Lirboyo adalah untaian berlian Nusantara. Berani nabrak, tanggung akibatnya!
Ada sebuah maqolah dalam kitab kuning yang jika diqiyaskan menjadi: apabila seseorang telah memuncak syahwatnya, maka hilanglah 2/3 akalnya.
Jika kata syahwat kita perluas maknanya tidak hanya pada syahwat seksualitas, melainkan pada syahwat secara lebih luas, diantaranya syahwat kebencian, maka ternyata menghasilkan kesimpulan yang serupa.
Ketika syahwat kebencian kepada kyai NU begitu memuncak dan merasa menemukan momen dengan memfitnah Kyai Muwafiq sebagai penghina Nabi Muhammad, maka dibuatlah viral gegap gempita. Menjadikan sebagian orang menjadi gelap mata. 2/3 akalnya hilang.
Dan sebagai santri, Kyai Muwafiq pun sowan ke beberapa guru beliau dan orang yang beliau sepuhkan sebagai salah satu tradisi dalam nahdliyyin. Ini sebenarnya hal biasa saja dan sudah menjadi tradisi jauh sebelum NU sebagai jam’iyyah berdiri.
Jadi, sebenarnya apa yang dilakukan oleh Kyai Muwafiq bukanlah hal baru. Hanya melestarikan tradisi baik dari orang-orang baik terdahulu.
Namun, karena syahwat kebencian telah menutup 2/3 akal sehat sebagian minhum, maka tanpa berfikir matang, digebyahuyahlah sowan Kyai Muwafiq ke Lirboyo sebagai sebuah kesalahan yang harus ditanggung oleh salah satu ponpes terbesar ini.
Dan…. Jedyaaaaaaaar… Dengan gagahnya para pembenci ini membenturkan kepalanya ke karang besar. Ketrucut dengan mengetikkan provokasi yang intinya supaya tidak mengikuti lagi Masyayyikh Lirboyo.
Sontak sebagian besar santri yang tadinya masih “diam” segera bergerak. Mengapa?
Sebab Masyayyikh Lirboyo itu bukan sekedar para priyogung yang saat ini menjadi Pengageng saja. Melainkan mulai dari Guru Mulia KH Abdul Karim ( Mbah Manaf), ada pula Guru Mulia KH Mahrus Ali, KH Maksum Jauhari dan yang lainnya.
Beliau semua memang telah wafat, tetapi gelar Masyayyikh tidak pernah tercabut dari Para Guru Mulia Rohimahumullah.
Ada puluhan jutaan warga Nahdliyyin yang tidak berkesempatan mondok di Lirboyo. Tetapi para Kyai dan Ulama pembimbing mereka adalah santri Lirboyo.
Benturan ini sangatlah keras. Lirboyo itu bukan hanya pondok dan alumninya semata. Melainkan sebuah untaian mata berlian bagi bangsa ini.
Nabrak Masyayyikh Lirboyo akan berhadapan dengan puluhan jutaan warga NU. Semoga menjadi pelajaran berharga.
Al jama’atur rohmah, wal firqotul ‘adzab
Oleh: Shuniyya Ruhama, Pengajar PPTQ Al Istiqomah Weleri Kendal
NB: Shuniyya Ruhama, santri dari KH Imam Ahmad Tauhid (Masyayyikh PPTQ Al Istiqomah), santri dari KH Mahrus Ali Lirboyo, beliau santri dan menantu dari KH Abdul Karim Pendiri Pesantren Lirboyo.