Ada sindrom namanya “Napoleon Syndrome” dikenal di dunia peranjingan.
Apa itu? Jadi ini sindrom yang dijumpai di anjing ukuran kecil, anjing kecil biasanya insecure dengan dunia. Jadi harus melakukan gonggongan keras dan sering supaya dunia tahu bahwa dia ada, sebatas menggonggong aja sih.
Kenapa? Karena dia kecil, sehingga biar pede dia harus menggonggong sangat keras, walau gak serem gonggongannya malah bikin gemes.
Anjing pom, cihuahua, dan anjing kecil-kecil lain yang biasa digendong sama pemiliknya gonggongannya kenceng banget memekakkan telinga. Untuk apa? Untuk menunjukkan eksistensinya dong.
Bedakan dengan ras besar seperti rottweiler, dogo argentino, bernard dan greatdane. Lebih kalem, lebih tenang dan jarang gonggong.. tapi sekali mengonggong bikin gemetar, apalagi kalo sampe menggigit. Gawat bos..
Di dunia burung juga sama, prenjak dan kutilang itu keras ocehannya, elang tidak. Tapi tiba-tiba nyamber dan memangsa korbannya. Elang jauh lebih besar dibanding prenjak tentunya, eksistensi elang gak perlu lewat ocehan juga semua tahu seperti apa.
Mereka ini mirip anjing mini pomeranian yang gonggongannya ribut tapi kalo dibentak langsung sembunyi dan kencing ketakutan. Eksistensi gonggongan kelompok yang terafiliasi khilafah ini menurut mereka efektif, padahal bagi kita ya cukup diketawain aja atau kalo perlu sesekali harus dibentak biar mandi kencingnya sendiri.
Makin keras dia mengonggong artinya hidupnya sangat sepi dan sangat butuh perhatian. Yang memperhatikan biasanya sesama anjing kecil lainnya. Dan jadi ribut sekali saling sahut, biasanya yang seperti itu cukup dibentak aja udah gemetar ketakutan dan diam, atau lari menghilang.
NU adalah organisasi massa berbasis keagamaan terbesar, Ansor anaknya adalah organisasi kepemudaan terbesar. Bukan cuma di Indonesia tapi diakui dunia, sejarah berdirinya tidak lepas dari lahirnya Indonesia. Muassisnya adalah insan yang melahirkan konsensus dasar berdirinya Indonesia yang masih dipakai sampai detik ini.
Akhir-akhir ini Ansor sering diserang oleh sekelompok organ gak jelas yang afiliasinya ke Islam transnasional dan tujuannya menghancurkan Indonesia dengan sentimen agama Islam. Bekalnya 1 hadits dan ribuan akun medsos, berasa sudah paling ngetop.
KH Mustofa Bisri (Gus Mus) pernah berpesan pada Gus Yaqut Cholil Qoumas, bahwa tidak ada pasal apapun yang membenarkan yang besar kalah dengan yang kecil. Tafsiranku ya bener sih, yang kecil-kecil sekali injak pasti ilang.
Tapi Mbah Yai Mus juga berpesan, yang besar ini harus main sesuai aturan, kadang tidak perlu nanggepin kelakuan precil-precil langsung lapor aja ke yang berwajib. Tidak perlu ikut permainan mereka sebusuk apapun.
Saya ini fakir dalam hal ilmu dan kebijaksanaan, masih bodoh kelas nol besar dan butuh gandolan sarung para Kyai untuk melangkah. Bergerak juga harus menjaga marwah GP Ansor dan Banser yang khidmahnya jelas terukur dan baiatnya pada Gusti Allah SWT.
Termasuk dalam hal melangkah dan bertindak untuk ngadepin asu-asu cilik yang selalu ribut caper dan nyerang Ketua Umum saya dengan isu-isu basi yang tidak pernah termoderasi. Serangannya tidak ada peningkatan, hanya menunjukkan ketakutan besar dalam gonggongannya.
Contoh gonggongan asu cilik yang tiap saat ada, menunjukkan apa ini? Tak lain cuma menunjukkan ketakutan, iri dan dengki pada GP Ansor yang merusak narasi mereka tentang Islam yang dipakai sebagai alat politik kekuasaan, dan ditunjukkan oleh GP Ansor sebagai Islam Rahmatan Lil Alamin dan itupun mendunia.
Kiprah kita jelas, ber-Islam dan ber-Indonesia dalam satu tarikan nafas dihembuskan ke dunia. Mereka apa? Menggonggong dan menggonggong, bahkan asu asli aja kalah rame sama gonggongan mereka.
Penulis: Jonathan Latumahina, kader Ansor.