NU, Indonesia, dan Arab Saudi

Oleh: KH. Fajar Abdul Bashir, Ketua LBM PWNU DIY, Pengasuh PP. Ar-Risalah Pandak Bantul

Islam moderat ala NU sebenarnya bukan sesuatu yang baru, karena Islam NU mengikuti pemikiran ulama salafussholih baik dalam bidang aqidah, fikih, serta tasawwuf. Islam moderat yang tidak ekstrim kanan dan tidak ekstrim kiri adalah Islam yang dikembangkan NU sesuai dengan pemikiran para ulama salafussholih. Namun perjalanan Islam moderat yang dikembangkan NU di Indonesia semakin lama semakin berat, bahkan akhir-akhir ini mendapatkan tantangan yang super berat seiring munculnya faham semboyan kembali ke Al-Qur’an dan Al-Hadits secara tekstual.

Tren Islam merasa paling baik dan bernar sendiri, mencaci dan memaki, berteriak dan menggebrak telah subur di masyarakat dengan tidak membuka ruang dialog sedikitpun. Ayat-ayat kafirun, munafiqun, dan al-qital sengaja diublikasikan. Tren santri dan kyai yang suka mengkritik, mencaci, dan menebar permusuhan semakin mendapat hati di masyarakat, akibat keputus asaan mereka memahami Islam secara kaffah.

Lain halnya di Saudi Arabia, negara kerajaan yang dulu terkenal eklusif dengan faham-faham takfiri dan ekstrimisme, kini mulai membuka mata. Study banding budaya yang dilakukan Raja Salman ke berbagai negara telah merubah paradikma Arab Saudi Baru, bahwa Islam moderat yang dianut sebagian besar masyarakat Indonesia telah berhasil membentuk komunikasi Islam dan perkembangan budaya dengan baik. Arab Saudi kini telah terbangun dari tidurnya yang panjang karena memahami Islam hanya dari sudut pandang ke-Islaman.

Beredar kabar bahwa belum lama ini pemerintahan Arab Saudi telah menangkap beberapa khatib masjid yang sering ceramah menebarkan Islam ekstrimis. Dan yang paling baru, Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman bin Abdul Aziz Al-Saud telah mengeluarkan maklumat akan mengembalikan Islam seperti dulu yaitu Islam yang moderat sebagaimana yang dikembangkan oleh para ulama salafsussholih. Itu artinya, pemikiran Islam ala NU akan memasuki negara Islam yang kaya minyak tersebut.

Putra mahkota Arab Saudi termasuk sosok yang paling berpengaruh di dunia, ia mengatakan: “Kami kembali ke kami yang sebelumnya, sebuah negara Islam moderat yang terbuka untuk semua agama, tradisi, dan orang-orang dari seluruh dunia. Kami ingin hidup yang normal. Sebuah kehidupan dengan agama yang diwujudkan menjadi toleransi, menjadi tradisi keramahan kami”. Ia juga berjanji akan segera menghancurkan Islam kstrimisme secepatnya. Lalu pertanyaannya: “Bagaimana dengan Islam moderat di Indonesia?”.

Seperti yang telah kami sampaikan di atas, bahwa Islam Moderat yang dikembangkan NU menemui tantangan yang sengit. Islam madzhab Arab semakin pesat memasuki Indonesia. Hal ini bisa kita lihat dari ceramah para ustadz, budaya busana, penampilan, dan lainnya banyak yang ke arab-araban. Bahkan ada juga oknum santri dan kyai yang dulu pengamal Islam moderat ala NU, kini justru balik menyerang dan menikam. Akankah Indoneaia akan menjadi Arab Saudi dulu, dan Arab Saudi akan menjadi Indonesia Baru?

Wallahu a’lam, yang jelas, selama Indonesia masih ada pesantren, kyai, santri, dan NU, Islam moderat ala salafussholih masih akan tetap mewarnai Indonesia. Semoga kita semua diselamatkan dari fitnah agama, fitnah dunia, lebih-lebih fitnah akherat, amiin.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *