Pengantar Surat
Surat Al-Insyiqoq bercerita mengenai peristiwa yang akan terjadi di hari kiamat, yaitu diawali terbelahnya langit.
Surat ini termasuk surat Makkiyah karena diturunkan di kota Makkah. Alasan dari diturunkannya surat ini –dan surat sejenisnya- adalah untuk mengingatkan masyarakat Makkah saat itu. Bangsa arab pada saat itu umumnya memiliki orientasi hidup yang sangat temporer. Pola pikirnya jangka pendek. Mereka menganggap bahwa dunia itu abadi. Maka Implikasinya, mereka memupuk kekayaan sebanyak-banyaknya agar tidak habis sampai mati.
Nama surat ini diambil dari ayat pertama Insyaqqot yang berarti terbelah. Arti harfiahnya sama dengan Infithor, dua surat sebelumnya. Meskipun begitu, makna keduanya berbeda. Infithor mempunyai beberapa arti, yaitu Ifthor (berbuka), fitroh (suci/bersih), al-fatlu -al-faatilu- (pemeras susu sapi), fathir (menciptakan), dan Infathorot (hancur berkeping-keping). Maka makna terbelah dalam surat al-Infithor ini adalah hancur berkeping-keping. Sedangkan makna terbelah dalam surat al-Insyiqoq diibaratkan seperti terbelahnya biji yang ditanam.
Dalam Al-Quran, kata Insyaqqot digunakan dalam dua hal, yakni makna fisik dan psikis. Makna fisik digunakan untuk menggambarkan benda-benda seperti bulan, batu, langit, bumi –sebagaimana pada surat ini-. Sementara makna psikis untuk tiga kejadian; (1) Terjadinya konflik dalam keluarga, -diumpamakan terpecahnya perahu-, (2) Orang kafir yang sudah berpaling dari kebenaran, -atau siapa pun yang sudah tidak lurus/orientasinya tidak jelas ke Allah-, (3) Orang yang berat diajak berjuang dalam kebenaran.
إِذَا ٱلسَّمَآءُ ٱنشَقَّتۡ ١
- (apabila langit terbelah) Allah menerangkan bahwa apabila langit terbelah karena telah rusak hubungan bagian-bagiannya dengan rusaknya peraturan alam semesta pada hari Kiamat nanti, disebabkan perbenturan bintang-bintang di langit karena masing-masing mempunyai daya tarik tersendiri.
وَأَذِنَتۡ لِرَبِّهَا وَحُقَّتۡ ٢
- (dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya patuh) Terbelahnya langit tersebut karena langit patuh kepada apa-apa yang diperintahkan Allah. Ia pantas menjadi patuh karena dialah makhluk Tuhan yang senantiasa berada dalam kekuasaan-Nya. Kata adzinat berasal dari kata udzun yang berarti telinga. Hal ini mengisyaratkan kepada manusia yang mempunyai telinga, hendaknya mendengar segala perintah Allah.
وَإِذَا ٱلۡأَرۡضُ مُدَّتۡ ٣ وَأَلۡقَتۡ مَا فِيهَا وَتَخَلَّتۡ ٤وَأَذِنَتۡ لِرَبِّهَا وَحُقَّتۡ ٥
- (dan apabila bumi diratakan)
- (dan memuntahkan apa yang ada di dalamnya dan menjadi kosong)
- (dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya patuh)
Selanjutnya, melalui ayat 3-5 Allah menerangkan setelah langit terbelah, fenomena yang akan terjadi selanjutnya adalah gempa bumi yang dahsyat. Bumi dan gunung-gunung hancur berkeping-keping sehingga menjadi rata dan mengeluarkan apa yang ada di dalam “perut”-nya. Maka hal itu karena ketundukannya pada perintah Allah dan kepatuhan melakukan kehendak-Nya. Allah mengulang ayat tersebut sampai 2 kali, hal itu untuk menekankan kepatuhan keduanya -langit dan bumi- kepada Allah. (Iwan Hantoro/rn)
*Penulis adalah Mahasiswa KPI UIN Sunan Kalijaga yang sedang Magang Profesi di Majalah Bangkit dan Bangkitmedia.com