Ngaji Burdah 11, Cintamu Membuatmu Buta dan Tuli

air mata

cak kus 1

Oleh: Kiai Kuswaidi Syafi’i, Pengasuh Pesantren Maulana Rumi Bantul

 

محضتني النصح لكن لست اسمعه
ان المحب عن العذال في صمم

Dengan tulus kau sodorkan nasehat kepadaku. Tapi aku tak bisa mendengarkannya. Karena sesungguhnya seorang pecinta senantiasa tuli terhadap ocehan para pencela.

Penutup rangkaian gerbong kenabian yang diutus oleh Allah Ta’ala bagi seluruh alam raya, Nabi Muhammad Saw, pada suatu hari pernah menyatakan sebagaimana yang diriwayatkan dari sahabat Abu Darda’ yang termaktub dalam kitab Sunan Abu Dawud: “Cintamu pada sesuatu membuatmu buta dan tuli.”

Yaitu, buta terhadap berbagai macam cacat dan kekurangan yang disandang oleh sang kekasih dan tuli terhadap obrolan-obrolan orang tentang aneka ragam kejelekan dan kelemahannya.

Dalam konteks paradigma ini, cinta adalah potensi hebat yang sanggup menciptakan kecantikan atau kesempurnaan. Ini pastilah terjadi di gorong-gorong yang sepenuhnya bernuansa psikis. Sebab, secara lahiriah cinta seseorang tak mungkin sanggup merubah warna kulit menjadi lebih putih, tak mungkin sanggup memancungkan hidung, tak mungkin sanggup merampingkan badan kekasihnya.

Dan kalau ternyata kekasih kita itu tak lain adalah Allah Ta’ala yang memang tidak tersentuh oleh sedikit pun aib dan kekurangan, betapa cinta kita akan menjadi sangat ringan dan gesit mengepakkan kedua sayapnya menuju tambang dari segala cinta dan kerinduan, menuju asal-usul segala yang ada, menuju kampung halaman yang sesungguhnya. Yaitu, Tuhan yang bertahta di atas seluruh ada dan tiada, Tuhan yang bersila di atas seluruh waktu dan suasana.

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *