Akhir-akhir ini, semakin banyak orang yang mudah menyalahkan, menyesatkan dan bahkan mengkafirkan sesama umat Islam. Padahal yang memiliki hak memutus seseorang kafir atau tidak, itu hanya Allah. Hanya Allah, tiada yang lain.
Gus Baha, dalam acara Muhadhoroh Ammah di Pondok Pesantren Salafiyah Kota Pasuruan belum lama ini menerangkan agar selalu berfikir positif dan tidak mudah memvonis kafir seseorang, apalagi terhadap sesama umat Islam.
Bahkan, sebagai manusia, kita memiliki kewajiban untuk menjaga hubungan baik dengan orang non-muslim. Karena kita tidak akan pernah tahu masa depan seseorang. Bisa saja hari ini seseorang dalam keadaan muslim, tapi di akhir hidupnya menjadi orang yang murtad. Begitupun sebaliknya.
Oleh karena itu, ketika malaikat hendak menjatuhkan gunung ke para penentang Rasul, Rasulullah melarang. Rasulullah masih memiliki harapan, bahwa kelak dari keturunan mereka lahirlah orang-orang mukmin. Kepada orang kafir pun, Rasulullah tidak pernah berhenti berharap. Abu Lahab punya anak Darroh itu mukminah, Abu Jahal punya anak Ikrimah juga mukmin. Musuh besar Rasulullah, Walid bin Mughiroh punya anak Kholid bin Walid juga seorang mukmin.
Gus Baha kemudian menceritakan sebuah kisah yang terdapat dalam Kitab Ihya’ Ulumuddin karya Imam Ghazali.
Ceritanya, ada dua orang ahli neraka yang dipanggil oleh Allah ke Surga. Ketika dipanggil, dua orang penghuni neraka ini masih dibelenggu dengan atribut neraka.
“Bagaimana keadaan neraka,” tanya Allah kepada dua penghuni neraka tersebut
“Neraka kok njenengan tanyakan Gusti. Ya pasti gak karu-karuan,” jawab salah satu dari mereka.
“Ya sudah, kamu kembali ke sana. Karena kamu memang fasiq,” kata Allah.
Mendengar perintah tersebut, penghuni neraka yang baru saja berdialog dengan Allah itu lari dengan penuh semangat.
“Lho, disuruh ke neraka kok semangat?” tanya Allah
“Ya Allah, saya sudah kapok. Dulu saat di dunia, saya ndak semangat menjalankan perintah-perintah-Mu. Maka ketika kali ini Engkau memerintahkan masuk neraka, saya semangat. Karena saya sudah kapok. Dulu setiap engkau perintah, saya ndak manut,” jawab penghuni neraka itu.
Melihat kelakuan hamba-Nya seperti itu, Allah terharu dan akhirnya memasukkannya ke dalam surga.
Lalu Allah menyuruh penghuni neraka satunya untuk kembali ke neraka. Berbeda dengan yang penghuni pertama tadi, kali ini ia tidak semangat. Hanya bengong saja.
“Kamu kenapa cuma bengong saja?” tanya Allah.
“Ya Allah saya tidak pernah mengira, ketika Engkau sudah memanggilku ke surga, tapi mengembalikan aku lagi ke neraka,” katanya
“Ya sudah di Surga saja,” kata Allah kemudian.
Dari kisah tersebut, Gus Baha lalu menegaskan bahwa logika manusia tidak sama dengann logika Allah. Yang baik menurut manusia, belum tentu baik menurut Allah. Begitupun sebaliknya. Wallahu’alam. (Rokhim Nur)