Oleh: Kiai Kuswaidi Syafi’i, Pengasuh Pesantren Maulana Rumi Bantul.
وخالف النفس والشيطان واعصهما
وإن هما محضاك النصح فاتهم
Berselisih dan membangkanglah engkau terhadap nafsu dan setan. Dan jika keduanya menyodorkan nasehat kepadamu, maka waspadalah engkau.
Baik nafsu maupun setan sama-sama merupakan sandungan di jalan rohani. Bukan saja bermaksud untuk membendung laku spiritual para salik, tapi lebih dari itu keduanya malah berkehendak kuat untuk menjerumuskan mereka ke dalam jurang kehancuran yang kelam dan nista.
Baca Juga: Ngaji Burdah 23, Tumpahkan Air Mata Dosamu
Tentu saja yang dimaksud di sini adalah nafsu ammarah yang memang tak punya pekerjaan apa pun selain selalu berikhtiar untuk menyengsarakan manusia. Sementara setan, sesuai dengan asal-usul idiomatiknya, selalu saja menyorong manusia pada dua kenyataan yang sangat merugikan. Pertama, jauh dari rahmat Allah Ta’ala, utamanya karunia rohani, (شطن=jauh). Kedua, kebinasaan yang disebabkan oleh pembangkangan, (شاط=binasa).
Nafsu menyerang manusia dari dalam. Karena jelas bahwa nafsu itu merupakan bagian yang inheren dari diri manusia yang tidak terpisahkan. Sedang setan datang pada manusia dari luar dengan membawa berbagai macam perangkat tipu daya.
Yang terberat dari keduanya itu adalah nafsu. Nabi Muhammad Saw menyebutnya sebagai musuh yang paling musuh yang jika ia tertaklukkan, maka musuh sisanya yang lain akan menjadi sepele. Bahkan ribuan setan akan sia-sia belaka jika datang kepada seseorang yang jiwa dan hatinya telah heginis dari semburan destruktif nafsunya sendiri.
Kenapa? Karena mereka tidak menemukan partner di dalam diri orang itu yang bisa diajak berkoalisi untuk melakukan pembelokan dan penghancuran yang memang senantiasa diperankan keduanya. Ceramah Agama