Kiai Kuswaidi Syafi’ie, Pengasuh Pesantren Maulana Rumi Bantul.
ايحسب الصب ان الحب منكتم
ما بين منسجم منه و مضطرم
Adakah seorang pecinta itu mengira bahwa cintanya bisa tersembunyi di antara derai airmata dan hati yang membara?
Idiom “ash-shabbu” sebenarnya secara leterlek bermakna “al-iraqah” atau menuang. Tapi dalam konteks bait Burdah di atas, kata itu berarti seorang pecinta yang sempurna. Kenapa terjadi migrasi makna? Karena atas nama gejolak dan getar cinta dia senantiasa menuangkan airmatanya.
Tentu dalam konteks cinta, airmata itu merupakan realisasi dari kebahagiaan paling puncak yang tidak terbatasi oleh apa pun, termasuk tak bisa dipagari oleh taring kepedihan. Karena dalam gorong-gorong cinta, bahkan penderitaan pun bisa dalam sekejap mata bermetamorfosis menjadi kebahagian. Pagar yang membatasi di antara keduanya telah roboh dan hanyut oleh banjir cinta.
Derai airmata dan hati yang membara: yang satu empiris, sedang yang satunya lagi abstrak. Tapi yakinlah bahwa yang empiris itu, derai airmata, bersumber dari sesuatu yang abstrak yang tidak menempati ruang mana pun di dalam jasad manusia. Silahkan dokter bedah mempreteli tubuh seorang pecinta secara detail dan teliti, pasti dia tidak akan menemukan hati yang membara itu. Yang akan ditemukan hanyalah segumpal darah, hati yang sama antara yang dimiliki seorang pecinta dengan hati yang terkandung dalam diri seseorang yang bangsat.
Karena cinta itu merupakan salah satu sifat hadiratNya, maka sangatlah wajar kalau manusia sebagai wadah yang terlampau nisbi dan temporal itu tidak memiliki kesanggupan untuk membendung dan menyembunyikannya.
Termasuk juga para pecinta Ilahi. Mereka tak sanggup menyembunyikan aura cinta yang transenden itu. Ke mana-mana mereka kemudian menyenandungkan kasih-sayangNya, dengan kata-kata atau tindakan, atas nama cinta Ilahiat.
Tentu saja kecuali para wali mastur yang memang dengan sengaja disembunyikan oleh Allah Ta’ala itu sendiri. Mereka menikmati cinta yang sangat sublim, tanpa direcoki oleh pengetahuan dan penilaian makhluk, dengan asal-usul segala cinta yang tak lain adalah hadiratNya semata.