Oleh: Kiai Kuswaidi Syafi’i, Pengasuh Pesantren Maulana Rumi Bantul.
فاصرف هواها وحاذر أن توليه
إن الهوى ما تولى يصم أو يصم
Palingkanlah keinginan nafsu itu dan hati-hatilah kau, jangan sampai ia menguasaimu. Karena sesungguhnya manakala nafsu itu berkuasa, ia akan membunuh atau membuatmu malu.
Jangan sampai nafsu ammarah itu tampil apa adanya. Jangan sampai ia tumbuh semaunya sendiri. Nafsu diciptakan tidak untuk dibiarkan, apalagi sampai dipatuhi. Tapi untuk dididik secara spiritual agar pada akhirnya menjadi kendaraan rohani paling cemerlang yang bahkan para malaikat pun tidak memilikinya.
Keinginan nafsu ammarah itu pastilah buruk. Karena itu, tugas kita pertama kali ketika berhadapan dengannya adalah membelokkan nafsu itu dari segala sesuatu yang diinginkannya. Ini namanya pendidikan rohani di mana kita mesti tegas melaksanakannya.
Kalau sampai nafsu ammarah tumbuh sesuai dengan naluri kotornya, maka ia akan dengan cekatan memimpin roda kehidupan seseorang yang, baik dengan cepat maupun perlahan-lahan, akan membawa orang itu menuju ke lembah malapetaka dan kenistaan, menyeretnya ke jurang kehancuran dan kehinaan.
Itulah kesesatan yang sesungguhnya. “Dan siapakah yang lebih sesat dibandingkan dengan orang yang mengikuti keinginan nafsunya?” firman Allah Ta’ala dalam surat al-Qashash ayat 50.
Sungguh nista kehidupan seseorang yang nafsunya melangkah gagah di depan, sementara akalnya redup dan menjadi jongos di belakang. Orang yang mengalami musibah paling getir ini akan menanggung rasa malu yang tidak kepalang di hari keabadian, di hadapan manusia dan hadapan Tuhan semesta alam.