Kontroversi ceramah Gus Muwafiq pada 6 September 2019 di Dusun Tempel, Desa Ngeaji, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah terus ramai dibicarakan publik, khususnya di dunia maya. Ketika ceramah tentang sejarah Rasulullah dalam video lengkap berdurasi 1 jam 53 itu dipotong, kontroversi itu makin viral dan menghadirkan wacana diskursif di kalangan para intelektual.
Salah satunya ditegaskan pengasuh Pesantren Baitul Kilmah Bantul, Dr KH Aguk Irawan Mn. Menurutnya, ada dua sudut pandang ketika melihat pribadi Kanjeng Nabi. Pertama secara al-khalaq al-ardliyah. Bahwa beliau manusia pada umumnya, prilakunya juga dipengaruhi oleh faktor sosial-budaya, biologis-genetik, psikologi-neurologi dan seterusnya. Kedua secara al-haq as-samawiyah, yaitu makhluk spiritual, prilakunya langsung dari bimbingan Allah, tak tersentuh kekurangan dan sifat negatif, bahkan mempunyai kedudukan istimewa dalam kosmos dan inti mikrokosmos, yang telah dijadikan sebagai sebab fundamental penciptaan alam.
“Menurut Imam al-Ghazali, karena kedua hal ini, kedudukannya benar-benar paripurna, tetapi kadang sebagian orang sering sulit membedakan mana koridor mazaji dan mana ta’wil, sehingga mengundang polemik (Maqhasid al-Falasifah,1960. 74-76),” tegas Kiai Aguk yang juga sastrawan kenamaan Indonesia ini.
“Jadi apa yang dikatakan Gus Muwafiq itu masih “wajar,” sebab menggunakan sudut pandang pertama. Begitu juga apa yang menjadi keberatan Habib Abu Bakar Assegaf itu juga “lumrah”, sebab menggunakan sudut pandang kedua. Tetapi menjadi tidak wajar, jika orang membenturkan dua sudut pandang itu. Wallahu’alam,” pungkasnya. (yayan/Bangkitmedia.com)