Istilah “zaman now” kini sudah bukan menjadi hal yang asing bagi masyarakat. Bahkan sebagian dari mereka mengartikan zaman now itu adalah zaman dimana semua yang berkaitan dengan kehidupan manusia yang mengharuskan serba praktis, modis, dan dinamis. Kaitannya pun sangat erat dengan semakin cepatnya arus informasi globalisasi melalui tekonologi zaman kini yang semakin lama semakin maju. Arus yang begitu cepat menyebar menuju ke segala penjuru, termasuk di dalamnya adalah negara Indonesia, negara yang menjunjung tinggi moral, agama dan budaya yang ada di dalamnya. Tapi karena arus globalisasi yang masuk menjadikan tatanan moral, agama dan budaya di Indonesia semakin lama semakin hilang ditelan oleh zaman.
Hal itu dapat kita amati maupun kita rasakan dari kehidupan yang ada di sekitar kita, atau malah bisa jadi kitalah salah satu dari tokoh penganut globalisasi itu. Salah satu dari dampak arus globalisasi itu adalah dengan semakin banyaknya pergaulan anak muda yang semakin lama semakin “ngawur”. Pergaulan bebas yang mereka anggap sebagai sebuah hal yang sedang ngetren, dan berpikiran bahwa orang-orang akan menilai mereka “manusia kolot” jika mereka tidak mengikuti arus zaman yang sedang terjadi.
Bahkan pergaulan bebas seakan-akan sudah menjadi kebiasaan bagi mereka yang memang sudah terbiasa sejak usia mereka memasuki masa-masa remaja dan mulai mengenal kawan-kawan baru. Belum lagi bagi mereka yang memang sudah terpancing kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik sejak kecil. Mungkin mereka menganggap hal-hal yang memang buruk dalam pandangan agama maupun adab dianggap sebagai suatu hal yang sudah biasa.
Bukan hanya remaja maupun anak ABG saja yang kini menjadi korban, tapi anak usia dini maupun anak SD juga sudah menunjukkan tanda-tanda maupun perilaku yang seharusnya belum mereka lakukan. Mereka yang seharusnya melakukan hal-hal yang berbau dengan proses belajar dan bermain malah melakukan rutinitas orang dewasa yang bisa dibilang tidak berfaedah, bahkan bisa merusak kelangsungan hidup dan masa depan mereka. Contohnya saja berita yang akhir-akhir ini sedang menyebar luas di kalangan para penikmat media sosial. Berita dimana anak usia SD yang sudah berani merokok secara terang-terangan, dan itu tidak hanya satu atau dua anak saja. Anak SD yang sudah lihai memainkan jemari-jemarinya untuk mengoperasikan gadget.
Akan lebih baik jika anak itu menggunakan HP untuk hal-hal yang bermanfaat seperti menambah berbagai macam pengetahuan, mencari tambahan ilmu yang bersangkutan dengan pelajaran di sekolah. Tentu itu adalah hal yang sangat bermanfaat bagi mereka. Tapi bagaimana jika si anak menggunakannya untuk hal-hal yang negatif. Seperti menonton film porno, mencari situs-situs yang kurang baik, atau mencari kenalan teman yang belum mereka kenal lewat media sosial. Tentu menjadi hal yang sangat mengkhawatirkan bagi kelangsungan hidup dan masa depan mereka.
Tentu peran agama dan orang tua sangatlah dibutuhkan bagi mereka anak-anak yang kini hidup di zaman yang memang sudah hampir minim moral ini. Jadilah orang tua yang cerdas dan mampu membendung dan memfilter segala macam globalisasi yang datang. Salah satunya adalah dengan menanamkan pendidikan karakter sejak dini pada anak, mengajari mereka bagaimana adab yang baik bagi diri sendiri maupun dengan orang lain, mengawasi mereka ketika sedang berinteraksi dengan tekonologi yang apabila kita lengah mereka akan mudah sekali terbawa arus.
Meminimalisir atau membatasi sebelum waktu yang tepat dalam hal penggunaan gadget bisa jadi hal yang lebih baik sampai nanti mereka bisa membawa diri dan mampu membedakan mana hal yang baik dan mana hal yang buruk. Yang tak kalah penting dari hal-hal diatas adalah pendidikan agama yang memang sudah mencakup berbagai macam hal. Mulai dari pengenalan kepada Sang Khaliq, bagaimana adab dan akhlak kepada orang lain, bagaimana adab dan batasan-batasan bergaul dengan lawan jenis yang bukan mahram.
Pelajaran-pelajaran ini tentu sangat bermanfaat bagi generasi muda yang memang sedang memasuki masa peralihan atau pubertas. Mereka yang sedang dalam proses mencari jati diri dan kawan pasti sangat rentan apabila tidak dibekali dengan hal-hal tersebut. Termasuk di dalamnya adalah mulai adanya ketertarikan dengan lawan jenis yang apabila tidak dibentengi mereka akan terjun dan terjerumus ke dalam pergaulan bebas.
Tentu hal ini menjadi PR bagi para orang tua yang memang sudah diamanahi oleh Yang Maha Kuasa untuk menjaga titipan-Nya, sang buah hati. Karena anak adalah aset bangsa yang sangat berharga dan kelak menjadi penentu maju atau tidaknya sebuah bangsa. Jangan malah menjadi orang tua yang juga ikut-ikutan menyumbang kerusakan bagi negara. Jadilah orang tua ataupun calon orang tua yang mampu mendidik anak menjadi generasi yang berkualitas, berakhlaq, berbudi pekerti yang tinggi, serta berwawasan luas sehingga kelak bisa menjadi pemimpin maupun penerus bangsa yang mampu merubah tatanan negara Indonesia menuju ke arah yang lebih baik.
*) Oleh : Khoirotun Nisa’, Mahasiswi Magang UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta