Mengenal Rahasia Abu Thalib dan Abu Sufyan- Kita pasti tahu siapa itu Abu Thalib. Ya, dialah paman dari Rasulullah. Dengan kata lain, dia adalah saudara dari ayah Rasulullah, Abdullah. Dialah yang bertanggung jawab untuk mengasuh Rasulullah ketika masih belia setelah sang kakek, Abdul Muthalib, wafat. Karena jasanya ini, Rasulullah merasa berutang budi sehingga ketika kehidupan beliau sudah mapan bersama Khadijah, beliau berniat membalas jasa sang paman dengan mengasuh salah satu putranya, yakni Ali bin Abi Thalib.
Abu Thalib berasal dari salah satu turunan subklan Quraisy, yakni Bani Hasyim. Quraisy, atau Fihr, namanya dinisbatkan menjadi salah satu suku di Arab yang mempunyai tujuh klan; Bani Abduddar, Bani Abdu Manaf, Bani Makhzum, Bani Zuhrah, Bani Taim, Bani ‘Adi, dan Bani Asad. Bani Hasyim merupakan turunan dari Bani Abdu Manaf.
Abu Thalib adalah paman yang sangat membela dan melindungi Rasulullah ketika berdakwah. Rasa kasihnya kepada Rasulullah seperti kasih seorang ayah kepada anaknya. Dialah ayah kedua bagi Rasulullah, dan istrinya, Fatimah, ibarat ibu bagi Rasulullah.
Ketika Rasulullah diperintahkan untuk berdakwah kepada masyarakat, para elite Quraisy sangat menentang beliau. Hanya saja, Abu Thalib tetap membela Rasulullah. Abu Thalib tidak seperti salah satu adiknya, Abu Lahab, yang sangat memusuhi Rasulullah.
Mengenai Abu Thalib ini, kita pasti sudah familier bahwa dia wafat tidak dalam keadaan memeluk agama Islam. Saya sendiri tidak mampu membantah hal ini karena beberapa riwayat hadis menjelaskan bahwa Abu Thalib memang wafat tidak sebagai seorang muslim meskipun dalam hidupnya dia sangat membela Rasulullah.
Saya tidak perlu menuliskan macam-macam riwayat tersebut. Saya pun—terus terang—tidak mampu meneliti riwayat-riwayat hadis tersebut mengenai status kualitasnya. Yang pasti, Abu Thalib itu wafat bukan sebagai seorang muslim. Titik.
Mari kita ingat-ingat ketika Bani Hasyim diembargo oleh masyarakat Arab. Dalam peristiwa tersebut, Bani Hasyim sangat kesulitan dalam menjalani hidup. Mereka kelaparan dan sengsara. Sementara itu, salah seorang yang paling lantang menyuarakan embargo tersebut adalah Abu Sufyan.
Siapakah Abu Sufyan itu?
Abu Sufyan adalah seorang yang berasal dari Bani Umayyah. Bani Umayyah adalah salah satu turunan dari Quraisy melalui subklan Abdu Manaf, sama seperti Bani Hasyim. Lebih tepatnya, Bani Umayyah itu merupakan turunan dari Bani Abdu Syams yang merupakan turunan dari Bani Abdu Manaf. Abu Sufyan ini merupakan pemimpin Bani Abdu Syams yang disegani.
Sama-sama berasal dari subklan Bani Abdu Manaf, Bani Hasyim dengan Bani Umayyah ternyata mempunyai hubungan yang tak harmonis. Di waktu awal-awal Islam, kita mengenal nama Utsman bin Affan yang memeluk agama Islam yang berasal dari Bani Umayyah. Sementara itu, petinggi yang lain, seperti Abu Sufyan, justru memusuhi Islam. Oleh karena itu, kita tidak perlu membincangkan Utsman di sini.
Abu Sufyan adalah salah satu provokator ulung untuk memusuhi Islam. Sepak terjangnya mengerikan. Akan tetapi, salah satu putrinya, Ummu Habibah, justru memeluk Islam berkat ajakan suaminya, Ubaidullah bin Jahsy—meskipun suaminya ini kelak meninggal dalam keadaan memeluk agama Nasrani di Habasyah. Ketika sudah menjanda dari Ubaidullah dan habis mada idahnya, Ummu Habibah pun dipinang oleh Rasulullah.
Abu Sufyan memeluk Islam lantaran ketakutan akan gerakan umat Islam yang hendak menuju Mekkah (kemudian terjadi peristiwa Fath Makkah—Penaklukan Kota Mekkah). Abu Sufyan lantas mengucapkan dua kalimat syahadat di hadapan Rasulullah. Umar bin Khatthab sudah mencurigai keislaman Abu Sufyan ini. Bahkan Umar sempat berkomentar ketus bahwa Abu Sufyan memeluk Islam lantaran mencari aman dan selamat. Abu Bakar, yang ketika itu berada di sisi Umar, menimpali bahwa hanya Allah yang tahu isi hati Abu Sufyan.
Ketika peristiwa Fathu Makkah tersebut, bahkan Rasulullah menyabdakan bahwa siapa saja yang masuk rumah Abu Sufyan maka ia akan aman. Selanjutnya, kita tahu berbagai kisah bahwa Abu Sufyan memeluk agama Islam dan wafat sebagai seorang muslim. Dalam pemakamannya, Utsman bin Affan memimpin doa untuknya.
Dua sosok dengan dua nasib berbeda. Abu Thalib yang merawat Rasulullah sejak belia hingga membela dakwah beliau sampai wafat, ternyata wafatnya pun bukan sebagai seorang muslim. Buka Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Musnad Ahmad, dan lainnya! Bedakan dengan Abu Sufyan. Dia sangat memusuhi Islam, namun simaklah riwayat hadis ketika Fathu Makkah bahwa siapa saja yang masuk rumah Abu Sufyan, maka ia aman. Buka Sunan Abu Dawud!
Sekali lagi, saya tidak mau mengkritik riwayat-riwayat hadis yang berkaitan dengan hal tersebut. Saya khawatir dianggap melakukan inkar al-sunnah.
Siapakah anak dari Abu Thalib? Siapakah anak dari Abu Sufyan? Salah satu anak dari Abu Thalib adalah Ali bin Abi Thalib dan salah satu anak dari Abu Sufyan adalah Muawiyah bin Abi Sufyan. Nah, kali ini mari kita berbicara politik.
Ali dan Muawiyah adalah dua sahabat Rasulullah yang terlibat konflik. Ali dan Muawiyah terlibat dalam Perang Sifin yang berakhir dengan arbitrase (tahkim). Sementara itu, setelah Ali wafat, Muawiyah pun menjadi pemimpin dan mendirikan Dinasti Umayyah—terlepas dari pengkhianatannya terhadap kesepakatan damai dengan Hasan bin Ali. Suksesor Muawiyah adalah anaknya, yakni Yazid bin Muawiyah. Yazid memerintahkan untuk membunuh salah seorang anak dari Ali, yakni Husain bin Ali. Pembantaian terhadap Husain dan rombongannya pun terjadi di Karbala, Irak.
Perseteruan antara Ali dengan Muawiyah ternyata berlanjut ke anak-cucu. Sementara itu, Dinasti Umayyah menyerukan kepada para khatib agar melaknat Ali dan keluarganya dalam setiap khotbah. Seolah-olah nama Ali ‘haram’ disebutkan di masa Dinasti Umayyah. Tradisi buruk ini kemudian berhenti ketika Dinasti Umayyah dipimpin oleh seorang pemimpin adil dan bijaksana, Umar bin Abdil Aziz (Umar II).
Di masa Umar II ini, kodifikasi hadis dimulai. Hanya saja, sudah banyak orang yang ‘melupakan’ Ali. Yang banyak diketahui adalah bahwa Ali itu terlaknat. Dengan demikian, hadis-hadis menjadi salah satu yang dikorbankan oleh politik. Ini merupakan politisasi yang membunuh karakter Ali.
Adakah kaitannya antara politik dengan riwayat-riwayat hadis? Terlebih lagi, riwayat hadis yang menyudutkan Ali dan keluarganya, termasuk Abu Thalib? Lantas, bagaimana citra Abu Sufyan? Hayooo….
Saya jadi berpikir dan bertanya-tanya, siapakah yang ‘mengafirkan’ Abu Thalib? Nas (riwayat hadis) atau politik?
Wallahu a’lam.
Semoga artikel Mengenal Rahasia Abu Thalib dan Abu Sufyan ini memberikan manfaat dan baroakh untuk kita semua, amiinn..
simak artikel terkait Mengenal Rahasia Abu Thalib dan Abu Sufyan di sini
kunjungi juga channel youtube kami di sini
Penulis: Gus Supriyadi, Kiai Muda NU di Bantul, alumnus Pesantren Krapyak Yogyakarta.
Editor: Anas