Ngaji Burdah 6, Tumpah Kepada Asal-Usul Segala Rindu Dan Cinta

buku cinta cak kus

Kiai Kuswaidi Syafi’ie, Pengasuh Pesantren Maulana Rumi Bantul.
فكيف تنكر حبا بعد ما شهدت
به عليك عدول الدمع والسقم

Bagaimana mungkin kau mengingkari cinta setelah derai airmata dan derita hatimu bersaksi atas cintamu?

Cinta identik dengan airmata dan derita hati. Kenapa? Kalau tidak, tak mungkin keduanya menjadi saksi tak terbantahkan terhadap adanya gemuruh cinta dalam diri seseorang.

Cinta, dengan demikian, terlarang untuk disembunyikan dan tidak boleh disembunyikan. Karena menyembunyikan cinta tak lain adalah kesia-siaan belaka.

Mungkin engkau bertanya, airmata bisa disaksikan dan bahkan bisa diinvestigasi, tapi bagaimana bisa memastikan bahwa hati seseorang itu sedang didera derita cinta? Bukankah hal itu sama sekali tidak empirik?

Baiklah. Airmata itu tak lain merupakan terjemahan paling otentik dari suasana hati. Hati adalah sumber dari cucuran airmata. Ketika hati terlampau haru dan bahagia, maka akan berderai airmata yang sejuk dan menentramkan. Tapi jika hati disandera oleh derita dan kepedihan yang nyaris tak tertanggungkan, maka akan bercucuran airmata yang panas dan menyesakkan.

Dan airmata pilihan yang paling bermutu adalah airmata yang memancar dari degup kerinduan yang sangat dalam kepada Ilahi, airmata yang tumpah kepada asal-usul segala rindu dan cinta. Satu tetes airmata itu sanggup memadamkan api neraka.

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *