Ngaji Tafsir Al Muthaffifin: Mencapai Derajat Al-Abror

Ngaji Tafsir Al-Muthaffifin Mencapai Derajat Al-Abror

Ngaji Tafsir Al Muthaffifin: Mencapai Derajat Al-Abror

Di ayat 18-21, Allah telah menjelaskan mengenai ‘Illiyyun, yaitu nama kitab bagi  Al-Abror, yaitu orang-orang yang berbakti kepada Allah. Lalu Allah menerangkan keadaan Al-Abror secara terperinci di enam ayat setelahnya, yaitu ayat 22 sampai 28.

Allah SWT berfirman:

إِنَّ ٱلۡأَبۡرَارَ لَفِي نَعِيمٍ  ٢٢ عَلَى ٱلۡأَرَآئِكِ يَنظُرُونَ  ٢٣ تَعۡرِفُ فِي وُجُوهِهِمۡ نَضۡرَةَ ٱلنَّعِيمِ  ٢٤ يُسۡقَوۡنَ مِن رَّحِيقٖ مَّخۡتُومٍ  ٢٥ خِتَٰمُهُۥ مِسۡكٞۚ وَفِي ذَٰلِكَ فَلۡيَتَنَافَسِ ٱلۡمُتَنَٰفِسُونَ  ٢٦ وَمِزَاجُهُۥ مِن تَسۡنِيمٍ  ٢٧ عَيۡنٗا يَشۡرَبُ بِهَا ٱلۡمُقَرَّبُونَ  ٢٨

  1. Sesungguhnya orang yang berbakti itu benar-benar berada dalam kenikmatan yang besar (surga),

Lalu siapa yang dimaksud dengan Al-Abror ini? Yaitu mereka adalah orang-orang yang membenarkan semua yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. yaitu agama Islam

  1. mereka (duduk) di atas dipan-dipan sambil memandang.

Ayat ke-23 ini menjadi tanda bahwa al-abror itu selalu tenteram hatinya. Melihat orang lain dengan pandangan yang ayem. Tidak gelisah ketika menemui situasi yang sulit sekalipun.

  1. Kamu dapat mengetahui dari wajah mereka kesenangan mereka yang penuh kenikmatan.

Di ayat ini Allah mengisyaratkan bahwa kebahagiaan seseorang itu bisa dilihat dari wajah. Melalui wajah, keadaan seseorang bisa diketahui sedang senang atau sedang kesusahan. Sampai-sampai  orang lain yang melihatnya bisa ikut merasakan. Maka Al-Abror ini akan mudah diketahui melalui pancaran kebahagiaan di wajahnya.

Dalam lingkup yang lebih luas, tanda-tanda dari Al-Abror bisa tercermin dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Misalnya dari segi kesehatan, ekonomi, atau sosial-politik. Orang yang sehat akan terlihat ceria wajahnya. Sementara orang yang sakit akan terlihat lesu dan pucat. Di bidang ekonomi, orang yang mempunyai uang juga akan berbeda dibandingkan orang yang banyak hutang. Juga dalam sosial-politik, orang yang punya banyak relasi akan semakin mudah dalam menjalani hidup.

Dari 2 ayat pertama (23-24) yang menjelaskan keadaan Al-Abror ini dapat diambil kesimpulan bahwa fasilitas kebaikan itu diperoleh setelah manusia memiliki kualitas tertentu. Yaitu kualitas berbakti (Al-Abror).

  1. Mereka diberi minum dari khamar murni yang dilak (tempatnya),
  2. laknya adalah kesturi; dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.
  3. Dan campuran khamar murni itu adalah dari tasnim,
  4. (yaitu) mata air yang minum daripadanya orang-orang yang didekatkan kepada Allah.

Empat ayat di atas, Allah ingin menggambarkan kenikmatan yang akan diperoleh oleh Al-Abror. Fasilitas khusus diberikan kepadanya, yaitu berupa hidangan. Hal tersebut sesuai dengan salah satu tabiat manusia yang suka terhadap hidangan.

Khamr yang haram dikonsumsi di dunia, akan dihalalkan oleh Allah bagi penduduk surga. Khamr surga tidak memabukkan, bahkan akan membuat peminumnya menjadi segar. Selain itu, rasanya juga nikmat.

Di tambah lagi, Allah menjelaskan di ayat ke-26 bahwa Khamr itu dilak (disegel/direkatkan) menggunakan minyak kasturi. Yang mana minyak kasturi adalah minyak paling wangi yang ada di dunia. Maka untuk mendapatkan itu, manusia diminta untuk saling berlomba-lomba mendapatkan kedudukan ­Al-Abror.

Di ayat selanjutnya, Allah masih memberikan tambahan kelezatan minuman kepada Al-Abror. Yakni berupa tasnim, yang dicampurkan ke dalam khamr yang telah dilak dengan minyak kasturi itu. Pengertian tasnim dijelaskan pada ayat setelahnya. Sementara itu, di tafsir Ibnu Katsir, tasnim diartikan sebagai minuman ahli surga yang paling afdhal dan yang paling terhormat.

Semua fasilitas tersebut akan diberikan kepada orang-orang yang layak. Bila seseorang telah memenuhi kualitas Al-Abror, maka ia akan mendapatkan kenikmatan itu. Tanpa harus memintanya.

Dalam kehidupan dunia misalnya, presiden dalam kunjungannya menggunakan pesawat, akan ditempatkan di kelas eksekutif. Tidak mungkin presiden ditempatkan di kelas ekonomi.

Contoh lain yang sering dijumpai adalah ketika undangan pernikahan. Pelayanan tamu undangan VIP akan berbeda dengan tamu biasa. Tamu VIP akan menerima berbagai kenikmatan seperti tidak perlu antre dan hidangan yang khusus. Itu semua karena mereka memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan.

Ngaji Tafsir Al Muthaffifin: Mencapai Derajat Al-Abror. Semoga bermanfaat.

(Iwan Hantoro/rn/bangkitmedia.com)

* Tulisan ini disarikan dari Kajian Dr. Waryono Abdul Ghofur di Masjid UIN Sunan Kalijaga (Setiap Selasa Malam)

*Penulis adalah Mahasiswa KPI UIN Sunan Kalijaga yang sedang Magang Profesi di Majalah Bangkit dan Bangkitmedia.com

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *