Menandai Ciri Khas Nama Orang di Timur Tengah.
Mungkin Anda mengira, kalau orang-orang di Timur Tengah memiliki nama-nama yang kurang lebih sama di setiap daerah. Padahal tidak. Setiap negara atau kawasan geokultural di Timur Tengah memiliki ciri khas tersendiri dalam pemberian nama pada anak.
Di Arab Saudi (dan juga kawasan Arab Teluk lain seperti Qatar, Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Kuwait), meskipun tidak semuanya, nama bisa menjadi “penanda” identitas kesyiahan dan kesunnian seseorang. Kita akan dengan mudah mengenali orang tersebut pengikut Syiah atau Sunni hanya dengan melihat nama depan mereka. Misalnya, kalau nama depan mereka (yang laki) adalah Mahdi, Ja’far, Ali, Hasan, atau Husein bisa dipastikan mereka adalah pengikut Syiah. Yang perempuan biasanya pakai nama Fatimah.
Kalau pengikut non-Syiah (Sunni, Salafi, Hanbali) nama-nama populer yang mereka pakai adalah: Abdulrahman, Abdulrahim, Umar, Abu Bakar, Abdulaziz, Faisal, Turki, Hasyim, Abdullah, Khalid, dlsb. Sementara itu, nama yang agak netral (dipakai oleh Sunni maupun Syiah) adalah Ahmad, Muhammad, Ibrahim.
Nama belakang (nama keluarga / suku) pun bisa dipakai sebagai penanda identitas kesunnian dan kesyiahan meskipun tidak mesti begitu karena ada pengikut Syiah dan Sunni yang berasal dari keluarga, klan, dan suku yang sama sehingga memakai nama belakang/fam yang sama.
Menurut informasi masyarakat, banyak juga dijumpai “Syiah rasa Sunni”. Maksudnya, banyak juga warga Syiah yang tidak memakai nama-nama seperti Mahdi, Ja’far, Hasan, dlsb, baik karena alasan politik, ekonomi, pekerjaan, maupun security.
***
Lalu, bagaimana dengan kawasan Timur Tengah lain? Ibarat kate: “Lain ladang lain belalang”, “lain gurun lain kadrun”, lain Saudi / Arab Teluk lain pula di tempat lain.
Mari kita ambil contoh Libanon. Di negara ini, nama-nama orang dipengaruhi oleh campuran antara kebudayaan Arab, Perancis, Yunani, Barat, Islam, dan Kristen. Nyaris susah membedakan identitas keagamaan seseorang kalau hanya dilihat dari nama-nama mereka.
Coba simak beberapa nama tokoh populer / public figures Kristen Libanon berikut ini: George Ibrahim Abdullah, Munir Abu Fadel, Mulhim Barakat Abu Majid, Faris Karam, Salwa Al Katrib, Fadi Haddad, Walid Ghalmih, Salim Wardah, Jurji Zaidan, dan masih banyak lagi.
Saya punya teman baik dari Libanon namanya Nadim Hasbani. Awalnya saya kira si doi Muslim tapi ternyata umat Kresten Maronite. Alhadulillah. Di Indonesia, populer nama sang legenda “Kahlil Gibran” yang dipuja-puji juga oleh Mamat-Mimin jamaah fans klub ahli syurgah karena puisi-puisinya yang menyayat kalbu. Padahal Gibran (nama aslinya: “Jibran Kholil Jibran”) dari keluarga taat Kristen Maronite.
Libanon tidak sendirian. Di Palestina atau Yordania juga sulit membedakan nama-nama Muslim dan Kristen. Lihat misalnya nama-nama seperti Hannan Asyrawi, Nayif Hawatmih, Afif Syafi, Ghazi Hanania, Kamal Nasir, Daud Turki, Samir Kafity, dlsb. Mereka adalah para tokoh Kristen.
Jadi intinya begini, sodare-sodare, bahasa Arab itu tidak identik dengan identitas keislaman. Bahasa ya bahasa yang bisa dipakai oleh umat mana saja, baik umat agama maupun umat tak beragama. Kira-kira begitu Mpok Tulkiyem? Sudah paham? Belummmmm….
Jabal Dhahran, Jazirah Arabia.
Penulis: Prof Sumanto Al Qurtuby, Profesor pada Cultural Anthropologist di King Fahd University of Petroleum and Minerals, Arab Saudi.
*Demikian tentang Menandai Ciri Khas Nama Orang di Timur Tengah, semoga manfaat.