginda nabi Muhammad SAW.
Santun, lembut, ramah dan murah senyum kepada siapapun. Ilmunya nyegoro, pemberani, sanad ilmunya sampai kepada Rasulullah SAW. Budi pekerinya seperi Kanjeng Nabi Muhammad SAW, yang budi pekertinya kitab suci. Itulah Habib Ali Zainal Abidin Al-Jufri.
Habi Umar Al-Hafid dan Ali Al-Jufri begitu cinta kepada NU, juga kepada Kyai NU. Bukan karena NU-nya, tetapi kiprah NU menjadi Islam wasatiyah sejak berdirinya.
Orang boleh tidak cocok dengan NU. Tetapi, mereka tidak akan bisa menghalagi Habib Lutfi, Habib Umar Al Muthohar, Habib Ali Jufri, habib Umar Al-Hafid serta rubuan habaib di Nusantara mencintai jamiyah NU.
Karena satu satunya oraganisai NU yang terang teranga mencintai Durriyah Rasulullah SAW terjadi diskrimasi kepada Habaib. Pembela itu adalah Gus Dur.
Jika ada oknum Habaib menghina Kyai NU. Sudah pasti Kyai itu tidak akan membalasnya. Justru dimaafkan. Itu pernah dilakukan oleh Gus Dur cucu KH Hasyim Asaary dan KH Ma’ruf Amin santri Kyai Idris Kamali, menantu Mbah Hasyim. Keduanya pernah dicaci. Tetapi, tidak elok membalas. Ini ciri khas Akidah Aswaja.
Memaafkan itu berarti mengamalkan Alquran, sekaligus meneladani Rasulullah SAW. Salah satu cara mencinta nabi, menjadi muslim pemaaf, bukan pemarah.
Kyai NU juga tidak akan merubah atau mengurangi sholawat dan salam kepada Rasullah SAW dan keluarganya. Kyai NU juga tidak akan mengeluarkan fatwa Maulidan itu bidah.
Malang, 04-19-2019