Mengenang Nasyida Ria: Pioneer “Gerakan” Perempuan Melalui Budaya

NASYIDA RIA

Melihat fenomena gerakan-berkebaya oleh beberapa kalangan/kelompok perempuan, tetiba saya jadi ingat Nasyida Ria.

Nasyida Ria sangat populer tahun 1980-90an. Grup qosidah asal Semarang itu semua perempuan. Mereka muslimah, pimpinannya sudah hajjah (Ibu Hj Mudrikah Zain). Saya familiarnya Ibu Hj Muttoharoh (vokalis dan pemain-seruling). Mereka berkebaya. Kadang berjilbab, kadang berkerudung (dulu tafsir aurat perempuan gak serigid jaman sekarang). Mereka juga bermain musik. Lagu-lagu mereka banyak menyuarakan Islam damai. Jadi inget lagu perdamaian, jilbab-putih, kota-santri dll.

Bayangkan tahun 1980-90an gerakan perempuan belum seaktif dan semassif sekarang. Makanya saya bilang mereka pioneer “gerakan” perempuan juga. Cuma mereka berdakwah melalui musik.

Memang tahun-tahun itu, Arabisasi belum seagresif dan semasif sekarang. Secar aumum umat Islam masih sangat pede denngan identitas ke-Indonesiaan. Tanpa harus merasa berkurang keber-Islam-annya.

Tahun itu juga belum banyak  dai populer. Satu yang layak disebut Kyai Zainuddin MZ. Selain retorika yang unik (pakai kalimat-kalimat berima sama A-A-A-A dengan intonasi yang khas), pesan dakwah beliau juga senafas dengan Nasyida Ria; menyeru Islam damai. Jadi memang klopp lah. Bukan Jurgen Klopp lho ya hehe

Tapi waktu tidak bisa bergerak mundur. Jaman berubah. Suasana kebatinan dan ekspresi kultural yang muncul di masyarakat, terutama umat Islam terkait identitas ke-Indonesiaan sekarang sudah tergerus banyak hal.

Ditengah tantangan yang begitu berat, oleh karenanya saya mengapresiasi gerakan perempuan berkebaya. Saya juga  berterima kasih pada Nasyida Ria.

Bangga jadi orang Islam
Bangga jadi orang Indonesia
Tidak perlu dipertentangkan tapi bersinergi, let us say, sehingga terhibrid menjadi Muslim-Indonesia

Danke

Penulis: Dr Suratno, dosen Paramadina Jakarta dan pengurus Lakpesdam PBNU.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *